Benih Yang Kau Tinggalkan

Setelah menghabiskan waktu bermain bersama dengan Anisa, Mira menetapkan hatinya menerima semua keadaan mereka yang telah terjadi.

Mira berusaha menerima semuanya, ia memang adalah ibu kandung dari Anisa. Namun, ia sadar jika saat ini Anisa bukan miliknya lagi. Akan banyak hati yang terluka jika memisahkan mereka, terutama hati Anisa sendiri. Biarlah semua berjalan seperti yang selama ini Anisa rasakan. Cukup ia tahu putrinya bahagia, suatu saat nanti Anisa akan tahu jika dia adalah ibunya dan biarlah Anisa sendiri yang datang padanya sebagai seorang anak. Sampai itu terjadi ia akan tetap menjadi Tante dan sahabat bagi putrinya.

Mira menemui Biah, menggenggam tangan wanita yang sudah merawat putrinya dengan penuh kasih sayang. Ia tak bisa membayangkan jika putrinya diasuh oleh orang yang tak menyayanginya, mungkin ia akan bertemu dengan putrinya di kondisi yang lain.

"Terima kasih ya Bu, sudah memberikan kasih sayang Ibu kepada putriku, walau dia bukanlah putri kandung Ibu. Namun, Ibu memperlakukannya seperti putri kandung Ibu sendiri."

"Aku sangat menyayangi Anisa, bagiku dia adalah putriku walau tidak lahir dari rahimku."

"Iya, Ibu benar. Anisa putri Ibu walau ia lahir dari rahimku, tapi dia tetaplah putri Ibu sampai kapanpun. Jadi, aku mohon tetap sayangi dan rawat lah Anisa dengan baik seperti yang selama ini ibu lakukan. Aku percayakan putri yang ku lahirkan dari rahimku ini memang di takditkan untuk bersama ibu, aku yakin ibu pasti bisa membahagiakannya."

Biah terkejut saat mendengar ucapan Mira, ia pun menatap Mira dengan mata berkaca-kaca.

"Mira."

Mira mengangguk dan semakin mempererat genggaman tangannya, "Anisa milik Ibu," ucap Mira dengan suara bergetar, walau ia juga sangat ingin merawat putrinya, melihat secara langsung tumbuh kembangnya. Namun, ia sadar jika semua itu kesalahan berawal darinya, Biah dan keluarganya hanyalah malaikat yang menolong anaknya memberi perlindungan kepada anaknya.

"Aku janji akan merawat Anisa dengan sepenuh hati dan kamu boleh menemuinya, boleh membawanya kapan saja kamu mau," ucap Biah membuat senyum di wajah Mira walau ada air mata menetes dari sudut matanya. Keduanya pun saling berpelukan dengan senyum dan keikhlasan di hati mereka.

"Terima kasih, terima kasih banyak," ucap Biah, ada kelegaan di hatinya saat Mira merelakan putri yang dilahirkannya di berikan padanya dan juga suaminya.

Setelah menyampaikan apa yang ingin disampaikannya, Mira pun pamit dan mengatakan jika ia harus pulang. Ia memiliki tanggung jawab yang juga tak bisa diabaikan, merasa dirinya sangat egois mementingkan dirinya sendiri dan melupakan tanggung jawabnya yang lain, baik pada pekerjaan maupun pada Shaka. Ia percayakan semua kebahagiaan Anisa ada pada ibu angkatnya.

Setelah mereka pulang Dewi mengajak Anisa untuk ke kamar memandikan putrinya seperti biasanya.

"Anisa, apa Anisa sayang dengan tante Mira?" tanya Biah di mana Anisa masih memanggil Mira dengan sebutan tante.

"Iya, Tante Mira sangat baik, cantik," jawab anak itu dengan polosnya.

"Anisa mau ikut dengan tante Mira?"

"Apa dengan kak Shaka juga?"

"Iya tentu saja, apa Anisa mau tinggal dengan tante Mira dan kak Shaka? Anisa bisa memanggil tante Mira dengan sebutan ibu juga."

"Iya, Anisa mau, Bu. Nanti kami bisa bermain bersama, ibu juga tinggal dengan kami, kan?" Biah hanya mengangguk dan tersenyum kemudian kembali melanjutkan memandikan sang putri, ia mengusap tanda lahir yang dikatakan oleh Mira dan mengingat kebohongannya pada Mira waktu itu.

Selepas makan malam Biah kembali menemani putrinya itu untuk tidur, membacakan dongeng seperti biasanya hingga anak itu pun terlelap.

Saat tengah malam tiba-tiba Biah memegang kening Anisa, suhu tubuhnya terasa panas membuat ia pun langsung panik dan memanggil sang suami.

"Anisa bangun, Nak," Raditya mencoba membangunkan putrinya. Namun, sepertinya karena demam itu sudah tak sadarkan diri membuat mereka langsung melarikan Anisa ke rumah sakit. Dalam perjalanan dia menghubungi Mira, mengatakan jika saat ini Anisa sedang mereka bawa ke rumah sakit karena demam .

Mira yang masih belum tidur langsung saja merasa panik dan meminta Rangga untuk segera mengantarnya ke rumah sakit, tak lupa menitipkan Shaka pada neneknya.