London, sebuah tempat yang menyisakan kenangan termanis dalam hidup Orion Brox. Dalam satu hari di musim panas, ia menghabiskan waktu bersama gadis cantik yang tak ia ketahui namanya. Namun, rupa dan tutur sapanya melekat kuat dalam ingatan Orion, menjelma rindu yang tak luntur dalam beberapa tahun berlalu.
Akan tetapi, dunia seakan mengajak bercanda. Jalan dan langkah yang digariskan takdir mempertemukan mereka dalam titik yang berseberangan. Taraliza Morvion, gadis musim panas yang menjadi tambatan hati Orion, hadir kembali sebagai sosok yang nyaris tak bisa dimiliki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
One Day In London 14
Pertanyaan yang tidak serius, pada akhirnya juga tidak mendapatkan jawaban yang benar. Itulah yang dialami Tara saat ini. Pertanyaan iseng yang ia layangkan kepada Olliver, nyatanya sekadar menguar bersama angin pantai. Karena tepat pada saat Olliver akan menjawab, ponselnya justru berdering, ada telepon video dari Vale. Alhasil, Olliver dan Tara malah asyik mengobrol dengan wanita itu.
Tara merasa senang karena hubungannya dengan Olliver mendapat restu dan sambutan baik dari Vale. Ke depannya, tidak akan ada drama mertua galak atau mertua yang membawa madu dalam rumah tangganya. Sebuah keberuntungan yang tak semua wanita bisa mendapatkannya, jadi mana mungkin Tara tidak senang.
Maka dari itu, Tara pun betah mengobrol dengan Vale. Sama sekali tak merasa terganggu meski saat itu sedang berduaan dengan Olliver. Di sisi lain, Olliver juga bahagia karena pasangan yang dia pilih disayangi oleh ibunya. Konon katanya, mendamaikan ibu dan istri yang dari awal tidak cocok satu sama lain, itu sangat sulit. Termasuk hoki tersendiri karena Olliver tidak mengalami itu semua. Bahkan, dari awal wanita yang dia cintai mendapat tempat tersendiri di hati sang ibunda.
Akan tetapi, karena terlalu asyik berbincang dengan Vale, Tara dan Olliver melupakan obrolan mereka sebelumnya, yakni yang berkaitan dengan Orion. Olliver lupa tadi Tara bertanya apa, sedangkan Tara sendiri juga tak menganggap penting hal itu. Makanya sampai mereka pulang, Tara tidak menyinggung lagi hal tersebut.
Sesampainya di rumah, Tara malah asyik membagi belanjaan yang tadi Olliver belikan untuk orang tua dan adiknya. Setelah itu, ia membantu Olliver bersiap-siap ke bandara. Ya, malam itu juga Olliver akan kembali ke Jakarta.
"Aku akan datang lagi secepatnya, sama Mama Papa," ujar Olliver sebelum masuk ke mobil.
"Aku tunggu. Hati-hati di jalan, kabari aku kalau udah sampai." Tara menjawab sambil tersenyum manis.
"Iya, Sayang."
Usai menjawab demikian, Olliver memeluk Tara cukup lama, seolah ingin menimbun hangat dekapan itu untuk mengobati rasa rindunya esok atau lusa.
Dalam hati, sebenarnya Olliver ingin mendaratkan ciuman, meski sebatas ciuman singkat. Namun, sedikit pun Tara tidak memberikan kode agar dirinya melakukan itu, jadi mau tidak mau Olliver menahan keinginannya. Dia tak mau menodai harga diri Tara, yang nanti bisa berakibat buruk pada hubungan mereka. Lebih baik menunggu sampai sah menjadi istri, bukankah itu tidak lama lagi?
Sambil membawa perasaan tak rela, Olliver akhirnya berangkat ke bandara, dengan diantar sopir pribadi Nero. Sebenarnya tadi Tara akan ikut mengantar, tetapi Olliver sendiri yang tak mengizinkan. Seharian tadi mereka sudah jalan-jalan, Tara pasti capek. Begitulah pikir Olliver.
"Mama seneng banget, Ra, akhirnya bisa besanan dengan Tante Vale. Meski awalnya yang Mama incar Orion, tapi kayaknya Olliver malah jauh lebih baik ketimbang Orion," ujar Raina setelah mobil yang membawa Olliver keluar dari gerbang rumah mereka.
"Iya, Ma, aku juga ngerasa gitu. Olliver ... sangat baik," jawab Tara.
Usai mengobrol sebentar dengan Raina, Tara bergegas ke kamarnya, di lantai dua.
Alterio pun turut serta. Sang adik yang tadi ikut melepas kepulangan Olliver, kali ini juga kembali ke kamar. Dia berjalan tepat di belakang Tara.
"Akhirnya, Kak, kamu punya pasangan. Dia kayaknya serius banget ya buat nikahin kamu," celetuk Alterio ketika keduanya hampir tiba di ujung tangga.
"Kayaknya." Tara menjawab singkat.
"Tapi ... aku penasaran, Kak, kok secepat itu kamu jatuh cinta sama dia. Padahal, sebelumnya nggak kenal cinta. Apa dari awal ketemu pas malam itu, kamu langsung berdebar-debar gitu, Kak?"
Tara menoleh dan menghentikan langkahnya. "Emang jatuh cinta harus berdebar-debar ya?"
"Iyalah. Emang Kakak nggak berdebar-debar?"
Tara mengedikkan bahu. Lalu membalikkan badan dan kembali melanjutkan langkahnya. Untungnya, mereka sudah hampir tiba di kamar masing-masing. Jadi, Tara tidak perlu mendengarkan ocehan Alterio yang panjang lebar—seputar tanda-tanda jatuh cinta.
"Aku nyaman dengan Olliver, dan aku juga melihat masa depan bersamanya. Jadi apa lah artinya debaran hati dibanding itu semua?" batin Tara sembari duduk di sofa kamarnya
________
Denting sendok yang beradu dengan piring, menjadi pengisi suara yang utama di dalam ruang makan, di kediaman keluarga Brox. Vale, Riu, Olliver, dan Orion, sedang menikmati sarapan bersama di dalam ruangan tersebut.
Tidak banyak yang mereka bahas, karena hal penting—tentang rencana pernikahan Olliver dengan Tara, sudah dibahas semalam, sewaktu Olliver baru tiba dari Surabaya.
Akan tetapi, pembahasan semalam hanya dengan Riu dan Vale. Sementara Orion tertinggal berita karena sejak selesai makan malam dia masuk kamar dan tidak keluar lagi.
"Kapan rencananya kamu akan melamar dia secara resmi?" tanya Orion setelah menyelesaikan makannya. Dia menatap Olliver sekilas sembari menuang air ke dalam gelas.
"Dalam waktu dekat. Antara seminggu sampai sepuluh hari ke depan. Orion, kamu harus ikut kalau aku melamar dia," jawab Olliver. Dari ucapannya, seolah dia tidak menerima penolakan dengan alasan apa pun.
Namun, Orion sendiri tak berniat menolak. Kapan hari dia enggan menemui Tara karena wanita itu akan ditujukan untuknya. Sekarang Tara sudah menjadi kekasih Olliver, jadi tak ada alasan untuk menghindar.
"Atur waktunya, kapan, biar aku bisa mengosongkan jadwal. Nanti sekalian aku bantu siapkan sesuatu untuk tambah-tambah seserahan," kata Orion tanpa ragu.
"Serius?" Olliver terkejut seketika. Dalam bayangannya, Orion akan menolak seperti dulu ketika Nero sekeluarga akan datang bertandang. Namun nyatanya, sekarang Orion malah mengiyakan tanpa protes sedikit pun.
"Ya serius lah, kan sekarang Tara jadi calon ipar, bukan calon yang disuruh kenalan sama aku." Orion menjawab tanpa tedeng aling-aling, membuat Vale tak tahan untuk diam saja.
"Ahh, dasar kamu. Awas ya kalau nanti Sunny nggak lebih baik dari Tara. Mama nggak akan ngasih restu," ancam Vale sambil melotot.
Namun, Orion tidak takut, karena dalam hati yakin kalau Sunny-nya jauh lebih segalanya dibanding Tara.
Bersambung...
Dan Tara prilaku mu mencerminkan hati yng sdng galau , kenapa juga harus mengingkari hati yng sebenarnya Tara
Orion kalau kamu benar cinta ke Tara terus lah perjuangkan.
lanjut thor 🙏