Susah payah Jasmine berjuang meluluhkan hati Juna, pria yang terkena kaku dan sangat sulit di dekati wanita mana pun. 2 Tahun berjuang hingga akhirnya dia dan Juna resmi menjalin hubungan. Jasmine pikir, dia telah berhasil mendapatkan hati Juna, menjadi satu-satunya wanita yang menempati hatinya.
Namun ternyata anggapannya salah besar, sebab ada seseorang di masa lalu yang mampu bertahta di hati Juna selama bertahun-tahun lama. Jauh sebelum Jasmine mengenal Juna.
Di saat Jasmine dan Juna sudah menikah, Tiba-tiba sosok wanita di masa lalu Juna muncul kembali dan mengalihkan semua perhatian Juna. Haruskah Jasmine meneruskan pernikahannya, atau melepaskan Juna begitu saja setelah melewati perjuangan yang sulit.?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Jasmine sudah pulang dari rumah sakit sekitar 2 hari yang lalu. Kondisinya tidak terlalu parah, jadi hanya seharian di rumah sakit dan besoknya sudah di perbolehkan pulang oleh Dokter.
Sejak kemarin, Juna sengaja mengambil cuti agar bisa menemani Jasmine di rumah. Mama Dewi sudah menawarkan diri untuk mengurus Jasmine yang memang belum diperbolehkan melakukan banyak aktifitas. Namun Juna menolak tawaran sang Mama lantaran ingin mengurus Jasmine sendiri. Mungkin karna di bayangi rasa bersalah, sebab keadaan Jasmine jadi seperti itu akibat ulahnya.
Pagi ini Juna mengajak Jasmine menghirup udara segar di taman dekat rumah. Sebelum matahari terbit, keduanya sudah duduk di kursi taman, menikmati hamparan serba hijau yang menyegarkan mata.
Jasmine memejamkan mata, menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Dia mengulanginya beberapa kali, sampai merasa perasaan dan dadanya sedikit lega.
Terkadang mulut mudah mengatakan ikhlas, tapi dalam hati belum tentu. Apalagi perkara masa lalu yang cukup rumit seperti masa lalu suaminya. Jasmine memang sudah menerima keberadaan Joshua, namun dia belum bisa menerima keberadaan Ibu dari anak suaminya.
Membayangkan sang suami harus berinteraksi dengan Ibu Joshua seumur hidup, membuat Jasmine merasa sesak karna takut dan cemburu. Namun dia tidak mungkin menyerah hanya karna pemikirannya sendiri. Sebab Juna memohon padanya untuk tidak pergi dan sudah berjanji mengubur dalam-dalam kisah masa lalunya bersama mantan kekasih.
Jasmine mencoba memberi Juna kesempatan untuk pertama kalinya. Namun Jasmine mengancam akan mengakhiri pernikahan mereka jika sekali saja Juna ketahuan memiliki hubungan dengan Vierra.
Jasmine sedikit terperanjat ketika tangannya toba-tiba di genggam oleh Juna. Dia menoleh, melempar senyum tipis seolah menunjukkan dia baik-baik saja.
"Aku tidak bisa mencegah apa yang sudah terjadi. Semua ini di luar kehendak ku." Genggaman tangan Juna semakin erat, seiring dengan tatapan dalam penuh kerisauan.
"Sayang, aku tau semua ini tidak mudah untuk kamu jalani. Tapi aku berjanji akan membuatnya menjadi mudah untuk mu, sampai kamu lupa bahwa suamimu ini memiliki masa lalu yang buruk dan menjijikan." Ungkap Juna sendu.
Jasmine menggeleng, entah kenapa dia tidak tega melihat Juna selalu menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang sudah terjadi, sedangkan Jasmine sudah tau bagaimana asal mula ceritanya.
"Mas, mungkin aku hanya butuh waktu untuk terbiasa. Aku akan berusaha membuat pernikahan kita bahagia tanpa ada bayang-bayang masa lalu kamu." Jasmine tersenyum, kali ini senyum yang dia perlihatkan dari hati.
"Asal kamu bisa menjaga diri dan hati, semua pasti akan baik-baik saja kan.?" Ujar Jasmine dengan binar penuh harap di matanya.
Juna mengangguk cepat, sebelah tangannya meraih tubuh Jasmine untuk di bawa dalam dekapannya.
"Aku janji tidak akan menyia-nyiakan kesempatan dari kamu. Sayang, maaf karna aku terlalu buta sampai tidak menyadari keberadaan kamu sejak dulu. Kamu boleh menghukum ku untuk itu, asal jangan pernah berfikir mengakhiri pernikahan kita." Juna mengecup pucuk kepala Jasmine dan memeluknya dengan penuh perasaan.
Jasmine menggeleng, dia bukan orang jahat yang akan membalas perbuatan seorang dengan kejahatan. Lagipula Jasmine sangat percaya bahwa setiap perbuatan akan diikuti dengan balasannya masing-masing. Jika selalu berbuat baik, maka kebaikan akan selalu menyertainya. Begitu pula sebaliknya.
"Aku hanya ingin hidup tenang dan bahagia tanpa menyakiti siapapun. Menghukum seseorang juga bukan tugasku." Ujar Jasmine bijak.
Dia sudah terlahir menjadi wanita yang berhati lembut sejak kecil, menyayangi sesama, dan tulus pada semua orang. Meski dulu sikapnya sangat kekanak-kanakan, namun bukan berarti Jasmine tidak bisa dewasa. Sekarang dia sangat dewasa seiring berjalannya waktu.
"Kamu kenapa sangat baik.?" Juna mendaratkan kecupan berkali-kali ke pucuk kepala Jasmine.
"Terimakasih sudah memaafkanku dan memberi kesempatan. Aku sedikit lega, tapi masih khawatir karna belum memberi tau orang tua kamu dan Mama." Juna menghela nafas berat. Dia belum cukup berani mengatakan semua itu pada kedua matanya dan Mama Dewi.
"Kita bicarakan sekarang saja dengan Mama Dewi lebih cepat lebih baik. Jangan terlalu lama menyembunyikan hal ini. Kita tidak tau berapa lama waktu yang di butuhkan seseorang untuk meredam kekecewaannya karna terlalu lama di bohongi." Ujar jasmine.
Saat itu juga Juna langsung menatap wajah sang istri. Perkataan Jasmine mampu menamparnya hingga hatinya terasa sakit. Tentu saja sakit karna membayangkan penderitaan Jasmine yang harus bergelut dengan kekecewaannya.
"Apa kamu masih kecewa dan marah padaku.? Aku benar-benar minta maaf untuk itu." Juna menatap sendu. Ada penyesalan yang sulit di singkirkan. Juna merasa dia sangat jahat pada Jasmine karna sempat menyembunyikan fakta tentang Joshua selama beberapa bulan.
"Aku sudah baik-baik saja, Mas Juna jangan terlalu membebani pikiran dengan memikirkan keadaanku. Saat ini Mas Juna hanya perlu memberi tau Mama Dewi dan orang tau ku. Mereka pasti akan menghargai kejujuran Mas Juna."
Juna sampai tidak bisa berkata-kata lagi mendengar kata-kata bijak dari mulut istrinya. Jasmine yang sekarang, sangat jauh berbeda dengan Jasmine 7 tahun yang lalu. Dia sangat dewasa dan bisa memahami perasaan orang lain dengan baik.
...******...
"Bagaimana jalan-jalan di tamannya.? Sudah jauh lebih baik.?" Tanya Mama Dewi ketika melihat menantunya memasuki area dapur.
"Humm. Sepertinya Jasmine memang hanya butuh udara segar dan pemandangan yang serba hijau, rasanya menyejukkan mata." Sahut Jasmine.
Juna yang berjalan di belakang Jasmine hanya bisa diam dengan tatapan iba. Entah kenapa dia harus menyakiti wanita sesempurna Jasmine.
"Mas, minum dulu." Jasmine menyodorkan segelas air hangat pada Juna.
"Makasih sayang." Senyum Juna tampak mengembang. Seharusnya sejak dulu dia bisa menghargai perhatian-perhatian kecil dari sang istri. Bukannya malah menutup mata seolah-olah buta akan ketulusan Jasmine.
"Ayo sarapan dulu. Mama sudah siapkan buah-buahan buat kamu. Habiskan ya." Mama Dewi menyodorkan sepiring buah-buahan di depan Jasmine yang sudah menduduki salah satu kursi.
"Terimakasih Mah. Jasmine sangat beruntung memiliki Mama mertua sebaik Mama Dewi. Ini mematahkan anggapan orang-orang yang mengatakan kalau mertua itu jahat." Jasmine terkekeh kecil, lalu bergelayut di lengan Mama Dewi yang berdiri di samping kursinya.
"Karna kamu sangat baik dan tulus menyayangi Mama seperti orang tua sendiri. Mama harap kalian selalu bahagia." Mama Dewi mengusap pucuk kepala Jasmine.
Kegiatan di lanjutkan dengan sarapan bersama. Juna tampak tidak fokus makan lantaran sibuk memikirkan kata-kata yang tepat untuk memberitahu Mamanya.
Begitu selesai makan, Juna langsung mengajak Mama Dewi ke ruang keluarga karna ingin membicarakan hal penting. Sementara itu, Jasmine pura-pura ijin ke kamar mandi. Sebenarnya Jasmine sengaja membiarkan mereka berdua agar bisa leluasa bicara. Dia akan keluar jika keadaannya sudah memungkinkan. Sekaligus menenangkan mertuanya yang mungkin akan syok mendengar fakta bahwa putranya memiliki anak dari wanita lain di masa lalu.
q penasaran sama kisah Jeny dan Joshua
ternyata si viera selalu komunikasi sama mamah Dewi dulu menghindar dr Juna sekarang mau Deket LG
sy suka banget dengan ceritanya.
untuk endingnya mungkin blum beres, semoga authornya bisa sehat terus sehingga bisa membuat ending dengan sangat bagus. Semangat Terus