Rafael Graziano Frederick, seorang dokter spesialis bedah, tak menyangka bahwa ia bisa kembali bertemu dengan seorang gadis yang dulu selalu menempel dan menginginkan perhatiannya.
Namun, pertemuannya kali ini sangatlah berbeda karena gadis manja itu telah berubah mandiri, bahkan tak membutuhkan perhatiannya lagi.
Mirelle Kyler, gadis manja yang sejak kecil selalu ingin berada di dekat Rafael, kini telah berubah menjadi gadis mandiri yang luar biasa. Ia tergabung dalam pasukan khusus dan menjadi seorang sniper.
Pertemuan keduanya dalam sebuah medan pertempuran guna misi perdamaian, membuat Rafael terus mencoba mendekati gadis yang bahkan tak mempedulikan keselamatan dirinya lagi. Akankah Mirelle kembali meminta perhatian dari Rafael?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENJAGAMU
Seorang wanita sedang berlenggak lenggok di atas panggung yang sering disebut catwalk. Memiliki tinggi badan di atas rata rata, membuat Marsha memiliki kesempatan lebih besar untuk menjadi seorang model.
Setelah menyelesaikan studinya di sekolah tingkat atas dan hanya menjalani kuliah selama dua tahun saja, kini Marsha menjadi seorang model yang cukup diperhitungkan.
Ia tak melanjutkan kuliahnya karena beranggapan pendidikan tak terlalu penting dalam pekerjaannya. Ia berpikir ia sudah dapat menghasilkan uang, jadi tak membutuhkan apa yang dinamakan dengan pendidikan.
“Ini minumanmu, Mar,” seorang pria yang berusia lebih tua sekitar sepuluh tahun dari Marsha, diperintahkan oleh perusahaan agenci untuk menjadi manager Marsha.
“Thank you, Bi,” Marsha mengangkat kakinya seakan memerintahkan Abian untuk membuka sepatunya kemudian memijat telapak kakinya.
Abian yang kini berusia tiga puluh tiga tahun, tak pernah melawan. Ia bekerja membanting tulang untuk mengumpulkan uang karena ia ingin segera pergi dari negara tersebut.
“Lebih kencang lagi! Kamu itu sudah tua jadi lemah begitu!” gerutu Marsha kemudian dengan kakinya yang terangkat ia menendang Abian.
“Sudah pergi sana! Belikan aku makanan. Aku lapar,” perintah Marsha.
“Baik,” ucap Abian. Ia tak membantah perintah Marsha. Oleh karena itu juga meskipun kerja Abian kadang tak sesuai dengan harapan Marsha, ia tetap mempertahankan Abian di sisinya.
Tak berselang lama, Abian datang kembali, “ini makananmu, mau makan di mana, Mar?”
“Di dalam saja,” ujar Marsha menunjuk sebuah ruangan yang digunakan untuk make-up sekaligus berganti pakaian.
Keduanya pun masuk ke dalam. Di sana juga ada model yang lain, bukan hanya Marsha saja. Mereka sedang berlatih karena akan mengikuti sebuah pagelaran busana yang akan diselenggarakan akhir pekan ini di kota Paris.
“Mar, ada tawaran pekerjaan dari Perusahaan Frederick. Mereka ingin kamu menjadi salah satu brand ambassador produk terbaru mereka.”
“Kamu bilang Perusahaan Frederick?” tanya Marsha dengan wajah sumringah. Ia seakan mendapatkan jackpot besar.
“Ya.”
“Hubungi mereka dan katakan aku menerimanya,” ucap Marsha tanpa harus banyak berpikir lagi.
Sudah lama Marsha mengincar Perusahaan Frederick. Ia ingin berada dekat dengan Keluarga Frederick. Setidaknya dengan cara itu, Rafael akan kembali dekat dengannya. Ia akan menggunakan kedekatannya dengan Keluarga Frederick nanti untuk mempengaruhi Rafael.
Penolakan Rafael berkali kali dan hanya memanfaatkannya saja untuk menjauhkan Mirelle, membuat Marsha memiliki keinginan kuat untuk membuat Rafael jatuh cinta padanya. Ia ingin pria itu bertekuk lutut di bawah kakinya untuk mengemis cinta darinya.
“Ah membayangkannya saja aku sudah tak sabar,” batin Marsha.
“Cepat hubungi mereka, Bi!” perintah Marsha karena melihat Abian masih tenang tenang saja.
Marsha tak ingin kesempatan ini hilang begitu saja, apalagi kesempatan seperti ini tak datang dua kali.
“Baiklah,” Abian mengambil ponselnya kemudian berlalu dari depan Marsha karena ia perlu mengambil buku agenda kiliknya yang berisi jadwal kerja Marsha.
*****
“Selangkah saja kamu keluar, aku akan menghubungi Uncle Miles. Aku yakin ia akan segera menarikmu kembali pulang,” ucap Rafael penuh ancaman.
Mirelle menatap Rafael dengan tatapan datar dan tak terbaca. Jika dulu di mata Mirelle hanya terlihat cinta yang begitu besar pada Rafael, kini Rafael hanya melihat tatapan tajam bak elang yang menusuk hatinya begitu dalam.
“Apa kamu kira aku takut dengan ancamanmu itu? Hubungi saja Daddy, Mommy, atau Kak Marco. Atau kalau perlu kamu hubungi pihak kepolisian untuk menarikku pulang,” ucap Mirelle tanpa rasa takut sama sekali.
Mirelle dengan langkah tertatih segera keluar dari ruang pemeriksaan tersebut. Namun Rafael tak diam begitu saja. Ia langsung mengambil sebuah kursi roda dan ikut melangkah keluar.
“Naiklah, aku akan mengantarmu kembali ke ruanganmu,” ucap Rafael.
Mirelle hanya diam dan tak membantah. Ia ingin segera sampai dan berbaring, kepalanya benar benar sakit saat ini. Selama perjalanan menuju ruang perawatannya, Mirelle menopang kepalanya dengan sebelah tangan dan memejamkan matanya.
“Sepertinya kamu sudah tak takut dengan apapun, Elle. Bahkan mendengar apa yang terjadi, sepertinya kamu sudah tak takut untuk mati,” batin Rafael memperhatikan Mirelle dari belakang.
Xena tersenyum saat melihat Mirelle telah kembali ke ruang perawatan.
“Ayo kubantu kamu ke tempat tidur,” ucap Rafael.
“Kak, bantu aku,” pinta Mirelle pada Xena. Ia sama sekali tak mempedulikan bantuan yang ingin diberikan oleh Rafael.
Rafael hanya bisa menghela nafasnya pelan. Ia ingin mengancam Mirelle lagi, tapi rasanya saatnya tidak tepat karena ada Xena di sana.
“Kak, bolehkah aku meminjam ponselmu?” tanya Mirelle.
“Tentu saja, siapa yang mau kamu hubungi?” Xena bertanya balik.
“Mommy,” jawab Mirelle.
Mata Rafael membulat saat Mirelle mengatakan kalau ia akan menghubungi Lea. Apakah selama ini Marco dan juga kedua orang tua nya tahu pekerjaan Mirelle? Jika perkiraan Rafael seperti itu dan benar, maka ia tak bisa menggunakan cara itu lagi untuk mengancam Mirelle.
“Aunty? Baiklah, aku akan menghubunginya,” ucap Xena bersemangat.
Bagi Xena, Lea sudah seperti kakak. Hal itu karena wajah Lea yang masih terlihat muda dan sikapnya yang supel hingga dengan mudah bisa berbaur dengan Xena.
Xena menekan layar ponselnya untuk mencari nama Lea.
“Apa masih ada sesuatu yang anda butuhkan, Dokter? Kalau tidak saya ingin beristirahat, anda boleh keluar,” ucap Mirelle.
Rafael tentu saja tak ingin keluar dari sana karena ia penasaran apakah Keluarga Kyler mengetahui pekerjaan Mirelle yang sebenarnya.
“Aku akan terap di sini. Saat ini kamu sedang berada dalam pengawasanku, Elle,” ucap Rafael.
Mirelle memalingkan wajahnya dan hanya melihat ke arah Xena, “bagaimana?”
“Tidak dijawab.”
“Kalau begitu nanti saja kita hubungi Mommy lagi. Aku ingin tidur dulu,” ucap Mirelle.
“Beristirahatlah, aku akan menjagamu di sini,” ucap Xena.
Mirelle memejamkan matanya dan dengan cepat ia terlelap. Terdengar dengkuran halus dan teratur yang menandakan bahwa Mirelle telah berada di alam mimpi.
Ponsel Xena bergerar dan ia langsung menjawab panggilan tersebut.
“Tiger siap, Komandan!”
Xena berdiri kemudian ingin melangkah ke luar, tapi ia kembali dan melihat keadaan Mirelle.
“Aku ada urusan sebentar. Aku titip Mirelle dulu di sini. Kabari aku segera jika ada sesuatu atau ia terbangun dan mencariku,” ujar Xena.
“Baiklah,” jawab Rafael singkat.
“Terima kasih.”
Xena berlalu dari sana dan kini hanya tingga Rafael dan Mirelle dalam satu ruangan yang sama. Rafael mengambil kursi kemudian duduk di samping tempat tidur Mirelle.
“Kamu semakin dewasa dan cantik, Elle. Ntah sejak kapan kamu mulai memenuhi pandangan mataku. Apa kamu tak ingin kita dekat kembali? Aku minta maaf jika dulu sering melukaimu,” ucap Rafael setengah berbisik. Ia tak ingin Mirelle terbangun saat ini, meski utu tak mungkin. Pasalnya di dalam infus milik Mirelle telah disuntikkan obat yang memberi efek mengantuk.
🧡🧡🧡