Hidupku bahagia, meski harus tinggal di rumah sederhana. Apalagi ada dua anak kembar yang tampan mempesona, meski aku tak tahu siapa bapaknya. Aku hanya ingat ada tato kepala naga di tengkuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cassanova Sejati
"Jangan pura-pura lupa Dad," sela Zayn.
"Oke, Dad sama mama akan langsung pulang jika sudah selesai semua," janji Hayden.
Tut...tut...tut... Panggilan langsung dimatikan oleh twins.
"Jiaaahhh, main mutus panggilan aja," gumam Hayden.
"Cerdik juga mereka, saat tak ada ponsel terpegang mereka pun pinjam punya Parto," Hayden tersenyum sendirian.
Ponsel kembali berdering, dan itu dari Parto lagi. Hayden mengira itu pasti ulah kedua putranya.
Meski punya nama keren Alex Chandra, tapi sopir sekaligus asistennya itu lebih suka jika dipanggil Parto.
"Halo Zayn, halo Zayden," Hayden menyapa keduanya.
"Ini Parto tuan," jawab sang penelpon.
"Owh, kirain. Ada apa?" telisik Hayden.
"Mobil nyonya Helena lengkap dengan isinya sudah diantarkan barusan," beritahu Parto.
Sesungging senyum di bibir Hayden.
Terlalu mudah Harrys mengembalikan semua. Pasti ada rencana lain di balik semua itu.
"Pastikan mobil itu aman dari apapun," perintah Hayden.
"Siap tuan," panggilan pun terputus.
Helena masih meneruskan lelapnya terbuai mimpi.
Mode wajah terjelek ditunjukkan Helena di depan Hayden.
"Isssshhh, benarkah ini calon istriku? Nggak ada jaim-jaimnya sama sekali," gumam Hayden dengan sesekali memandang wajah Helena yang tertidur pulas dengan bibir melongo.
Hayden menggaruk kepala yang tak gatal.
Banyak wanita cantik menunjukkan pesona jika berada di hadapan Hayden.
Lah ini? Tidak dengan Helena.
"Aneh bin ajaib sih. Wanita langka dan apa adanya" Hayden masih saja bergumam seraya tersenyum sendirian.
Hayden membangunkan Helena saat sampai di sebuah butik ternama.
"Helena, bangunlah," Hayden menggoyang badan Helena.
Jangankan bangun, bergerak saja tidak.
"Susah juga nih cewek dibangunin," gerutu Hayden.
"Ini jalan terakhir, jika tak bangun juga fix cewek ini pasti pingsan," ujar Hayden.
Hayden memencet hidung Helena hingga Helena kesulitan bernafas.
"Ular... Ular....," teriak Hayden di dekat telinga Helena.
Helena bangun dan panik karena kaget.
Tak sengaja bibirnya mengenai bibir Hayden saat dirinya menoleh.
"Awh, bibirku jadi ternoda," Helena mengusap bibirnya beberapa kali.
"Issshhh, yang benar tuh bibir gue yang ternoda. Tuh, ileran kamu sampai penuh tuh di pipi. Jadi kena dech ke gue," Hayden ikutan mengusap bibir seperti yang dilakukan Helena.
Helena reflek memegang pipinya.
"Beneran?"
"Tuh, lihat di sana" arah mata Hayden menunjuk ke kaca spion.
Dan memang beneran apa yang dikatakan Hayden, jika ada air liur menempel di pipi Helena.
"Issshhh, malu-maluin aja sih Helena," gerutu Helena dalam gumaman seraya menggosok pipinya.
Hayden tertawa sambil menyodorkan tisu basah untuk Helena.
"Makasih tuan," ucap Helena sambil menunduk, terlalu malu untuk menatap netra bening itu.
"Jangan lama-lama, keburu malam. Zayn dan Zayden menunggu," kata Hayden tak terbantah.
"Dia yang ngajakin pergi, dia juga yang ngomel. Kalau ingin lekas pulang, ngapain juga pakai belok kemana-mana," suara Helena berdengung laiknya suara lebah mencari sumber madu.
Helena melihat jam tangannya, "Hhhmmm baru jam sembilan belas ternyata," Helena beranjak mengikuti langkah Hayden.
Sebuah tulisan dengan huruf kapital ada di atas pintu masuk.
Sebuah butik ternama, yang Helena sendiri tak berani membayangkan akan masuk ke sana sejak ayah Hendrawan tiada.
"Kenapa?" tanya Hayden kala melihat Helena berhenti langkahnya.
"Enggak kok," mana mungkin Helena bilang ke Hayden jika dia teringat akan kehidupan lamanya. Ntar Hayden ngira kalau dirinya matre lagi.
"Ngapain kita ke sini?" tanya balik Helena.
Hayden tak menjawab, tapi langsung menggandeng lengan Helena yang dirasanya lelet.
"Kak, siapin kebaya untuk akad nikah," suruh Hayden saat seorang wanita cantik menyambutnya.
"Wah, ada angin apa nih? Seorang tuan muda masuk ke sini, tau-tau nyuruh buatin kebaya buat nikahan. Lo nggak sedang demam kan Hayden?" canda wanita itu.
Helena hanya diam mengamati.
Wanita cantik itu pun menghampiri Helena dan memutari tubuh Helena.
"Siapa nama kamu? Trik apa yang kamu gunakan hingga kulkas dua pintu ini bisa meleleh?," tanyanya.
"Oh ya, namaku Hanny," lanjutnya. Hanny adalah kakak Harrys, yang juga sepupu Hayden.
"Gue, kakak sepupu calon suami lo," jelasnya.
Jika Hayden dan Harrys bagai Tom and Jerry, tidak demikian halnya dengan Hanny. Hayden lumayan dekat dengan Hanny.
"Aku Helena kak," Helena menyambut tangan Hanny yang sangat halus itu.
"Kak, cepetan dech. Nggak usah basa basi," sela Hayden yang tahu jika Hanny itu suka berkicau.
"Mau kamu pakai kapan?" tanggap Hanny.
"Besok," tegas Hayden.
Hanny menghampiri Hayden dan menyentil kening sepupunya itu.
"Kira-kira lo," kata Hanny.
"Beneran kak, besok acaranya," lanjut Hayden menjelaskan.
"Lo mau nyiksa gue semalaman?" hardik Hanny.
"Heemmmm," Hayden mengangguk dengan tenangnya.
"Siapa yang mau nikah besok?" sela Helena membuat Hanny menoleh ke arah Helena.
"Jadi kamu juga nggak tahu?" heran Hanny.
"Lo ini serius nggak sih Hayden Frederick Sampson?" hardik Hanny saking kesalnya.
"Serius kak. Makanya aku ke sini," imbuh Hayden.
"Dan untuk kamu Helena, tak ada penolakan. Atau Zayn dan Zayden jatuh ke tanganku," kata Hayden.
"Anda mengancamku?" tukas Helena dengan mata mendelik membuat Hanny menahan tawa.
Baru kali ini ada wanita yang berani dengan sepupunya.
"Yap,"
"Aku tak mau. Apalagi ada wanita lain juga yang anda ajakin menikah," tukas Helena.
"Siapa? Aku tak merasa tuh?" balas Hayden.
"Tentu saja. Mana ada buaya mengaku," omel Helena.
"Dia mah bukan buaya Helena, tapi kadal," Hanny ikutan mengolok.
"Jangan ikutan kak," Hayden melotot ke arah Hanny.
"Makanya itu kak, dia nggak mau mengaku. Padahal wanita nya saja bilang padaku langsung," rasa kesal Helena memuncak.
"Oh ya?" tanggap Hanny, ikutan memanasi Helena. Senang rasanya menggoda sepupunya yang tampan itu.
Hayden bisa menebak arah pembicaraan Helena dan siapa yang dibicarakan Helena.
"Kamu percaya padanya?" tanggap Hayden.
"Tentu saja. Apalagi kalau melihat track record anda," balas Helena.
"Cassanova Sejati," sela Hanny penuh penekanan.
"Kak," Hayden kesal karena Hanny memperkeruh suasana.
"Ha...ha....," Hanny menjauh membiarkan dua orang itu menyelesaikan masalahnya dulu.
"Kakak mau ke mana?" cegah Hayden.
"Kakak tak boleh pergi sebelum mengukur baju buat Helena,"
"Helena nya aja kagak mau," balas Hanny.
"Yakinin dia dulu dech, pasti sama-sama enak," imbuh Hanny.
"Bantuin!" kata Hayden.
"Ha? Nggak salah tuh?" Hanny tak percaya jika seorang Hayden minta tolong padanya sekarang.
"Tadi aja aku nggak dibolehin ikutan, gue pergi aja dech," kata Hanny.
Hanny mendekat dan membisikkan sesuatu ke Helena.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Prepare buku buat siap-siap, siap-siap besok ulangan #Minggu tetap mengusahakan up, jangan lupa kasih dukungan
Buah kelengkeng buah semangka, buah yang manis rasanya #Terus baca jika kalian suka, biar naik popularitasnya
Sehat selalu buat semuanya 💝
lanjut thor...
jngn berharap terlalu tinggi bu..klo jatuh nti sakitnya ga ada obat..hahaha
ingin bls pantun tapi ga bisa thor.../Grin/
bisa nya kasih semangat untuk mu thor...
lanjuuut...
hhaaissh...thor..jngn di bikin keterlaluanlah mempermankan wanita...krna wanita jugapuny hak untuk menolak,dgn cara apapun...