Warning untuk usia 21+
Kanaya adalah seorang ibu muda yang kehilangan putranya ketika berusia satu minggu karena mengalami gagal jantung, suaminya yang baru saja meninggal enam bulan yang lalu dengan riwayat penyakit yang sama.
Kemiskinannya yang tidak bisa menyelamatkan bayinya membuatnya ingin mengakhiri hidupnya. Ia yang mencoba bunuh diri dengan mengiris pergelangan tangannya hampir membuatnya tewas. Beruntunglah sahabatnya datang tepat waktu menyelamatkan dirinya. Ketika perawatannya cukup baik ia dinyatakan sembuh dan harus meninggalkan rumah sakit.
Tapi ia tidak benar-benar pulang, ia hanya duduk termenung di depan ruang bayi. Bayi kembar yang menangis tidak bisa ditangani oleh perawat, ia berusaha mendekati suster yang nampak kewalahan menggendong bayi malang itu yang baru kehilangan ibu mereka ketika melahirkan mereka. Ia dengan senang hati menawarkan dirinya ke suster yang sedang menggendong bayi kembar tersebut.
"Suster apa yang terjadi kepada bayi itu, mengapa kalian tidak membawanya saja ke ibunya untuk disusui?" Tanya Kanaya pada dua suster itu.
"Ibu mereka baru saja meninggal tadi pagi."Jawab suster itu membuat Kanaya terperanjat karena begitu syok.
"Apa yang dilakukan oleh Kanaya untuk menolong bayi kembar yang sangat malang itu?"
"Bagaimana reaksi ayahnya ketika mengetahui kedekatan Kanaya dengan bayi kembarnya?"
Ditengah perjalanan hidupnya ada pria lain yang akan mengejar cinta Kanaya, selain ayah si kembar siapakah diantara keduanya yang akan memenangkan hati Naya. Apakah Noah ayah si kembar ataukah Reno yang mengharapkan cinta Naya.
"Yuk, ikutin cerita mereka!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. NGIDAM
Waktu berlalu begitu cepat. Tidak terasa kehamilan Kanaya sudah memasuki lima bulan dan proses hukum untuk pelayan Rini telah diputuskan oleh pihak pengadilan Jakarta atas kejahatannya yaitu 20 tahun penjara. Wanita paruh baya itu hanya menanti ajalnya dibalik jeruji besi. Naufal yang kecewa dengan sikap ibu kandung dan juga ibu tirinya memilih tinggal di apartemen bersama istrinya Brenda.
Hati nyonya Ambar sudah menjadi batu, ia tidak bisa memaafkan perbuatan pembantunya yang telah memisahkan ia dan putranya hingga putranya itu meninggal dunia. Ia juga tidak berminat untuk mencegah Naufal pergi dari rumahnya karena mengingat perbuatan yang dilakukan oleh almarhum suaminya dengan pelayannya Rini hingga melahirkan Naufal membuatnya sangat jijik.
"Dibalik kebaikan dan kehangatanmu selama mendampingiku, kau tidak lebih dari lelaki sampah yang tega mengkhianati cintaku demi pelayan murahan itu. Kalian bermain dibelakangku dan memanfaatkan kepolosanku. Bajingan kau Raditya.... aaakkk!" Tumpukan foto album yang ada diatas meja buffetnya berserakan. Foto-foto kenangan ia bersama suaminya menjadi suatu memori yang buruk baginya kini. Nyonya Ambar menyesali kebodohannya yang terlalu percaya dengan pelayan Rini ketika pelayan itu datang pertama kali dari kampung menemuinya meminta pekerjaan padanya sebagai pembantu. Kala itu ia melihat Rini yang sangat sopan dan sangat polos membuat hatinya tergerak untuk menerima perempuan itu menjadi pelayan di rumahnya, tapi ketika baru setahun ia bekerja ia minta pulang kampung. Lima bulan kemudian dia balik lagi dengan perutnya yang sudah membesar dan mengatakan ia sudah menikah dan suaminya baru saja meninggal. Rini diterima lagi bekerja di rumahnya. Karena sama-sama hamil, nyonya Ambar kerap membagikan makanan dan juga baju hamil untuk Rini agar wanita itu terhibur supaya bisa meringankan kesedihannya setelah ditinggal suaminya.
"Apapun yang kumiliki aku selalu berbagi denganmu, tapi rupanya suamiku juga kamu embat dan kamu hamil anak dari suamiku. Aku kurang baik apa lagi padamu, mengapa kamu tega mengambil tempatku dihati suamiku. Setelah kamu berhasil mendapatkan suamiku, kamu juga tega membuang bayiku. Dasar perempuan ja**ng... terkutuklah kau Riniiii!" Teriak nyonya Ambar seraya membanting apa saja yang ada dihadapannya. Ia menangis seorang diri dikamarnya.
Malam itu Kanaya yang sedikit sulit tidur meminta Noah keluar mencari makanan yang ada di sekitar pinggir jalan dekat daerah perumahannya. Ia yang saat ini ingin sekali makan tahu Tek kesukaannya, meminta Noah mencarikan untuknya.
"Noah bangun, aku nggak bisa tidur, aku lapar." Ucapnya sambil mengguncang tubuh Noah yang sudah terlelap.
"Kamu mau makan apa sayang?" tanya Noah yang berusaha mengerjapkan matanya untuk melayani keinginan istrinya.
"Aku mau tahu Tek." pinta Kanaya manja.
"Ini sudah jam satu malam mana ada makanan masih buka dan tahu Tek belum tentu ada jam segini sayang, aku telepon pelayan saja ya untuk membelikan buat kamu."
"Aku maunya makan ditempat abangnya, kalau dibawa pulang suka nggak enak." Kanaya menolak dibelikan oleh pelayannya.
"Entar anak kita mirip abang-abang itu lagi," seloroh Noah menggoda istrinya.
"Hussstt!" Sembarangan kamu kalau ngomong, diaminin malaikat lho!" Kanaya mengomeli suaminya.
"Ya sudah kalau begitu aku ganti baju dulu ya." Noah bangkit berjalan menuju ruang ganti.
"Aku juga mau ganti baju." timpal Naya.
Tidak lama keduanya sudah menyalin baju tidur mereka dengan baju yang lebih layak untuk keluar mencari makanan kesukaan Naya. Keduanya tidak pamit pada siapapun kecuali satpam rumah yang menjaga rumah mereka malam itu.
"Sayang kayanya lagi mendung deh, tuh udah ada gluduknya, sebentar lagi akan hujan. Kamu di rumah saja ya, biar aku yang cariin." Pinta Noah agar Kanaya kembali ke kamarnya.
"Aku maunya ikut, lagian kitakan naik mobil bukan jalan kaki, ya nggak mungkinlah basah-basahan sayang, kalau nggak boleh aku jalan sendiri." Kanaya masih merengek.
"Ya sudah...ok,..ok!" Kita jalan berdua." Akhirnya Noah mengalah dan mengikuti kemauan istrinya.
Keduanya menyusuri jalanan di luar komplek dengan membaca satu persatu tenda yang bertuliskan nama makanan yang dijajakan di warung kaki lima itu. Namun makanan yang diinginkan Kanaya rupanya sudah habis. Naya meminta Noah agar mencari lagi di tempat yang lain. Noah pun menuruti permintaan Kanaya tanpa mengeluh. Ketika sudah mendekati beberapa kedai makanan yang dimaksud Kanaya yang malam itu masih buka, merekapun sangat senang. Naya yang baru ingat bahwa ia lupa bawa dompet meminta Noah yang membayarnya.
"Sayang dompet aku ketinggalan" Kanaya merajuk.
"Aku bawa dompetku tapi aku tidak memilki uang tunai sayang." Ujar Noah.
"Kita cari ATM dulu ya, baru mampir lagi ke sini." Ucap Naya memberi solusi.
"Lebih baik kamu pesan dan makan disini, biar aku sendiri yang mencari ATM yang terdekat, dengan begitu tidak membuang waktu kita sayang.
"Tapi nggak aku tidak mau ditinggal sendirian di sini, kita datangnya bareng, ya harus bareng juga cari Atm-nya, harus senasib dan sepenanggungan, ok my husband?" Ucap Naya.
"Astaga kau ini, makin cerewet saja, apakah bayi kita nanti perempuan ya sayang karena tanda-tandanya kelihatan sekali melalui kamu." Canda Noah lalu terkekeh.
"Cih, so tahu kamu, kalau cowok gimana, mirip kamu dong cerewetnya." Balas Naya ngambek.
"Jangan ngambek dong sayang, akukan cuma becanda. Ayo jadikan kita ke ATM? Noah menghibur istrinya.
"Iyaaa cepatan keburu abangnya pulang nih."
"Ok, lanjut!"
Mereka melihat ke kanan dan ke kiri mencari ATM. Sekitar dua kilometer baru ditemukan, namun sayang Atm-nya rusak, akhirnya mereka mencari lagi di tempat yang lain dan beruntungnya mereka menemukan ATM itu tapi tempatnya sangat sepi. Noahpun turun dari kendaraannya dan menuju ke ATM. Ia sengaja tidak masuk ke halaman ruko tersebut agar lebih cepat cabut dari tempat itu. Sambil menunggu Noah, Naya menyetel musik kesukaannya, namun baru saja ia menyetel musik, tiba-tiba ada seorang wanita yang menghampirinya dengan berjalan sedikit pincang, sepertinya wanita itu sedang hamil tua dan menderita sakit. Naya turun dari mobil hendak menghampiri wanita hamil itu.
"Maaf mbak, apakah anda sedang kontraksi, apakah perlu bantuan kami?" tanya Naya kepada wanita hamil itu yang sedang membukukan tubuhnya menahan perutnya yang sakit.
Bukannya menjawab pertanyaan Naya perempuan itu mencabut pisau yang ada dibalik sepatu bootnya, seketika ia mengarahkan pisau itu ke arah Kanaya, Kanaya kaget dan berteriak ketakutan lalu berusaha mundur dan wanita itu menyerangnya lagi hingga serangan yang ketiga kalinya malah berakhir pada tubuh Noah.
"Kanayaaa, awass!" Noah memeluk tubuh Naya, namun sayang, pinggangnya yang menjadi korban tusukan oleh benda tajam milik perempuan penyamar itu.
Noah berteriak, merasakan sakit di punggungnya lalu seketika jatuh, Naya merasa ketakutan, ia berteriak histeris meminta tolong, namun wanita itu malah ingin menyerangnya lagi Naya pun bangkit dan berlari ke arah mobil.
Noah berusaha menghalangi wanita itu dengan memegang kakinya.
"Akkkhhh!" Pekik Noah kesakitan.
"Noaaahhh!" Tolong.. tolong....aaaa..hiks...hiks!" Naya menangis dan berteriak meminta tolong sambil memegangi tubuh suaminya dan menahan darah yang mengalir dari punggung Noah.
"Naya larii, bawa mobilnya cepaaat!" Teriak Noah meminta Naya menyelamatkan diri dan masuk ke dalam mobil.
nggak kebayang beban yg di bawa Naya /Tongue//Tongue//Tongue/
akhirnya happy ending...
semangat naya...
itu lebih baik, drpd hidup dlm bayang2 almarhumah.
jdi semangat naya