NovelToon NovelToon
Kekuatan Dari System

Kekuatan Dari System

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Reinkarnasi / Sistem
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mdlz

Seorang pemuda tanpa sengaja jiwanya berpindah ke tubuh seorang remaja di dunia lain. Dunia dimana yang kuat akan dihormati dan yang lemah menjadi santapan. Dimana aku? Itulah kata pertama yang diucapkannya ketika tiba di dunia yang tidak dikenalnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mdlz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketiga Belas

Menarik napas sejenak, Patriak Nugraha melanjutkan perkataannya. “Jika dilihat dari kekuatan, sebenarnya sudah setahun yang lalu, Keluarga Nugraha kita sudah turun dari Keluarga kelas dua di kota ini.

Dalam kurun waktu itu pula, tidak ada peningkatan kekuatan di keluarga kita, yang dapat mengimbangi kekuatan keluarga kelas dua lainnya.”

Ruang aula semakin hening, semua orang menunduk terkecuali Wahyu Nugraha, dia tetap mengangkat kepalanya dengan kepercayaan yang sangat tinggi dan menggebu-gebu.

“Hari ini kita akan bangkit,” lanjut Patriak Nugraha sambil mengeluarkan Rumput Awan Merah.

“Rum-rum-Rumput Awan Merah?” Soleh Nugraha berseru kaget, enam rumpun Rumput Awan Merah hadir di depan matanya saat ini.

Patriak Nugraha mengangguk dengan mantap, “Ya! Kamu benar. Ini Rumput Awan Merah yang sangat langka itu. Bahkan keluarga kelas satu harus berdarah-darah hanya untuk mendapatkan satu rumpun.”

“Tapi sekarang, keluarga kita memiliki enam rumpun,” imbuh Patriak Nugraha dengan senyum bahagia.

“Ayah, darimana Ayah mendapatkan benda langka ini?” tanya Mastur Nugraha, masih terkagum dengan elixir yang dilihatnya.

Sebelum Patriak Nugraha menjawab pertanyaan Mastur, dia berkata. “Kalian masing-masing mendapat dua rumpun. Sedangkan Wahyu, kakak tertua kalian ini sudah lebih dahulu menerima.”

“Entah keberuntungan apa dalam pertemuannya di Hutan Kematian, Arsa memberikannya kepadaku. Dan pesannya adalah untuk kalian semua agar bisa meningkatkan kekuatan,” imbuh Patriak Nugraha, tersenyum tapi matanya kembali memerah.

Mendengar apa yang disampaikan oleh sang Patriak, mereka baru menyadari, bahwa kekuatan Wahyu Ronggo telah mencapai tingkat Ketujuh dari Tahap Penyempurnaan Qi.

Melihat tatapan ketiganya, Wahyu Nugraha tersenyum mengangguk, membenarkan apa yang di katakan oleh sang Patriak Nugraha yang tidak lain adalah Ayah dari mereka berempat.

“Kakak, terima kasih.” ucap ketiga Nugraha kepada Wahyu Nugraha.

Mendengar ini, Wahyu Nugraha tertawa ringan, “Hahaha… jangan berterima kasih padaku. Berterima kasihlah pada Arsa, Saudaraku!”

Tidak ingin menunda dan sangat penasaran, Wahyu Nugraha dan ketiga saudaranya bergegas, menuju kediaman Wahyu Nugraha untuk menemui Arsa.

Melihat Ayahnya dan ketiga pamanya berdiri di depan pintu kamar Arya, Lita Nugraha berkata, “Ayah, Kakak sedang pelatihan tertutup.”

Apa yang disampaikan Oleh Lita, adalah sesuai dengan pesan yang dikatakan Arsa kepadanya, tepat ketika Arsa akan menuju bukit belakang rumah.

Melihat kultivasi keponakannya meningkat, Saleh Nugraha berseru, “Hei! Gadis kecil Paman sangat rajin berlatih, rupanya. Hebat! Sekarang sudah berada pada Tahap Kelahiran tingkat Keempat.”

“Tentu saja aku rajin berlatih, “Sahut Lita, dagunya terangkat dengan sangat bangga.

Melihat tingkat lucu Lita ini, ketiga pria paruh baya itu tertawa terpingkal dan menggelengkan kepala mereka.

“Baiklah, aku juga harus latihan tertutup,” pamit Mastur Nugraha pada yang lainnya.

Pada akhirnya, ketiga paman Arsa pun meninggalkan rumah Wahyu. Dengan semangat dan perasaan gembira, ketiganya bersiap melakukan meditasi dalam rangka meningkatkan kekuatan, berbekal elixir langka, elixir yang sebelumnya hanya ada di dalam mimpi.

**

Tidak berselang lama, Ayunda keluar dari dalam rumah, dan menunjukkan dua botol giok berwarna putih, “Suamiku, Tadi Arsa memberikan ini sebelum dia latihan tertutup.”

Mengerutkan kening, Wahyu Nugraha memandangi botol giok putih yang ada di tangannya. Begitu tutup botol dibuka, semerbak aroma obat memenuhi halaman depan rumah Wahyu Nugraha.

Tidak bisa tidak, Wahyu Nugraha dan Ayunda sangat terkejut. Keduanya saling memandang untuk sesaat, lalu kembali menatap botol giok dengan penuh tanya dan takjub.

“Ini adalah Pil Mida Bintang Empat!” seru Ayunda, lalu melanjutkan, “Dan ada lima butir pada setiap botol giok ini.”

“Dari mana putra kita mendapatkan harta karun semewah ini? Benda seperti ini hanya bisa dinikmati oleh keluarga kelas satu,” lanjut Wahyu menimpali.

“Sudahlah! Ayo, gunakan dengan baik. Jangan kecewakan putra kita,” kata Ayunda, sangat ingat dengan pesan yang diucapkan Arsa kepadanya, bahwa semua itu untuk meningkatkan kekuatan mereka.

**

Di dalam kamarnya, Arsa kembali merasakan keanehan, bahwa dirinya seakan sedang diawasi oleh keberadaan lain, namun entah siapa dan dimana sosok keberadaan asing tersebut.

Sebenarnya, sehari sejak ia kembali dari Hutan Kegelapan, Arsa telah merasakan hal ini. Tetapi tidak menghiraukannya, menganggap hal itu hanyalah Firasatnya saja.

Memperluas indra spiritualnya, Arsa mencoba memastikan persepsinya sendiri atas keberadaan pihak lain, dia mencoba sekuat tenaga untuk mendeteksi keberadaan tersebut.

Dan benar saja. ia menemukan keberadaan empat orang, mengawasi rumahnya dari empat posisi yang berbeda-beda, mereka mirip seperti maling yang sedang memantau kondisi terkini sebelum bergerak.

“Siapa orang-orang ini?” setelah bergumam penuh tanya, Arsa keluar melalui jendela kamarnya.

Tujuan Arsa adalah untuk memancing orang-orang yang dia curigai. Paling tidak, jika memang benar mengawasi dirinya, maka di antara orang-orang itu pasti akan mengikutinya.

Sesuai dengan apa yang diperkirakan, begitu Arsa mencapai jarak satu kilo meter dari rumahnya, dua orang terdeteksi mengikuti secara diam-diam, mereka selalu menjaga jarak aman selama mengikuti Arsa.

Arsa terus bergerak, melompat dari satu titik ke titik yang lain. Dan begitu dia sampai pada pinggirian Hutan Kegelapan, dalam sekejap. ia menghilang dari pandangan orang yang mengintai dan mengikutinya.

“Sial! Kemana anak itu pergi?” salah satu pengintai mengutuk dengan kebingungan.

Di saat sedang memindai seluruh area dengan indra spiritual, kedua pengintai itu terkejut bukan kepalang dan kepalang tanggung, di depannya wajah Arsa terpampang jelas sedang tersenyum kearahnya.

“Apakah kalian mencariku?” sapa Arsa secara tiba-tiba, muncuk seperti hantu di belakang dua orang yang mengikutinya dari tadi.

“Kamu, kamu, bagaiamana kamu bisa muncul di belakang kami?” tanya seorang pengintai, mencoba mencerna atas pergantian peristiwa.

Arsa tidak menjawab, tapi justru balik bertanya. “kenapa kalian mengawasi kediaman keluarga Nugraha? Siapa yang menyuruh kalian?”

“Hahaha… Bocah! Kamu tidak perlu tahu. Hari ini adalah hari kematianmu,” ejek salah satu pengintai dengan nada arogan.

“Benarkah?” sahut Arsa dengan santai, bahkan dengan kedua tangannya yang terlipat di belakang punggung.

Melihat tindakan Arsa, kedua pengintai itu langsung menghunus pedang panjag, seperti seorang kapiten, salah satu dari mereka mengancam. “Sebaiknya kamu ikut kami! Sangat tidak mungkin kamu mampu melawan kami berdua.”

Sangat beralasan jika kedua pengintai ini berpikir demikian. Melihat kultivasi Arsa yang berada di Tahap Tranformasi tingkat Kedua, adalah bukan tandingan bagi mereka yang berada pada Tahap Transformasi tingkat Kelima dan Keenam.

“Jika kalian tidak memberitahuku siapa yang menyuruh kalian, aku pastikan kalian tidak akan sempat untuk menyesal, “Ancam Arsa dengan senyum main-main.

Dua pengintai itu tertawa terbahak-bahak, keduanya saling beradu pandang, seolah-olah mereka saat ini sedang mendengarkan lelucon yang paling konyol di dunia.

“Hahaha… Bocah kemarin sore berani menggertak kami? Sungguh lelucon, “Ejek salah satu pengintai, tawanya semakin pecah di keheningan malam.

Mendengar apa yang di ucapkan dua orang pengintai sebelum tertawa. Arsa sambil mengangkat kedua bahu dan ekpresi terkejut berkata. “kami….kamu ajah kali! Aku mah Tidak!”

**

‘Mata Dewa, Mata Ilusi!’ ucap Arsa di dalam hati, mengaktifkan Teknik Mata Dewa di saat yang sama setelah membalas kata.

Seketika, dua pengintai itu berdiri terpaku di tempatnya. Dalam visi keduanya saat ini, mereka merasa sedang diikat pada sebuah tiang besi, ditusuk oleh ribuan pedang yang muncul entah dari mana.

Tidak ada darah yang mengalir, ribuan pedang itu bergerak dengan sendirinya. Namun rasa sakit yang ditimbulkan, benar-benar tidak tertahankan dan sangat menyiksa diri mereka.

Lima napas kemudian, kedua pengintai itu jatuh berlutut, Tubuh mereka gemetar dan mengeluarkan keringat dingin.

Bayangan penyiksaan yang baru saja mereka lalui, sungguh terlalu mengerikan. membuat keduanya memandang Arsa dengan gemetar dan ketakutan yang menghampiri hingga tulang sumsum.

“Siapa kamu sebenarnya?” tanya seorang pengintai dengan suara bergetar.

Mendengar kalimat tanya dari seorang pengintai, sudut mulut Arsa sedikit melengkung dan tersenyum, “Bukankah seharunya aku yang bertanya, kenapa malah kalian yang bertanya?”

“Jika kalian mengatakan yang sebenarnya, aku mungkin akan mengampuni nyawa kalian,” imbuh Arsa kemudian, dan masih tetap tersenyum, senyum yang menakutkan menurut kedua pengintai.

“A-a-a-aku…” seorang pengintai tergagap dan ragu-ragu.

“Baiklah, kesabaranku juga ada batasnya.” mengatakan itu, dua belati muncul di kedua tangan Arsa.

“Buk!” bunyi kepala jatuh terdengar tunggal, menggelinding di tanah, Arsa langsung melempar salah satu belati kearah leher seorang pengintai.

melihat ini, pengintai yang tersisa sangat ketakutan. Dan tanpa sadar, celananya sudah basah dengan air kencingnya sendiri, saking takutnya dengan tindakan kejam Arsa, pengintai itu mengompol-ngompol.

“Aku akan mengatakannya! aku akan mengatakannya! Tolong jangan bunuh aku! Aku akan mengatakannya. “ pekik pengintai yang tersisa dengan sangat ketakutan.

Melihat tatapan kejam Arsa, pengintai itu pun tidak menunda lagi, “Kami di minta untuk mengawasimu oleh Tuan Muda Ndasmu Bohim.”

“Oh, Ndasmu? Kenapa dia memintamu untuk mengawasiku!” Tanya Arsa dengan kening berkerut.

“Kami tidak tahu. Kami hanya diminta untuk mengawasi setiap pergerakanmu.” jawab si pengintai dengan cepat, sambil sesekali melirik ke kanan dan ke kiri, berusaha untuk mencari peluang melarikan diri.

“Hmm, baiklah. kamu tahu apa yang paling aku suka? aku paling suka berbohong.” setelah mengatakan itu, Arsa langsung memengal kepala si pengintai.

System. “Ding! Selamat Tuan. Tuan telah membunuh kultivator Tahap Transformasi tingkat Kelima. Poin Pengalaman bertambah lima puluh…”

System. “Ding! Selamat Tuan. Tuan telah membunuh kultivator Tahap Transformasi tingkat Keenam. Poin Pengalaman bertambah enam puluh. Poin Pengalaman saat ini adalah enam ratus sepuluh.”

Mengabaikan sementara notifikasi system di benaknya, Arsa memeriksa tubuh kedua pengintai yang sudah menjadi mayat, mengambil tas ruang yang mereka miliki.

“Sialan! Kalian miskin sekali!” Arsa mengutuk dua pengintai itu. Dia hanya menemukan tujuh koin emas dan dua senjata berkualitas rendah.

Kendati demikian, Arsa tetap mengambilnya, sekali pun itu adalah nyamuk, tapi tetaplah daging. itulah sebuah pribahasa yang menjadi pendoman Arsa hidup di dunia antah berantah ini.

Dengan jentikan jarinya, Arsa membakar kedua mayat, memusnahkan mereka menjadi abu untuk menghilangkan jejak dan tidak menimbulkan masalah di masa depan.

Berpikir sejenak, Arsa memilih untuk kembali kerumahnya atau masuk kedalam jurang, tempat ia terjatuh beberapa hari yang lalu saat masih lemah dan belum mempunyai system.

Beberapa saat kemudian, ia memutuskan untuk masuk kedalam Hutan Kematian, meningkatkan kekuatannya dengan berlatih secara alami dengan bertarung melawan monster ataupun binatang buas.

Tiba di dasar jurang. Arsa melihat ke arah sebongkah batu besar, senyumnya hangat, batu besar itu mengingatkannya kembali tentang bagaimana ia tiba di dunia antah berantah ini, dunia yang tidak ada kejelasan.

**

Sementara itu, di sekitar Kediaman Keluarga Nugraha, dua pengintai yang masih mengawasi tampak gelisah. Kedua rekannya belum kembali dalam rentang waktu yang tidak wajar.

Penasaran sekaligus curiga, kedua pengintai ini pun bergergas menuju arah kemana dua rekan mereka pergi sebelumnya, mereka mengikuti jejak lintasan aura kedua rekan mereka. kedua pengintai tiba di pinggiran Hutan Kegelapan, tempat kedua rekan mereka di penggal oleh Arsa tanpa perlawanan.

“Kemana mereka? kenapa jejak itu hilang di sini?” gumam tanya salah satu pengintai.

“Sebaiknya kita kembali dan melaporkan kepada Tuan Muda Ndasmu,” kata pengintai lainnya.

***

Keluarga Bohim.

“Ndasmu, persiapkan dirimu! Enam bulan lagi Akademi Pedang Langit akan membuka pendaftaran di Kota ini.” ujar seorang pria paruh baya, yang tidak lain ayah Ndasmu Bohim, Bogan Bohim.

“Hanya sepuluh orang yang di terima jika memenuhi syarat,” Imbuh Bogan Bohim sebelum putranya menanggapi.

“Tenanglah, Ayah! Aku Pasti tidak akan mengecewakanmu. Hanya Keluarga Turah yang menjadi sainganku.” sahut Ndasmu Bohim percaya diri, seolah dirinya sudah pasti mendapatkan tempat untuk di terima di Akademi Pedang Langit.

1
Uraaaa
oke kak
Hr⁰ⁿ
baru baca,Thor kalo bisa pas di system pake tanda ( ) gitu Thor biar mempermudah pembaca,itu aja si sarannya untuk skrng Thor,smngt trus
Uraaaa: oke mksh kak
total 1 replies
Uraaaa
semoga menghibur
Alfathir Paulina
lucu thor nama dr para penjahatnya ada blangkon ada ndasmu ada telu limo🤣🤣🤣🤣👍👍💪💪😙😙
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!