Usia pernikahan yang memasuki tahun ke tiga, harus diuji dengan keinginan suami Hana yang ingin menikah lagi, dengan alasan menginginkan kehadiran seorang anak.
Bagaimana Hana bisa hamil, jika setiap hari dia selalu kelelahan karena harus mengurus rumah dan merawat ibu mertuanya yang sakit-sakitan. Bahkan tubuh Hanna sendiri sudah tak terurus.
"Ijinkan aku menikah lagi, Hanna. Aku menginginkan kehadiran seorang anak. Aku akan tinggal di apartemen dengan istri baruku, dan kau bisa tetap tinggal disini merawat ibu. " Indra.
"Tidak perlu, mas. Aku siap, tinggal satu atap dengan maduku. Tak perlu buang-buang uang untuk membeli apartemen. " Hana.
Akankah Hana bisa tinggal satu atap dengan madunya?
Atau Hana memiliki rencana lain, untuk kebahagiaan dirinya sendiri?
Lanjut yuk. Kasih dukungannya ya, jika kalian suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasehat Ibu
Keesokan harinya, seperti yang dikatakan Indra kepada Ema. Kalau dia ingin membawa Ema pulang hari ini juga. Dokter tidak bisa berbuat apa-apa, karena keluarga pasien menginginkan hal itu. Yang seharusnya Ema harus mendapat perawatan beberapa hari lagi karena keadaannya yang belum stabil.
Tapi karena suaminya sendiri yang memaksa meminta untuk pulang. Akhirnya dokter mengijinkannya pulang dengan terpaksa, dan harus menandatangani kesepakatan, kalau terjadi apa-apa pada Ema itu sudaj lepas dari tanggung jawab pihak rumah sakit. Dokter lalu meresepkan beberapa obat untuk pemulihan Hana di rumah.
"Tuan, silahkan di tebus obat ini di apotik. Dan saya harap nona Ema selama di rumah dia harus beristirahat. Karena keadaannya yang belum stabil. "
"Baiklah, dokter. Saya mengerti. " kata Indra sambil menerima resep obat dari dokter.
"Kalau begitu, saya permisi dulu dokter. " pamit Indra dan hanya mendapat anggukan kepala dari Dokter dan helaan nafas kasar.
Indra segera menuju apotik bersama Ema, dan memberikan resep obat itu kepada Ema.
"Kamu yang antri di apotik, aku akan ambil mobil di parkiran. "
Tanpa menjawab Ema mengambil resep itu dan dua lembar uang ratusan ribu dari tangan Indra, dan segera menuju apotik dengan wajah yang masih sedikit pucat. Dia menjadi pusat perhatian, karena kondisinya yang sepertinya belum sembuh. Hingga ada seorang ibu-ibu yang meminta pegawai apotik untuk melayani Ema terlebih dulu.
"Terima kasih bu. " ujar Ema lemah.
"Iya nak."
Setelah mendapatkan obatnya Ema segera meninggalkan apotik dan menuju mobil Indra berada. Dia segera masuk tanpa berkata apapun.
Indra pun segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang ke rumahnya. Di dalam mobil tampak sangat hening, tak seorang pun yang berbicara. Ema menatap lurus ke depan dengan tatapan dingin, begitu juga Indra.
"Aku ijinkan kamu istirahat di rumah selama satu minggu. Setelah itu aku bebaskan pilihan kepadamu. "
Ema yang mendengar kalimat terakhir Indra pun langsung menoleh kepadanya.
"Setelah kau sembuh, terserah kau masih mau menjadi istriku atau pergi dariku. Karena sudah tidak ada anak yang mengikat diantara kita. Jadi, keputusan ku berikan padamu. " ujar Indra santai masih fokus ke depan.
Ema kembali menatap jalanan di depannya dengan tatapan datar. Entah apa yang dia pikirkan saat ini.
Akhirnya mobil yang mereka kendarai memasuki halaman rumah Indra yang luas, Indra segera keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah tanpa membukakan pintu mobil untuk Ema.
Ema membuka pintu mobil sendiri dan langsung keluar, dia berjalan memasuki rumah mengikuti Indra dari belakang. Indra sudah duduk di ruang keluarga bersama ibunya dan Fia, dan ada seorang wanita asing juga di sana.
Ema ingin langsung berjalan masuk ke kamarnya namun di cegah oleh Bu Gayatri.
"Ema, kemarilah. Duduk disini sebentar bersama kita. "
Ema langsung duduk di samping Fia. Fia menatap Ema penuh iba, dia melihat wajah pucat Ema yang menandakan kalau dia belum sembuh benar.
"Ema, Mulai sekarang kamu beristirahat lah dan pulihkan dulu kesehatanmu. Tidak perlu mengerjakan pekerjaan rumah. Dan Indra, mulai sekarang ada Bi Siti yang akan mengerjakan pekerjaan rumah. Ibu yang memperkerjakan Bi Siti di rumah ini, agar tidak ada korban lagi di rumah ini karena keegoisanmu, Indra. "
Indra terdiam mendengarkan ucapan ibunya begitu juga Ema.
"Dan kau Ema, tidurlah di kamar tamu bersama Fia. Ibu sudah menyiapkan dua tempat tidur di sana, pakaianmu juga sudah dipindahkan Fia dan Bi Siti tadi, kamar belakang akan di tempati bi Siti." Ujar bu Gayatri.
Ema diam saja mendengarkan, tanpa bersuara sedikitpun.
"Fia, antarkan Ema kekamar agar dia istirahat. " perintah Bu Gayatri kepada Fia.
"Iya bu. "
Fia lalu membawa Ema ke kamar nya. Benar yang dikatakan Gayatri kalau di dalam kamar itu sekarang ada dua tempat tidur.
"Mbak kamu tidur di sini, aku tidur di sana. Dan ini lemari mbak Ema. " Fia menujukkan tempat tidur dan lemari untuk Ema.
Ema tak bersuara, namun dia langsung menuju tempat tidurnya dan segera berbaring. Fia yang mengerti perasaan Ema pun segera meninggalkannya sendiri di dalam kamar.
Setelah kepergian Fia, Ema langsung membuka matanya dan menangis dalam diam.
Di kamar Gayatri,
Indra kini berada di kamar ibunya. Karena ibunya itu ingin bicara empat mata dengannya.
"Bu, kenapa ibu memperkerjakan orang lain di rumah ini. " kata indra dengan nada tidak suka.
"Sudah cukup sikap egoismu itu, ndra. Sampai kapan kamu bersikap seperti ini. Kau sudah kehilangan Hana dan bayimu karena keegoisanmu itu Indra. "
"Tapi belum tentu itu bayiku, bu. Dan Hana... " Indra tidak bisa melanjutkan ucapannya karena langsung di sela ibunya.
"Hana pergi karena kau menikah lagi dengan alasan anak. Dan kau tau kenapa Hana tidak segera Hamil. itu karena semua pekerjaan di rumah ini yang tidak ada habisnya dan masih harus merawat ibu. Apa kau sadar, ndra. "
"Sekarang sudah cukup ndra. Jangan kau ulangi kesalahan yang sama. Jangan kau meninggalkan Ema dalam keadaan seperti itu. Ibu malu, ndra. Apa kata orang, kalau kau baru menikah dan di gugat cerai di hari pernikahanmu. Jika kamu berpisah dengan Ema dengan usia pernikahan yang baru seumur jagung, maka gunjingan apa lagi yang harus ibu dengar ndra. " ujar Bu Gayatri menasehati anaknya.
"Bertahanlah dengan Ema, hanya itu yang ibu minta darimu. Dia adalah pilihanmu, yang sudah menyingkirkan Hana dari rumah ini. Jadi kamu harus bertanggung jawab dengan pilihanmu itu. Pernikahan bukan mainan, Indra. Ibu tidak ingin karma buruk menimpamu karena mempermainkan pernikahan. " Bi Gayatri menjeda ucapannya.
"Ibu memang tidak menyukainya, tapi sebagai sesama wanita ibu masih memiliki rasa iba dan kasihan kepadanya. Setelah keguguran kau langsung membawanya pulang, ibu tahu dia masih harus beristirahat di rumah sakit, kan. Hanya karena keegoisanmu ini ndra... " Bu Gayatri tidak bisa melanjutkan kata-katanya, dia hanya mendesah kasar dan menggelengkan kepalanya.
"Mulai sekarang keuangan rumah ini ibu yang atur. Kau berikan semua pengeluaran rumah ini kepada ibu, mulai dari uang belanja, listik, gaji bi siti dan Fia, juga uang untuk Ema. Ibu yang akan mengatur semuanya. Ibu tidak ingin kau bersikap tidak adil kepada istrimu. "
Indra menyandarkan tubuhnya dikursi. Dia tidak bisa melawan perintah ibunya lagi.
"Dan ibu ingatkan kepadamu, bersiaplah menjalani persidanganmu dengan Hana. Dia pasti akan meminta haknya selama menjadi istrimu. Apalagi kau memperlakukannya seperti pembantu selama menjadi istrimu. " Bu Gayatri memperingatkan anaknya.
Indra tersentak mendengar ucapan Ibunya. Memang benar, apa yang dikatakan ibunya. Sama persis dengan ancaman Hana sebelum meninggalkan rumah ini. Kenapa dia bisa lupa???