Lintang Pertiwi hanya bisa diam, menyaksikan suaminya menikah kembali dengan cinta pertamanya. Ia gadis lugu, yang hanya berperan sebagai istri pajangan di mata masyarakat. Suaminya Dewa Hanggara adalah laki-laki penuh misteri, yang datang bila ia butuh sesuatu, dan pergi ketika telah berhasil mendapatkan keuntungan. Mereka menikah karena wasiat dari nyonya Rahayu Hanggara, ibunda Dewa juga merupakan ibu angkatnya. Karena bila Dewa menolak semua harta warisan,akan jatuh pada Lintang. Untuk memuluskan rencananya, Dewa terpaksa mau menerima perjodohan itu dan meninggalkan Haruna Wijaya kekasihnya yang sudah di pacari selama dua tahun.
Akankah Lintang bisa meluluhkan hati Dewa? Atau suaminya akan lebih memilih Haruna. Dan jangan lupa,ada seorang secret admire yang selalu ada bila Lintang bersedih.
Yuk! Pantengin terus kelanjutan dari cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya_tiiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Sudah seminggu sejak Lintang bekerja, ia tidak bertemu kembali dengan cowok rese yang beberapa kali di jumpainya. Lintang sempat berpikir, bila cowok itu adalah seorang penghuni apartemen di atas. Karena melihat dari penampilannya, mustahil bila laki-laki itu seorang pekerja. Swalayan tempat Lintang bekerja, memang terdapat apartemen mewah di atasnya. Namun akses menuju ke atas, berbeda dengan arah pintu masuk pengunjung maupun pekerja. Patut di curigainya segala gerak-gerik cowok itu mengarah padanya, karena pertemuan-pertemuan mereka seolah di sengaja.
Lintang bergidik membayangkan, bagaimana ia yang sebatang kara berada di tempat asing dengan suasana yang berbeda dengan tempatnya dulu. Apalagi penampilannya berbeda dengan cowok yang biasa di jumpainya, dia terlihat urakan dan slengean. Walaupun ada sisi menarik dari dirinya, ia tampan dan cara berpakaiannya yang berkelas. Lintang tau dari busana branded yang di kenakan, meskipun dengan model celana jeans sobek-sobek.
Ah Lintang jadi merindukan kehadiran cowok aneh itu tanpa di sadarinya, tapi kalau boleh biarlah hanya hatinya yang tau. Dari arah depan seorang ibu muda dengan mengandeng seorang bocah lelaki, tampaknya kesulitan mengambil barang yang di butuhkan. Dengan sigap, Lintang menolong meraih benda yang di maksud.
"Makasih Mbak" ucapnya tulus.
"Sama-sama" sambil tersenyum, Lintang mengangsurkan Pampers bayi pada sang ibu.
"Hallo anak manis, mau lolipop gak?" tanya Lintang, menjawil pipi tembem bocah lelaki itu. Ia merogoh saku kemejanya, dimana ia menyimpan sebatang permen.
Anak kecil itu tampak malu-malu, lalu bersembunyi di belakang ibunya. Tetapi matanya yang bening, menatap permen kaki di tangan Lintang. "Ayok, kalo mau harus di ambil" goda Lintang, memainkan lolipop nya.
Si ibu muda itu tampak menarik tangan kecil anaknya, lalu mendorongnya pelan ke depan Lintang. "Kalo suka, kakak boleh ambil" senyum lembut sang ibu, membuat anaknya berani mengambil pemberian Lintang.
"Hayoo...bilang apa sama Mbak cantiknya?" tanya si ibu, begitu putranya hendak membuka bungkusan permennya.
"Maacih...!" dengan suara cadelnya, ia berucap.
"Sama-sama, ganteng!"
Lintang melambaikan tangannya,begitu ibu dan anak itu berlalu. Ia memang senang dengan anak kecil, apalagi yang gemuk dan lucu seperti itu.
"Maaf Mbak, kalo cari aftershave lotion di mana ya?" tanya seorang pemuda ABG.
"Di sebelah kiri, dekat dengan shampo" jawab Lintang, tanpa melihat siapa yang bertanya. Ia sedang merapihkan barang-barang, yang letaknya tidak pada tempatnya.
"Duh Mbak, saya bingung produk mana yang paling baik?" tanyanya lagi.
"Biasanya, adek pake merk apa?"
"Saya lupa lagi, soalnya keburu di buang botolnya " pemuda itu menggaruk tengkuknya dengan malu.
"Masa lupa sih, lagian cambangnya juga belum ada. Kok, cari lotion pencukur" gerutu Lintang pelan.
"Mbak bisa tolong, cariin buat saya?"
"Ayok, kita ke sebelah sana."
Lintang membawa sang pemuda, menuju rak yang memajang berbagai merk produk perawatan untuk pria.
"Silahkan dek!"
"Menurut Mbaknya, yang cocok buat saya yang mana?" tanyanya lagi bingung.
"Hadeuh, tampang masih bocil kok udah mau perawatan sih?"
"Abisnya saya malu, dikatain cupu" ucapnya, sambil senyum-senyum sendiri.
"Apa ada kesulitan, Lintang?" tanya Anna, teman satu shiftnya.
"Ini lho Mbak, mau cari lotion pencukur tapi Mas-nya lupa lagi merk-nya" jawab Lintang, menunjuk kearah pemuda tanggung itu. "Dek, sama Mbak Anna ya cari barangnya" sambungnya lagi.
"Enggak jadi deh Mbak, saya ke sini lagi kalo udah ketemu bekas botolnya" ujarnya, melangkah tergesa-gesa meninggalkan area non food.
"Ish dasar semprul! Dia itu cuman mau kenalan doang sama kamu, Lintang. Pura-pura belanja, padahal akal-akalan aja" bibir Anna nyerocos dengan mata mendelik sebal, melihat cowok tanggung itu berlalu.
"Hihihi! Lucu juga ya, berasa waktu masih SMU. Kalo ke toko aku juga suka liat-liat dulu pelayannya, kali aja ada yang ganteng."
"Berarti kita sama dengan anak cowok tadi, cuman mau cuci mata bukan belanja" Anna menambahi ucapan Lintang. "Udah yuk! Masih banyak kerjaan yang belum di susun di rak-rak. Takutnya Bu Tika ngamuk-ngamuk, liat kerjaan belum beres tapi malah sibuk ngerumpi."
"Baiklah, kakak senior" canda Lintang, beranjak menuju tempatnya tadi yang sedang menyusun barang.
****
Pergantian shift sudah selesai, Lintang bersama Anna tengah bersiap-siap pulang. Ke dua gadis cantik itu beriringan berjalan menuju loker, tempat menyimpan tas juga hape. Ketika menyalakan mode on pada gawainya, Lintang mendapatkan pesan dari Om Ahmad.
(Assalamualaikum Lintang, Om ada di Surabaya. Bisa kita ketemuan? Om menginap di hotel Ascott, di depan tempat mu bekerja )
(waalaikumsalam, oke Om. Aku otw sepulang kerja ) Lintang segera memasukkan kembali gawainya, kemudian langsung menuju tempat Om Ahmad berada.
"Anna, aku duluan ya."
"Iya, hati-hati Lintang."
Sambil menyandang tas selempangnya, Lintang berjalan cepat keluar dari tempatnya bekerja. Hotel yang berdiri megah memang ada di seberang jalan, sehingga memudahkan untuk Lintang menemukannya. Di pintu masuk tampak Mirna tengah memberi jawaban, pada seorang turis asing yang sedang bertanya.
Lintang hanya melambaikan tangannya saja, ia buru-buru menghampiri meja dekat jendela kaca. Di sana duduk Om Ahmad , tengah menikmati secangkir minuman.
"Hallo Om, apa kabar?"
"Lintang, kabar Om baik. Bagaimana dengan kamu?"
"Aku baik-baik saja Om."
"Good, itu yang Om harapkan. Tapi ada kabar kurang baik, dengan proses perceraian mu" ucap Om Ahmad prihatin.
"Ada apa? Jangan bikin jantung aku kaget, Om" Lintang terlihat cemas, tak sadar ia mengguncang-guncang tangan Ahmad.
"Dewa meminta kamu, untuk membatalkan perceraian. ia ingin bertemu dan bermediasi, tentang kelanjutan pernikahan kalian."
"Maaf Om, aku gak bersedia menarik kembali berkas perceraian. Dewa sudah dengan jelas, menjatuhkan talak tiga pada ku. Di mata agama aku sudah bercerai, tinggal menuju proses resmi dari negara."
"Itu sudah Om katakan, tetapi ia bersikeras ingin bertemu."
"Sekali lagi aku tegaskan, aku gak bersedia bertemu dan memberi kesempatan lagi."
"Oke, akan Om sampaikan keinginan mu. Sekarang pesanlah makanan atau minuman, Om ingin dengar pengalaman mu bekerja di tempat Sasongko."
"Kebetulan banget, aku memang lapar. Boleh aku pesan makanan berat, Om?"
"Apa pun itu, silahkan Lintang" Om Ahmad memanggil waiters yang sedang bertugas, dan memintanya untuk mencatat pesanan Lintang.
"Mas aku mau nasi soto sama jus jeruk, ya."
"Baik mbak, mohon menunggu sebentar. Pesanan akan segera di antar."
"Gimana kabar Sasongko?" tanya Om Ahmad, setelah sang waiters berlalu.
"Kelihatannya sih, sehat. Malah, ia titip salam sama Om."
"Oo ya, Om juga udah lama gak ketemu. Mungkin setelah ini, Om mau menghubungi beliau."
Tiba-tiba suara gawai Om Ahmad berbunyi, ia segera berdiri agak menjauh untuk menerima panggilan. Sementara dari arah meja berlawanan, tampak seorang pemuda tampan tengah menikmati hidangannya. Mukanya di tekuk, dengan pandangan berkilat. Arah pandangnya tertuju pada gadis galak yang di jumpainya seminggu lalu, sedang berkencan dengan laki-laki tua berkacamata. Dengan berani pemuda itu menghampiri meja Lintang, ketika pria tua itu menerima telpon.
"Bagus sekali, Princess! Enggak mau sama aku yang masih muda, eh malah tertarik dengan daun tua."
"Ish, kamu lagi. Bisa gak sih, menyingkir dari depan ku sekali saja" dumel Lintang, sembari membuang muka.
"Jadi, sukanya dengan yang udzur?!"
"Hah...!"
****
yg ad hidupx sendirian nnt x