Kehidupan bahagia yang dijalani Thalia setelah dinikahi oleh seorang pengusaha kaya, sirna seketika saat mendengar kabar bahwa suaminya tewas dalam sebuah kecelakaan maut. Keluarga almarhum sang suami yang memang dari awal tidak merestui hubungan mereka berdua, mengusir Thalia yang sedang hamil besar dari mansion mewah milik Alexander tanpa sepeser uang pun.
Di saat Thalia berhasil bangkit dari keterpurukan dan mulai bekerja demi untuk menyambung hidupnya dan sang buah hati yang baru beberapa bulan dia lahirkan, petaka kembali menimpa. Dia digagahi oleh sang bos di tempatnya bekerja dan diminta untuk menjadi pelayan nafsu Hendrick Moohan yang terkenal sebagai casanova.
"Jadilah partner-ku, aku tahu kamu janda kesepian bukan?"
Bagaimanakah kehidupan Janda muda itu selanjutnya?
Bersediakah Thalia menjadi budak nafsu dari Hendrick Moohan?
🌹🌹🌹
Happy reading, Best...
Jangan lupa tinggalkan jejak
⭐⭐⭐⭐⭐ bintang 5
💖 subscribe
👍 jempol/ like
🌹 kembang, dan
☕ kopi segalon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah Lagi
Mendengar perkataan sang asisten, pria berwajah tegas dan berparas tampan tersebut kembali menatap Thalia. Dia menyipitkan mata, menelisik wanita cantik di hadapan. Tidak lama kemudian, bos TMC tersebut menggeleng.
"Tidak masalah, tapi kali ini sepertinya aku harus berusaha keras untuk mendapatkan dia. Dia terlihat berbeda dengan wanita-wanita lain yang biasa menawarkan diri dan menjatuhkan tubuhnya di atas ranjangku," balas Moohan juga dengan bisikan.
"Tapi aku yakin, aku pasti bisa mendapatkannya." Moohan tersenyum lebar, menampakkan deretan giginya yang rapi dan bersih.
Zack hanya mengedikkan bahu. "Terserah kamu saja, Bos. Jika butuh bantuan, aku selalu siap membantu." Zack segera berdiri. "Aku harus balik ke ruanganku. Berkas meeting untuk nanti malam, belum aku siapkan," lanjutnya yang kemudian segera berlalu meninggalkan ruangan sang atasan yang juga merupakan sahabatnya.
"Hei, kamu! Siapa nama kamu?" Moohan kemudian beranjak dan menunjuk ke arah Thalia, setelah Zack keluar dari ruangannya.
"Sa-saya, Tuan?" gugup Thalia bertanya, seraya menunjuk dirinya sendiri.
"Ya, kamu! Memangnya, ada siapa lagi di ruangan ini selain kamu dan saya?" Moohan nampak sedikit jengkel. Pria berwajah tegas itu berjalan mendekati Thalia yang menundukkan kepala.
"Saya Thalia, Tuan," jawab wanita cantik itu kemudian, memperkenalkan namanya seraya menatap Moohan sekilas dan kemudian kembali menunduk.
"Nama yang cantik, secantik orangnya." Moohan mulai melancarkan aksinya. Bos The Moohan Corporate tersebut kemudian tersenyum pada Thalia meskipun wanita di hadapannya tidak melihat senyumnya.
"Aku lebih suka jika karyawan yang bekerja di ruanganku tidak memakai seragam. Apa Zack tidak memberitahumu, tadi?" lanjut Moohan, bertanya.
Pria yang wajahnya dipenuhi bulu-bulu kasar tersebut kembali memindai penampilan Thalia. Dia mengerutkan kening, nampak tidak suka dengan penampilan karyawan barunya. Pakaian seragam yang dikenakan oleh Thalia, terkesan kedodoran karena memang ukurannya sangat besar dan hanya ukuran itu yang tersisa.
Tentu saja bos TMC lebih suka penampilan Thalia seperti pertama kali dilihatnya. Sebab, dengan blouse putih tadi, Thalia terlihat begitu seksi. Dadanya yang penuh dengan Asi, nampak begitu menonjol dan segar. Membuat Moohan yang memperhatikan Thalia dari dalam mobilnya, menelan saliva.
Thalia menganggukkan kepala. "Ya, Tuan. Tadi Mr. Zack sudah menjelaskan, tetapi saya belum punya kesempatan untuk berganti pakaian," terangnya.
"Sekarang, ganti pakaian kamu dengan blouse putihmu yang tadi," titah Moohan membuat Thalia mengerutkan dahi.
'Blouse putih? Kapan Mr. Moohan melihatku mengenakan blouse putih? Bukankah kami baru bertemu sekarang?'
"Sekalian, buatkan aku kopi hitam kental tanpa gula," lanjutnya, mengurai lamunan Thalia.
"Baik, Tuan," balas Thalia yang bergegas meninggalkan ruangan sang bos.
*****
Sore menjelang. Thalia yang di hari pertamanya bekerja dan mendapatkan segala kemudahan, pulang dengan wajah senang. Ibu satu anak tersebut tidak perlu khawatir akan kehabisan uang karena Zack telah setuju dengan penawarannya, yang meminta digaji seminggu sekali. Apalagi gaji yang dijanjikan oleh asisten pribadi Moohan kepadanya cukup tinggi.
Thalia yang baru mengerti bahwa sang atasan ternyata doyan main perempuan dan sering membawa mereka ke kantor, juga tidak peduli karena itu bukan urusannya. Yang terpenting, Moohan tidak mengganggunya. Bos TMC itu juga baik dan cukup sopan pada Thalia.
Tadi siang, Thalia juga diizinkan ketika pamit untuk makan siang di rumah. Sengaja, wanita muda itu memilih makan di rumah agar bisa sekalian memberikan Asi pada sang putri karena dia belum memesan layanan jasa untuk mengambil Asinya. Rencana, mulai esok hari Thalia baru akan menggunakan jasa kurir untuk menghemat ongkos transportasi.
Wanita bertubuh seksi tersebut hendak pulang dengan menaiki bis kota, seperti tadi siang. Berebut bangku dengan penumpang lain karena memang jika jam pulang kerja seperti sekarang, bus akan penuh dan sesak dengan orang-orang yang mau pulang. Tidak seperti tadi siang yang lapang, bahkan tanpa penumpang.
"Hey, Thalia!" seru Zack yang menyusul naik ke dalam bus kota.
Thalia yang baru saja mendapatkan tempat duduk, dibuat terkejut mendengar ada yang menyerukan namanya. Wanita cantik itu segera menoleh ke arah sumber suara. Dia mendapati asisten pribadi Moohan sudah berdiri di hadapan.
"Ayo, turun!" ajak Zack sebelum Thalia sempat bertanya.
Melihat semua mata kini tertuju ke arahnya, Thalia kemudian berbisik. "Ada apa, Tuan? Kenapa saya harus turun?" tanya Thalia.
"Bis ini sebentar lagi jalan dan saya akan menunggu cukup lama untuk pemberangkatan bus selanjutnya," imbuhnya menolak, seraya memberikan alasan.
"Turun atau besok kamu tidak akan menginjakkan kaki lagi di perusahaan!" ancam Zack yang berdiri mepet ke bangku Thalia karena desakan dari para penumpang. Zack memang mengatakannya dengan suara pelan, tetapi penuh penekanan.
'Bagaimana ini? Baru saja aku mendapatkan pekerjaan, masak iya sudah harus dipecat. Sementara aku butuh uang untuk makan,' monolog Thalia dalam diam.
"Bagaimana, Thalia?" Zack yang masih menunggu jawaban Thalia, nampak tidak sabar karena suasana pengap di dalam bus kota membuatnya tidak nyaman.
Tanpa menjawab pertanyaan Zack, Thalia kemudian berdiri. Membuat asisten pribadi Moohan itu tersenyum seringai. Thalia kemudian mengekor langkah Zack yang bertubuh tinggi tegap, menyibak para penumpang untuk mencari jalan menuju pintu dan kemudian turun dari bus yang sudah penuh sesak.
Zack membawa Thalia menuju ke sebuah mobil panjang mewah keluaran terbaru. Mobil yang hanya beredar sedikit di seluruh dunia. Asisten pribadi bos pemilik TMC itu kemudian membukakan pintu mobil bagian belakang dan menyuruh Thalia untuk segera masuk ke dalam sana.
"Tuan, sebenarnya saya mau diajak kemana?" tanya Thalia yang sepertinya enggan untuk naik ke dalam mobil limousine tersebut.
"Jangan banyak tanya, nanti Mr. Moohan sendiri yang akan mengatakannya kepadamu! Cepat, masuk!" Zack menatap Thalia, dengan tatapan mengintimidasi.
Wanita cantik itu menghela napas panjang. 'Kalau saja aku memiliki sedikit saja uang untuk bisa bertahan hingga bulan depan, sudah pasti aku akan langsung mengundurkan diri dari perusahaan Mr. Moohan dan mencari pekerjaan di tempat lain. Seenaknya saja mereka, menyuruh karyawan dengan sewenang-wenang,' batin Thalia, kesal.
Tanpa semangat, Thalia kemudian masuk ke dalam mobil mewah milik presiden direktur TMC. Mobil segera melaju setelah Thalia duduk dengan nyaman di dalam sana. Wanita muda yang belum lama ini melahirkan, tidak berani menoleh ke arah Moohan yang menatapnya dengan tatapan entah.
"Kamu tidak keberatan, kan, menemaniku makan malam bersama klien?" Suara seksi Moohan, mengurai keheningan.
"Jujur, saya keberatan, Tuan. Bukankah jam kerja saya hanya sampai jam empat sore?" balas dan tanya Thalia dengan sangat berani. Membuat Moohan yang tidak menyangka dengan jawaban yang tersirat penolakan dari karyawan baru di kantornya itu mengerutkan kening, tetapi sedetik kemudian sang Presdir tersenyum tipis.
'Nice ...' batin Moohan.
"Oke, aku tahu itu. Lain kali, aku akan meminta ijin padamu dulu jika hendak mengajak kamu keluar. Lagipula, kamu tidak bekerja secara cuma-cuma. Ini akan dihitung sebagai lembur," ujar Moohan yang sepertinya sudah merencanakan akan sering mengajak Thalia untuk keluar hingga malam.
"Maaf, Tuan, saya tidak bisa bekerja lembur. Saya tidak mau menyiksa diri sendiri dengan bekerja secara berlebihan meskipun memang saya membutuhkan uang," sanggah Thalia yang dapat menebak bahwa dia pasti akan sering disuruh untuk kerja lembur.
Moohan terkekeh pelan. "Oke-oke. Aku mengerti. Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk kerja lembur dengan menemaniku makan malam bersama rekan bisnisku." Presiden direktur TMC itu memilih mengalah.
"Sebelum kamu aku antarkan pulang, temani aku untuk sekadar minum kopi di kafe sekitar sini," pinta Moohan, kemudian. Pria berwajah tegas itu lalu memberikan kode kepada asisten pribadinya yang duduk di bangku depan bersama sopir.
Terpaksa, Thalia hanya bisa ikut dengan keputusan sang presdir. Tidak lama kemudian, mobil panjang tersebut berhenti tepat di depan sebuah kafe. Moohan segera turun yang diikuti oleh Thalia.
Mereka berdua berjalan beriringan menuju ke sebuah bangku yang telah dipesan oleh Zack yang berjalan mendahului tadi. Thalia duduk dengan canggung di hadapan sang bos. Sementara Zack dan sopir pribadi Moohan, duduk entah dimana.
Pria berparas tampan, bermata tajam dan memiliki senyuman yang menggoda iman tersebut terus saja menatap Thalia. Dia mengagumi kecantikan alami wajah wanita di hadapan. "Thalia, apa kamu tidak berniat untuk menikah lagi?"
☕☕☕☕☕☕☕☕☕☕ tbc.