NovelToon NovelToon
JANGAN MADU AKU GUS

JANGAN MADU AKU GUS

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Pihak Ketiga
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

🏆🏅 Juara Harapan Baru YAAW Season 10🥳

Kalau nggak suka, skip saja! Jangan kasih bintang satu! Please! 🙏🙏

Hafsa tidak menyangka bahwa pernikahannya dengan Gus Sahil akan menjadi bencana.

Pada malam pertama, saat semua pengantin seharusnya bahagia karena bisa berdua dengan orang tercinta, Hafsa malah mendapatkan kenyataan pahit bahwa hati Sahil tidak untuknya.

Hafsa berusaha menjadi istri yang paling baik, tapi Sahil justru berniat menghadirkan wanita lain dalam bahtera rumah tangga mereka.

Bagaimana nasib pernikahan tanpa cinta mereka? Akankah Hafsa akan menyerah, atau terus berjuang untuk mendapatkan cinta dari suaminya?

Ikuti terus cerita ini untuk tahu bagaimana perjuangan Hafsa mencairkan hati beku Gus Sahil.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Kamu Minta Apa?

Hafsa keluar dari ruangan dengan langkah terseok-seok. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan keadaan hatinya saat ini. Rasanya seluruh tulangnya dilepas satu persatu dari tubuhnya. Sakit luar biasa. Pikirannya mulai berkecamuk. Ia berjalan tak tentu arah.

"Hafsa, awas!" Sebuah tangan meraih pergelangan tangan Hafsa, mencegah langkahnya agar tidak jatuh ke tangga yang curam.

Hafsa menoleh ke si pemilik tangan. "Gus Sahil?"

Hafsa mengibaskan tangannya. Melihat sang suami membuat perasaannya jadi lebih buruk.

"Kamu kesini mau menjenguk Umi kan?" Gus Sahil mengikuti Hafsa yang berjalan terburu-buru. "Tolonglah Sa. Setidaknya jenguk Umi sebentar. Sakit Umi makin parah. Aku takut hari ini bisa jadi hari terakhir Umi,"

Langkah Hafsa seketika berhenti mendengar ucapan Gus Sahil. Ah, Umi Zahra. Ia jadi teringat kalau mertuanya itu masuk rumah sakit karena dirinya.

"Umi Zahra benar-benar tidak mau dirawat sama siapapun. Bahkan sejak kemarin menolak untuk makan. Aku sama Abah sudah berusaha membujuk, tapi sia-sia. Sepanjang hari yang Umi sebut itu cuma nama kamu Sa,"

Hafsa memejamkan matanya. Rasa tidak tega mulai menjalari hatinya.

"Aku mohon Sa," Gus Sahil bersimpuh di hadapan sang istri. "Aku minta maaf. Aku memang sangat egois sama kamu. Aku nggak memikirkan perasaan kamu. Aku udah berjanji kalau Aku nggak akan membahas poligami lagi. Aku minta maaf sebesar-besarnya Sa,"

Hafsa memandang Gus Sahil yang masih berlutut di depannya. Wajah suaminya itu masih tetap tampan, hanya saja jauh lebih berantakan. Rambut panjangnya yang ikal tampak terikat asal-asalan, jambangnya juga mulai tumbuh di sekitar dagunya.

"Gimana dengan mbak Roha?" Hafsa menghembuskan nafas berat. "Bukannya njenengan bilang yang bisa merawat Umi cuma dia?"

Gus Sahil menggelengkan kepala lemah. "Umi mengeluarkan Roha dari abdi ndalem. Bahkan Roha tidak boleh masuk ke ruangan Umi sama sekali. Aku tahu aku benar-benar nggak tahu diri. Tapi, sekarang Umi benar-benar hanya butuh kamu Sa,"

Hafsa masih bergeming di tempatnya. Kata-kata Gus Sahil terdengar tulus. Tapi apakah yang ia lihat itu benar adanya?

"Hafsa, aku mengerti betapa sakitnya hati kamu gara-gara aku. Tapi, aku berjanji, aku nggak akan pernah menduakan kamu. Aku tidak akan pernah memadu kamu. Aku akan berubah Sa,"

"Bagaimana njenengan bisa menjaga janji itu?" kata-kata Hafsa terdengar dingin, tapi matanya sedikit redup. "Bagaimana saya bisa percaya sama omongan njenengan?"

Gus Sahil terdiam sejenak. Ia mulai berpikir keras. Kemudian sebuah solusi tampak terbesit di pikirannya. Ia memandang Hafsa dengan tatapan yakin.

"Apapun yang kamu mau, aku akan mengabulkannya,"

...----------------...

Hafsa pergi ke ruangan Umi Zahra dengan diantar Gus Sahil. Ada beberapa orang yang Hafsa kenal juga berjaga di sana, seperti Mabrur dan Mbak Zulfa. Mereka tampak menunggu di depan kamar dengan wajah cemas.

Keadaan Umi Zahra yang memprihatinkan membuat Hafsa semakin diliputi perasaan bersalah. Lihatlah, mertuanya sedang berbaring lemah dengan alat bantu oksigen di hidung dan mulutnya. Tangannya tertusuk jarum infus, dan badannya entah mengapa terlihat semakin kurus. Padahal Hafsa ingat baru keluar rumah beberapa hari saja.

Hafsa segera menempatkan diri duduk di samping ranjang Umi Zahra. Menggenggam tangan mertuanya. Mengirimkan do'a.

"Umi.." Panggilnya lirih. Mata Umi Zahra terlihat berat untuk terbuka, tapi bibirnya tersenyum menyadari kedatangan Hafsa.

"Nduk.."

Hafsa menahan tangisnya saat mendengar panggilan sayang dari Umi Zahra. Hatinya bergetar melihat orang yang ia anggap ibunya sendiri terbaring lemah seperti ini. Fakta bahwa salah satu penyebabnya adalah dirinya sendiri membuat Hafsa semakin merasa bersalah.

"Maafkan Hafsa Umi.." Hafsa mencium lembut tangan sang mertua. "Maaf Hafsa membuat Umi sakit begini,"

"Bukan salahmu Nduk," Umi Zahra menenangkan. "Umi yang salah karena tidak bisa mendidik Sahil dengan baik,"

Hafsa menggelengkan kepalanya. "Seharusnya saya tidak pergi dari rumah seperti itu. Hafsa minta maaf Mi,"

"Umi yang salah Nduk," Umi Zahra berkata dengan air mata mengalir di kedua pipi. "Umi sebenarnya sudah tahu sejak dulu soal hubungan mereka berdua. Tapi Umi biarkan saja. Umi kira, hubungan itu hanya sekedar cinta semu anak muda, dan akan menghilang seiring berjalannya waktu. Umi nggak menyangka kalau ternyata hal itu membuat masalah seperti ini," Umi Zahra terisak.

"Umi sudah marahi Sahil habis-habisan Nduk. Umi juga mengeluarkan Roha dari abdi ndalem. Umi sepenuhnya memihak kamu. Kamu lah korban dari semua ini,"

Hafsa menunduk, menahan sekuat tenaga agar tangisannya tidak pecah.

"Umi sama sekali tidak sadar kalau ternyata anak Umi memperlakukan kamu seperti itu. Umi kira kalian baik-baik saja selama ini. Maafkan Umi ya Nduk,"

Hafsa kembali menggelengkan kepalanya. "Bukan salah Umi,"

Umi Zahra mengusap perlahan kedua pipi menantunya. Menghilangkan jejak air mata dari sana. "Umi akan menerima semua keputusan kamu Nduk. Tapi Umi harap, kamu bisa memberikan kesempatan kedua untuk Sahil. Kamu bisa melakukan apa saja padanya. Pukul saja kalau perlu. Umi nggak papa. Karena kalau itu terjadi, Umi tahu bukan kamu yang salah."

Hafsa memandang wajah kurus Umi Zahra dengan tatapan haru. Detik itu ia tahu bahwa kasih sayang Umi Zahra begitu besar kepadanya.

...----------------...

Begitu Hafsa keluar dari ruangan itu, semua orang berdiri menyambutnya. Menatapnya dengan tatapan khawatir.

"Umi sudah mau makan. Tadi saya suapi beberapa sendok. Sekarang sudah tidur,"

Ucapan Hafsa membuat semua orang menghembuskan nafas lega. Tentu saja itu adalah kabar baik. Dari kemarin, Umi Zahra bahkan menolak dikunjungi siapapun.

"Sekarang kamu mau kemana?" Gus Sahil bertanya antusias. Wajahnya terlihat lebih cerah dari sebelumnya.

"Pulang," Hafsa menjawab singkat.

"Aku antar ya?"

"Saya bawa mobil sendiri,"

"Yasudah, aku antar pakai mobilmu. Nanti Mabrur mengikuti di belakang pakai mobilku,"

Hafsa mengernyitkan dahi mendengar saran dari Gus Sahil. "Nggak usah repot-repot Gus,"

"Memangnya kamu nggak mau pulang ke rumah kita?"

Rumah kita? Entah kenapa, mendengar kalimat itu dari mulut Gus Sahil membuat Hafsa merinding. "Saya belum mau pulang ke Darul Quran,"

"Oke, oke." Gus Sahil tahu urusan ini tidak mudah. "Aku antarkan saja kamu ke Bahrul Ulum, sekalian aku mau menemui Abah Ali dan Umi Hana. Bagaimana?"

Hafsa hendak menolak, tapi memikirkan kembali masalahnya membuat kepalanya pusing. Pasti bahaya kalau pulang sendirian dalam kondisi seperti ini.

Melihat anggukan kecil Hafsa, Gus Sahil segera memimpin Hafsa menuju parkiran rumah sakit.

...----------------...

Perjalanan pulang berlangsung dalam keheningan. Hafsa duduk di kursi penumpang dengan pandangan kosong, memikirkan segala peristiwa yang terjadi dalam beberapa hari terakhir. Mau tidak mau, ia kembali teringat perkataan Dr. Hanum, kalau dirinya mungkin hanya bisa bertahan selama enam bulan.

Hafsa menoleh memandang Gus Sahil yang duduk di belakang setir.

"Gus," panggilnya lirih.

"Ya?" Gus Sahil menjawab gugup. Sejak tadi ia mencoba merangkai kata untuk memulai percakapan, tapi tidak berhasil. Ia tidak menyangka Hafsa akan bicara duluan kepadanya.

"Ada apa?" Gus Sahil menoleh sekilas, tapi matanya tidak lepas dari jalan raya.

"Tadi njenengan janji mau mengabulkan semua permintaan saya,"

Gus Sahil mengangguk cepat. "Iya. Aku akan kabulkan semua yang kamu mau. Kamu mau apa? Belanja? Makan? Atau pergi jalan-jalan?"

Hafsa menggelengkan kepalanya. "Saya cuma mau minta cintanya njenengan,"

Perkataan Hafsa membuat Gus Sahil serta merta menginjak pedal rem. Mobil berhenti mendadak. Untunglah jalan raya tidak terlalu ramai, sehingga tidak ada masalah yang serius.

"Gus! Hati-hati!" Hafsa memprotes. Tubuhnya condong ke depan saat mobil berhenti tiba-tiba. Untunglah ia memakai sabuk pengaman.

"Maaf, maaf." Gus Sahil mengecek apakah istrinya terluka, tapi untungnya tidak. "Aku jadi tidak fokus karena ucapanmu tadi. Bisa kamu ulangi?"

Hafsa menghembuskan nafas, "Saya cuma mau minta cintanya njenengan Gus. Tidak lama kok, cukup enam bulan saja."

Kedua alis Gus Sahil bertaut. "Kenapa cuma enam bulan? Kenapa tidak minta selamanya?"

Hafsa mengalihkan pandangan ke arah jalan raya.

"Karena saya tahu memaksakan sesuatu yang tidak disukai itu menyakitkan. Saya tidak mau menyiksa njenengan dalam waktu yang lama,"

Gus Sahil menggigit bibir. "Sa, kamu tahu kan kalau cintaku itu—”

" Meskipun tidak tulus, saya tidak masalah." Hafsa menjawab dengan penuh keyakinan. "Asal njenengan memperlakukan saya seolah mencintai saya, itu juga sudah cukup."

Hafsa melanjutkan sembari menatap langsung manik mata sang suami. "Jika njenengan tidak sanggup melakukannya, ayo kita cerai."

1
Murci Sukmana
Luar biasa
Arin
/Heart/
Anita Candra Dewi
klo ak lgsg tak ganti yg serupa😅
bibuk duo nan
😭😭😭😭
ALNAZTRA ILMU
sini aku tak tahan🥺🥺🥺
ALNAZTRA ILMU
knp tidak dari dulu buat program hamil.. tapi terburu2 carikan suaminya isteri baru sok kuat
ALNAZTRA ILMU
ini agak biadab ya.. sepatutnya, jangan suka ganggu
ALNAZTRA ILMU
🤣🤣🤣wahhh
ALNAZTRA ILMU
🤣🤣🤣
ALNAZTRA ILMU
berat ya ujian nya
ALNAZTRA ILMU
mundur saja
Izza Nabila
Luar biasa
PURPLEDEE ( ig: _deepurple )
hafsa kasian bnget😭
PURPLEDEE ( ig: _deepurple )
hai kak maaf bru mampir🤗
May Keisya
kamu nikah lagi karna nafsu dan mendzolimi istri...paham agama yg ky gmn Gus???
May Keisya
dia tambah setress gesrek egois😂
May Keisya
dia udah mulai ketar ketir...tapi maaf ya Gus aku udah kesel bin kurang suka km dr awal cerita🙄
May Keisya
😂😂😂...bagus ih jujurnya
May Keisya
km knp Gus? kepanasan...syukurin
May Keisya
😭...si Agus emg sableng,dia berilmu tapi tidak beradab...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!