Karina terjebak dalam pernikahan yang pahit dengan Ryan, sebuah ikatan yang dipaksakan untuk menyelamatkan keluarganya dari kebangkrutan. Namun, pernikahan itu hanya membawa kesedihan dan perselingkuhan yang menyayat hati.
Setelah berhasil melepaskan diri dari cengkraman Ryan melalui perceraian, Karina bertekad untuk memfokuskan diri pada karirnya. Namun, nasib memiliki rencana lain.
Karina dipertemukan kembali dengan Zaian, pria yang dulu jatuh cinta padanya dan kini telah bertransformasi menjadi seorang CEO sukses di tempat Karina bekerja. Pertemuan itu membuka kembali kenangan lama dan memicu konflik batin yang mengguncang hati Karina.
Apakah Karina akan memberi kesempatan kedua pada cinta atau memilih untuk mempertahankan kemandirian yang telah diraihnya dengan susah payah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arsiana 97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 19
Kaysan memulai hari pertama bekerja dengan cukup sibuk, tak jarang karin datang membantu sedikit dan kadang juga kaysan yang datang kepada karin untuk minta diajar jika ada yang kaysan tidak ketahui.
Hari-hari berlalu dan hari ini sudah dua minggu kaysan bekerja ia juga sudah menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.
"Kay gimana pekerjaan kamu ada yang sulit gak?" Tanya karin pada kaysan. Mereka kini sedang makan siang bersama.
"Engga kok kak," Jawab kaysan.
"Bagus lah kalau gitu, Mudah-mudahan aja kamu betah kerjanya."
"Oh iya kak, kak Zaian kok akhir-akhir ini jarang ke kantor yah?"
"Kakak juga gak tahu, dia juga gak hubungin kakak selama 3 hari ini."
" Tapi kakak udah coba hubungi dia belum?"
"Kakak takut nanti ganggu dia, siapa tahu aja dia lagi sibuk dengan kliennya," Ujar karin yang sebenarnya dia juga heran mengapa Zaian tidak menghubungi nya beberapa hari ini, dan juga ia tidak datang ke kantor.
Biasanya jika Zaian tidak kekantor dia pasti memberi tahu karin lewat chat atau langsung menghubunginya, karin berusaha berfikir positif dia tidak ingin menuduh Zaian yang tidak-tidak.
"Mungkin aja dia emang lagi sibuk dengan pekerjaannya," Sahut kaysan berusaha meyakinkan kakaknya.
Mereka pun kembali melanjutkan makan siangnya, dan setelah selesai mereka kembali kekantor saat sedang dalam perjalanan menuju kantor karin melihat seseorang yang terlihat seperti Zaian, sedang makan bersama seorang wanita di sebuah cafe. Karin bisa melihatnya karena cafe itu yang berdindingkan kaca.
'Apa yang ku lihat tadi Zaian. Ah! tidak mungkin, Zaian mana mungkin bersama wanita lain,' batin karin.
Karin buru-buru menghapus keraguannya, ia berusaha berfikir positif kepada Zaian. Mereka kini telah tiba di perusahaan, saat karin berjalan masuk ke ruangannya ia bertemu dengan Dion yang hendak pergi mengambil berkas penting di ruangan Zaian.
"Selamat siang Pak Doni," Sapa karin dengan tersenyum ramah saat bertemu Doni.
"Siang juga nona karin," Balas Doni.
Karin berusaha memberanikan diri untuk bertanya kepada Doni tentang Zaian biar bagaimana pun Doni adalah tangan kanan Zaian pasti dia tahu banyak tentang Zaian."Pak Doni boleh saya bertanya?" Ucap karin
"Iya boleh, ada pertanyaan apa?"
"Mengapa tuan Zaian tidak pernah kekantor beberapa hari ini, apa dia ada perjalanan bisnis atau pekerjaan lain atau mungkin dia sedang kurang sehat?" Tanya karin.
Doni yang mendengar pertanyaan karin menjadi gugup, entah jawaban apa yang akan ia berikan kepada karin. "E.. Itu... Saya sedang terburu-buru mungkin nona karin bisa langsung hubungi tuan Zaian untuk bertanya, karena tidak semua urusan tuan Zaian saya ketahui," Sahut Doni sedikit terbata-bata.
"Oh begitu, kalau begitu saya permisi dulu keruangan saya," Sahut karin.
Karin berjalan masuk ke ruangannya, setibanya dia di ruangan ia mencerna jawaban dari Doni dan cara Doni menjawabnya.
"Ya Tuhan mengapa pikiran ku seperti ini, mengapa kecurigaan ku ini semakin besar. Zaian tolong jangan hancur kepercayaan ku lagi," Gumam karin sambil memegang dadanya berusaha menenangkan hatinya.
Hubungan yang sangat dini itu kini sedang di landa keraguan karena kurangnya komunikasi antara mereka beberapa hari ini.
Malam hari saat karin selesai dengan kegiatannya di dapur ia kembali kekamar dan duduk di kursi sambil memainkan ponselnya entah apa yang sedang ia pikirkan.
Saat sedang bermain ponsel karin menerima telfon dari Nita.
Dring! Dring! Dring!
"Hallo," Sahut karin menjawab telfonya.
"Hallo, Rin kamu lagi sibuk yah?" Tanya Nita.
"Engga nih, aku lagi nyantai aja. Emang ada apa?"
"Aku boleh minta tolong gak?" Sahut Nita
"Minta tolong apa?"
"Boleh gak temenin aku beli hadiah buat kado pernikahan sepupu aku, soalnya aku boring kalau jalan sendiri."
"Boleh, kapan kita pergi?"
"Sekarang aja, gimana?"
"Yah udah aku siap-siap dulu."
"Ok, aku juga siap-siap dulu setelah itu baru aku jemput kamu."
"Ok bye," Sahut karin lalu menutup telfonnya.
Sepuluh menit bersiap-siap kini karin sudah rapi, ia menunggu Nita di teras rumah. Selang berapa menit Nita telah sampai, karin pun masuk kedalam mobil Nita dan mereka berkendara menuju Mall.
Mereka berdua tiba di parkiran Mall, setelah memarkirkan mobil mereka berdua berjalan memasuki Mall. Mereka berdua pergi mencari sesuatu untuk Nita berikan kepada sepupunya yang akan menikah.
Sekitar dua jam mereka mencari-cari dan akhirnya ketemu hadiah untuk sepupu Nita, setelah kado itu di bungkus rapi mereka pun meninggalkan Mall.
"Rin kita coba jalan-jalan ke tempat dugem yuk!" Ajak Nita.
"Engga ah! Aku gak pernah masuk ke tempat- tempat seperti itu. Dan aku takut masuk ke tempat-tempat seperti itu," Tolak karin.
"Ayo dong Rin, sekali ini aja. Aku janji, aku akan jaga kamu saat kita didalam nanti," Rengek Nita
"Tapi aku takut."
"Please karin sekali ini aja," Rengek Nita dengan muka memelas.
"Iya deh, tapi kita gak lama-lama yah di dalam sana," Sahut karin memberi ultimatum.
"Terimakasih karin," Sahut Nita sambil memeluk karin.
Nita memarkirkan mobilnya di parkiran klub malam, setelah keluar dari mobil Nita berjalan di depan karin seakan-akan sedang melindungi karin dari pandangan jahat para pria hidung belang. Karin yang berada di belakang Nita hanya bisa memegang erat tangan Nita.
Saat masuk mereka berdua duduk di dekat meja bartender, Nita berdiri memesan jus untuk mereka berdua. Saat karin yang sedang duduk sendiri menunggu Nita, karin melihat Zaian yang datang dari pintu masuk klub, Zaian berjalan naik ke lantai dua yang disusul dengan Doni dibelakangnya. Perasaan karin menjadi campur aduk melihat Zaian yang datang ke klub malam dengan tanpa sadar karin berdiri menyusul Zaian naik ke lantai dua.
Nita melihat karin naik ke lantai dua, ia buru-buru menyusul karin takut jika karin terkena masalah.
Setibanya karin di lantai dua, ia segera mencari-cari keberadaan Zaian dan Nita yang melihat karin seperti sedang mencari seseorang pun hanya bisa mengikuti karin kesana sini mencari.
Saat sedang sibuk mencari karin tanpa sengaja melihat Zaian dari balik pintu ruang karaoke. Hati karin terasa sakit bak tertusuk pedang, bibirnya keluh ia tidak sanggup berkata-kata bahkan untuk membuka pintu ruang karaoke itu pun karin seakan tak mampu.
Bagaimana tidak karin melihat Zaian sedang duduk dan ada juga Raysa didalam sana, yang membuat karin sakit adalah karena Raysa duduk dipangkuan Zaian dan mengalungkan tangannya di leher Zaian.
Dengan sekuat tenaga karin memaksakan dirinya membuka pintu itu, setelah pintu itu terbuka nampak raut wajah terkejut yang terlihat dari wajah Zaian. Tanpa sadar Zaian mendorong Raysa dari pangkuannya sehingga membuat Raysa tersungkur ke lantai.
"Ka..karin," Gumam Zaian pelan.
"Baby kamu sedang apa di sini?" Tanya Zaian dengan terbata-bata, wajahnya terlihat gugup.
"Jika aku tidak disini aku tidak akan melihat perbuatanmu yang sangat murahan," Ujar karin dengan mata yang berkaca-kaca.
"Tidak baby, ini tidak seperti yang kamu pikirkan, tolong dengar penjelasan aku," Mohon Zaian menggenggam tangan karin namun genggaman itu segera dihempaskan oleh karin.
"Tega kamu Zaian melakukan semua ini sama aku, kamu tahu sendiri trauma aku seperti apa. Dan kamu juga tahu luka yang aku alami dari masa lalu aku itu belum sembuh, lalu kenapa kamu datang dan membuat luka itu semakin parah," Gumam karin dengan deraian air mata yang sudah tidak sanggup lagi ia bendung.
"Tolong Rin, toko dengar penjelasan aku sekali ini aja," mohon Zaian. Zaian begitu tersakiti melihat karin yang sedang menangis karena kebodohannya.