NovelToon NovelToon
Admiral Of Bismarck: The Second War Rises In Another World

Admiral Of Bismarck: The Second War Rises In Another World

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Summon / Barat
Popularitas:259
Nilai: 5
Nama Author: Akihisa Arishima

Bismarck telah tenggelam. Pertempuran di Laut Atlantik berakhir dengan kehancuran. Kapal perang kebanggaan Kriegsmarine itu karam, membawa seluruh kru dan sang laksamana ke dasar lautan. Di tengah kegelapan, suara misterius menggema. "Bangunlah… Tebuslah dosamu yang telah merenggut ribuan nyawa. Ini adalah hukumanmu." Ketika kesadarannya kembali, sang laksamana terbangun di tempat asing. Pintu kamar terbuka, dan seorang gadis kecil berdiri terpaku. Barang yang dibawanya terjatuh, lalu ia berlari dan memeluknya erat. "Ana! Ibu kira kau tidak akan bangun lagi!" Saat melihat bayangan di cermin, napasnya tertahan. Yang ia lihat bukan lagi seorang pria gagah yang pernah memimpin armada, melainkan seorang gadis kecil. Saat itulah ia menyadari bahwa dirinya telah bereinkarnasi. Namun kali ini, bukan sebagai seorang laksamana, melainkan sebagai seorang anak kecil di dunia yang sepenuhnya asing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Akihisa Arishima, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pedang Panah dan Sihir

Keesokan paginya, Anastasia dan August bangun seperti biasa. Setelah mandi dan bersiap, mereka duduk di meja makan bersama keluarga untuk sarapan.

August sudah terbiasa dengan rutinitasnya. Setelah makan, ia akan langsung bersiap untuk pelajaran yang akan diberikan oleh gurunya.

Tak lama kemudian, seorang wanita berambut cokelat panjang memasuki ruang belajar dengan senyum ramah. Ia mengenakan jubah khas seorang penyihir, dengan tongkat sihir kecil terselip di pinggangnya.

"Selamat pagi, Tuan Muda August," sapanya lembut. "Siap untuk belajar sihir hari ini?"

"Tentu saja, Guru Lucy!" jawab August dengan penuh semangat.

Anastasia yang berdiri di sudut ruangan memperhatikan interaksi itu dengan tatapan bingung. Ia tidak begitu memahami apa yang dimaksud dengan ‘belajar sihir’.

Apa itu sihir? batin Anastasia, matanya tak lepas dari August yang bersiap mempelajari mantra.

Lucy tampaknya menyadari kehadiran Anastasia. Ia pun tersenyum dan berjalan mendekat. "Halo, Nak. Aku Lucy, guru sihirnya August. Siapa namamu?"

Anastasia sedikit terkejut saat ditanya, tetapi ia tetap menjawab dengan tenang, "Aku Anastasia."

Lucy mengangkat alisnya sambil tersenyum nakal. "Oh? Jadi kamu pacarnya August?"

Anastasia menundukkan kepalanya sedikit, lalu menjawab dengan suara pelan, "Bukan..."

August langsung menimpali, wajahnya sedikit memerah karena malu. "Dia itu kakakku, bukan pacarku! Lagipula, kami saudara, meski beda ibu. Tapi darah kami berasal dari ayah yang sama."

Lucy tertawa kecil melihat reaksi mereka. "Maaf, maaf, aku hanya bercanda. Hei, Anastasia, apa kamu tertarik dengan sihir?"

Anastasia menatap Lucy, berpikir sejenak sebelum menjawab, "Mungkin. Tapi… apa itu sihir?"

Lucy tersenyum mendengar pertanyaan polos itu. Dengan sabar, ia mulai menjelaskan tentang konsep sihir, bagaimana mana bekerja, serta dasar-dasar penggunaan sihir.

"Di dunia ini, sihir adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Dari sekadar menyalakan lilin hingga mengendalikan badai, semuanya bergantung pada tiga elemen utama: mana, mantra, dan sihir itu sendiri."

"Mana adalah energi murni yang mengalir di seluruh dunia dan di dalam diri setiap makhluk hidup. Ia tak kasatmata, tetapi bisa dirasakan oleh mereka yang cukup peka. Bagaikan bahan bakar, mana adalah sumber daya yang memungkinkan sihir untuk terjadi. Setiap individu memiliki cadangan mana yang berbeda-beda, bergantung pada bakat alami, latihan, dan kondisi fisik mereka. Beberapa ras memiliki kapasitas mana yang lebih besar, sementara yang lain hanya mampu menggunakannya dalam jumlah terbatas."

"Namun, memiliki mana saja tidak cukup untuk menggunakan sihir. Diperlukan sebuah perantara untuk mengubah energi tersebut menjadi sesuatu yang bisa dikendalikan—itulah mantra. Mantra bisa berbentuk kata-kata, gestur, simbol, atau bahkan pola pikir tertentu. Para penyihir menggunakan mantra untuk mengarahkan dan mengubah mana menjadi bentuk yang mereka inginkan. Sebagai contoh, untuk menciptakan api, seseorang harus mengendalikan mananya dan mengucapkan mantra yang tepat agar energi tersebut mewujud menjadi nyala api."

"Setelah mantra diucapkan dan mana diarahkan, barulah sihir terbentuk. Sihir adalah hasil akhir dari kombinasi energi dan teknik. Seorang penyihir yang terlatih mampu menggunakan mana dengan efisien, menciptakan sihir yang lebih kuat dan stabil."

"Namun, bagi mereka yang kurang pengalaman, penggunaan mana yang tidak tepat bisa berakibat fatal—entah karena sihir yang gagal terbentuk, efek yang tidak diinginkan, atau bahkan menyebabkan kelelahan ekstrem."

Anastasia mendengarkan dengan seksama, berusaha memahami setiap kata yang diucapkan Lucy.

Setelah penjelasan selesai, Lucy meminta Anastasia untuk mencoba merasakan mana dalam tubuhnya. Dengan bimbingan Lucy dan August, Anastasia akhirnya bisa merasakan aliran mana di dalam dirinya—meskipun ia masih belum bisa menggunakannya secara aktif.

Sebelum pulang, Lucy memberikan beberapa buku tentang dasar sihir untuk Anastasia pelajari, sementara August yang sudah bisa menggunakan sihir mendapat buku mantra yang lebih lanjut.

Keesokan harinya, guru lain datang. Kali ini, seorang pria bertubuh tegap dengan pedang tergantung di pinggangnya. Ia adalah Edward, Komandan pasukan keluarga Heinrich sekaligus guru August.

"Selamat pagi, August," sapa pria itu dengan suara dalam. "Kita mulai latihan pedangmu hari ini."

August mengangguk dengan penuh semangat. "Ya, Guru Edward!"

Latihan pun dimulai di halaman belakang. August tampak cukup terampil dalam mengayunkan pedang kayunya. Sementara itu, Anastasia berdiri di pinggir lapangan, memperhatikan dengan serius setiap gerakan yang dilakukan oleh Edward dan August.

Edward, yang menyadari tatapan Anastasia, menoleh ke arahnya. "Apa kamu ingin mencoba, Anastasia?"

Anastasia terdiam sesaat. Ia merasa ada sesuatu dalam dirinya yang tertarik pada pertarungan jarak dekat. Mungkin karena tubuh barunya yang lebih gesit dan bertenaga dibanding tubuh lamanya sebagai manusia biasa.

"Baiklah, aku akan mencobanya," jawabnya akhirnya.

Edward tersenyum. "Jangan khawatir, aku akan menyesuaikan seranganku. Serang saja sesuai kemampuanmu."

Anastasia mengambil pedang kayu yang diberikan Edward. Begitu pertarungan dimulai, ia langsung melompat dengan cepat, menyerang Edward dengan gesit dan bertenaga. Meskipun serangannya masih mentah dan kurang terarah, kecepatan serta kekuatan pukulannya cukup mengejutkan Edward.

Beberapa menit berlalu, tiba-tiba terdengar suara krek!—pedang kayu yang digunakan Edward patah akibat serangan Anastasia.

Edward mengangkat alis, terkejut sekaligus kagum. "Luar biasa… Kamu benar-benar mirip dengan ibumu, Seraphina. Kekuatannya begitu besar."

Dari kejauhan, suara tawa terdengar. "Hahaha! Tentu saja! Itu anakku!" Seraphina muncul dengan senyum bangga di wajahnya.

Heinrich, yang baru saja datang karena mendengar suara dentingan pedang, ikut berkomentar. "Sepertinya bakat bertarung ibunya diwarisi dengan sempurna."

Anastasia hanya berdiri diam, merenungkan apa yang baru saja terjadi. Apa ini kekuatan alami tubuh baruku sebagai demi-human? pikirnya.

Keesokan harinya, seorang guru lain datang. Kali ini adalah seorang wanita berambut pirang panjang, mengenakan pakaian petualang dengan busur panjang di punggungnya.

"Selamat pagi, August!" sapanya riang. "Hari ini kita latihan memanah."

August tersenyum dan bersiap. Sementara itu, Anastasia kembali berdiri di pinggir lapangan, memperhatikan dengan penuh rasa ingin tahu.

Jessica, sang guru pemanah, menoleh ke arahnya. "Hei, gadis kecil. Mau ikut mencoba?"

Anastasia berpikir sejenak sebelum mengangguk. "Baiklah. Aku akan mencobanya."

Jessica memberikan sebuah busur kecil yang sesuai dengan ukuran tubuh Anastasia. August sudah lebih dulu mencoba dan setelah beberapa kali percobaan, ia akhirnya bisa mengenai target—meski tidak terlalu tepat di tengah.

Kini giliran Anastasia.

Ia menarik busur, fokus pada target yang berjarak hampir seratus meter jauhnya. Ia menahan napas sejenak, lalu melepaskan anak panah.

Whoosh!

Anak panah itu melesat dan tepat mengenai titik tengah sasaran.

August terdiam sejenak. Jessica juga membelalakkan mata.

Tak berhenti di situ, Anastasia menembakkan anak panah kedua. Kali ini, anak panah tersebut membelah anak panah pertama yang sudah tertancap di titik yang sama.

Mata August membesar. "Ka-kak Ana… Itu luar biasa!"

Jessica menatap Anastasia dengan tatapan tidak percaya. "Kau ini benar-benar keturunan clan felis? Sejak kapan pemula mempunyai akurasi seakurat ini?"

Anastasia hanya menggaruk kepalanya dengan canggung. "Uh… Aku hanya mengikuti instingku."

Tiba-tiba, suara tawa terdengar dari belakang. "Hehehe, tentu saja dia hebat! Dia kan anakku!"

Jessica menoleh dan wajahnya langsung berubah terkejut. "Se-Seraphina-senpai?!"

Ternyata, Jessica adalah seorang petualang yang dulunya merupakan junior Seraphina. Ia tak menyangka akan bertemu kembali dengan mantan mentornya dalam situasi seperti ini. Sejak dulu, Seraphina adalah sosok yang ia kagumi sekaligus takuti—seorang petualang berbakat yang seolah mampu menguasai semua jenis senjata tanpa kesulitan.

Seraphina menyeringai, menatap Jessica dengan penuh rasa ingin tahu. "Aku tak menyangka murid kecilku dulu kini sudah menjadi guru. Tapi… bagaimana kalau kita bertanding? Aku ingin tahu apakah kemampuanmu sudah berkembang atau belum."

Jessica langsung menegang. "Bertanding?!" serunya, lalu buru-buru menggeleng. "Walaupun aku sudah berlatih keras selama bertahun-tahun, rekor yang Senpai buat tetap saja sesuatu yang mustahil untuk kucapai!"

Seraphina mengangkat bahu dengan santai. "Halah, itu cuma menembakkan anak panah sejauh 1000 meter, apa susahnya?" katanya dengan nada meremehkan.

Jessica menatapnya dengan ekspresi tidak percaya. "Cuma?! Senpai, itu bukan hal yang bisa dilakukan sembarang orang!"

Heinrich, yang sejak tadi menyaksikan percakapan mereka sambil menyeruput teh, hanya tertawa kecil. "Seraphina, itu mudah bagimu karena kamu adalah ‘Ratu Segala Senjata’. Sejak dulu, kamu bisa menggunakan hampir semua jenis senjata dengan keahlian luar biasa. Tapi bagi Jessica yang masih berkembang, itu jelas bukan hal yang sederhana."

Jessica menelan ludah dan menghela napas panjang. "Jangan bercanda, Senpai… Aku belum siap menghadapi monster seperti dirimu," ujarnya pasrah.

Seraphina terkekeh. "Yah, kalau begitu terus, kapan kau mau berkembang? Harusnya kau menantang batasmu, bukan malah lari," katanya, menepuk bahu Jessica dengan ringan.

Sementara itu, Anastasia hanya bisa tertawa kecil melihat interaksi mereka. Hari-harinya di dunia baru ini memang penuh kejutan, tetapi entah kenapa, ia mulai merasa lebih nyaman di tengah keluarga barunya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!