Menjadi penghalang bagi hubungan saudarinya sendiri bukanlah pilihan yang mudah. Mau tidak mau Ran relakan dirinya demi keutuhan keluarga. Cacian, hinaan, tak dianggap, itu bukanlah hal yang baru. Ran memasang wajah palsu yang ia pertontonkan pada siapa pun.
“Di sini aku Ran. Apa kalian melihatku? Aku ada dan hidup di planet yang sama dengan kalian, tolong jangan abaikan aku ... aku sendiri.”
Setelah menikah apa hidup Ran akan berubah? Atau malah sama saja? Menjadi sosok yang dibenci banyak orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinnaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
“Bohong,” tekan Guren, tidak mau mempercayai alasan Ran.
“....” untuk sesaat Ran diam. Hanya suara Guren yang menuduh Ran sebagai cewek murahan saja yang terdengar. Ah lelah, padahal beberapa hari ini hinaan itu sudah tidak terdengar, dan sekarang kembali dilontarkan.
“Memangnya apa urusanmu?” Ran menunduk tidak berani menatap. Kata-kata itu muncul bersama dengan air mata yang jatuh. Tangannya mencekam ujung rok, menahan gejolak sakit yang ia rasakan.
Sedangkan Guren berhenti menghina Ran. Benar kata Ran, memang apa urusan Guren dalam hidup Ran? Bukankah dia sendiri yang bilang untuk tidak ikut campur urusan masing-masing?
Sial. Pria itu memaki dirinya sendiri dalam benak. Hingga satu jam kemudian tidak ada lagi suara di antara mereka padahal mereka masih berada di posisi yang sama.
“Apa kakimu sudah merasa lebih baik?” tanya Guren tiba-tiba, memecahkan keheningan.
Ran mendongak dari tunduknya. Baru saja Guren membuktikan bahwa dia percaya, kan? Ran mengangguk sebagai jawaban kemudian kembali menunduk.
“Mau sampai kapan kau duduk di situ? Kamarilah.”
Kaki Ran bergerak begitu saja mengikuti perintah Guren. Sampai di hadapan Guren, pria itu menatap Ran lama membuat Ran memundurkan langkahnya sebab takut. Ingatan saat Guren memukulnya sampai pingsan masih berbekas di ingatan Ran.
“Kenapa mundur? Duduk di sini.” Guren menepuk bagian sebelah ranjangnya sebagai syarat.
“Di si-situ?” Ran memastikan. Itu ranjang Guren, terlalu aneh jika Ran duduk di situ sedangkan hubungan mereka saja buruk.
Tapi Guren menatapnya dengan artian bahwa dia tidak akan mengulangi perkataannya. Cepat, atau dia akan marah lagi!
Ran bergerak pelan naik ke atas ranjang, jantungnya berdetak kencang, dia duduk membeku seperti patung yang tidak bergerak saking kakunya Ran.
Berbeda dengan Guren yang santai bagai di pantai. Tidak, sebenarnya dia juga gugup tapi dia bisa menyembunyikan dengan sangat baik.
“A-aku harus apa di sini?”
Ran menoleh, langsung Ran menunduk untuk menghindari kontak mata. Guren kecewa Ran menghindarinya, tapi dia mencoba cuek. “Tidak ada. Kau tidur saja di situ,” ucapnya tidak meragu sama sekali.
“Hah?”
Reaksi Ran langsung dijawabnya. “Jangan salah paham, kau di sini hanya untuk membantuku bergerak. Mengerti?”
Ya, Guren yang tidak bisa bergerak bebas membutuhkan seseorang untuk membantunya. Seperti : Ke kamar mandi, makan, minum, mengambil sesuatu, dan lain-lain.
Semua itu bisa dijadikan alasan untuk menahan Ran di sisinya.
“Baiklah, apa kau sudah makan dan minum obat?”
Guren diam. Ran melirik jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh malam lebih, seharusnya Guren sudah makan tapi mengingat ia baru pulang, pasti Guren belum makan. Ran turun hendak pergi ke dapur untuk melihat apa yang bisa dia sajikan.
Langkah Ran terhenti, dia ingat kulkas di rumah ini hanya pajangan kosong yang tidak digunakan dengan baik fungsinya. Sebelum keluar dari pintu kamar, Ran mengintip isi tasnya, setelah itu dia tampak lemas. Guren menyadari itu.
“Pakai kartuku,” saran Guren.
Ran berbalik dan pergi mengambil dompet Guren sesuai dengan instruksi pria itu, setelah dapat Ran menarik napas panjang melihat kartu Guren dengan nanar.
“Aku akan membeli kebutuhanmu saja,” tuturnya.
“Beli juga keperluanmu ... kau boleh menggunakannya sesuka hatimu,” cicit Guren setelah terjeda sesaat.
Ran kembali melihat kartu itu, kemudian dia menunjuk dirinya sendiri. “Aku ... bo-boleh?” katanya yang terkejut dengan izin yang diberikan Guren.
“Mulai sekarang itu milikmu, aku akan kirimkan uang setiap bulannya melalui itu.” Selanjutnya Guren memberitahu pin kartu juga nominal yang akan ia isi setiap bulan.
Rasa tak percaya menyelimuti kalbu Ran. Ada yang salah dengan kepalanya, pikir Ran yang merasa bahwa dia sekarang sedang bermimpi. Atau Guren hanya mempermainkan Ran sekarang? Ya, mungkin itu.
“Tidak ... aku tidak bisa menerima ini, kan kukembalikan setelah—”
“Kenapa?” Guren menatap sedih Ran, sakit hati mendengar penolakan Ran. Gadis itu menggelengkan kepala memberi jawaban tidak jelas.
“Jawab, Ran. Kenapa?”
“K-kau pasti hanya ingin mengejekku. Sudah cukup, aku tidak mau dipandang sebagai wanita yang mengincar hartamu.”
“Jadi untuk apa kau menjebakku?”
“....”
Gadis itu lagi-lagi diam, kepalanya semakin tertunduk bersama rambut panjang yang mulai menjadi tirai untuk menutupi wajahnya.
Ran salah mengambil langkah, seharusnya dia bersikap menjadi gadis jahat yang memiliki maksud licik. Tapi apa ini? Bahkan dia terima saja dirinya diperlakukan buruk juga tidak menampakkan tujuan jahat.
Hampir setiap malam Guren memikirkan tujuan Ran. Namun dia tidak menemukan jawaban. Menganggap Ran obsesi pun masih belum membuat Guren puas, dia capek.
“Terserah apa tujuanmu, tapi aku sudah memberikan kartu untukmu ... buang saja jika kau tidak mau. Aku tidak mau menerimanya lagi.”
“Benaran ... boleh?”
“Hm, aku tidak akan mengejekmu.”
Akhirnya Ran pergi ke luar. Guren tinggal sendiri mendongakkan kepala menatap atas, mata terpejam. “Aku tidak mengerti ... apa sebenarnya tujuannya?” Otak Guren berpikir keras.
***
Menggunakan taksi, Ran kembali setelah berbelanja bahan pangan juga peralatan masak lengkap di supermarket.
Sopir taksi membantu membawa belanjaan Ran ke apartemen.
“Terima kasih, Pak. Ini uangnya.”
Setelah sopir pergi, Ran menyusun semua dengan rapi. Matanya berbinar melihat isi kulkas yang lengkap aneka buah, sayur, dan daging.
Namun tiba-tiba Ran menghela napas berat. “Tidak apa-apa, kan seperti ini?” tanyanya pada diri sendiri.
Tidak ingin larut dalam pemikiran sendiri, Ran bergegas masak mengingat ini sudah lewat dari jadwal minum obat Guren. Dengan telaten tangan Ran membersihkan serta memasak makan malam hingga selesai lebih cepat dari perkiraan.
Usai itu Ran menyuapi Guren tanpa ada obrolan serta pertanyaan mengenai apa saja yang Ran beli.
“Aku cuci piringnya dulu.”
“Setelah itu ke sini lagi. Ingat kau tidur denganku.” Sekedar mengingatkan. Guren tidak ingin Ran lupa, masuk ke kamarnya sendiri nanti.
Beberapa menit kemudian Ran kembali, dia makan dulu tadi di dapur. Ran pikir Guren sudah tidur, dia pun memperbaiki posisi selimut Guren hingga ke dada.
“Selamat malam,” gumamnya kecil lalu kemudian mengambil bantal di sebelah Guren, meletakkannya di sofa.
“Kau ngapain?” Mata Guren terbuka saat Ran baru saja ingin berbaring. Dia ingat tadi sudah mengatakan dengan jelas agar Ran tidur di sebelahnya.
“Jangan pikirkan aku, aku tidur di sini saja.”
“Pindah sekarang!” tegas Guren. Mata yang menatap datar seperti biasa terlihat berbeda sekarang, ada gejolak kelam yang mengandung kenekatan. Jika Ran menolak, apa yang terjadi pada gadis itu?
Ini tidak asing, otak Ran kembali berputar. Mata yang tak ingin dibantah itu seperti menjadi ingatan yang berkesan bagi Ran, tapi dia melupakannya.
“Apa yang kau tunggu?”
Ran tersentak dan langsung bergerak naik ke atas ranjang setelah meletakkan posisi bantal dengan benar. Rasa takut mendadak yang entah karena apa, mengendalikan Ran untuk mengikuti perkataan Guren.
Dengan posisi yang membelakangi Guren, Ran menggenggam tangan yang menjadi dingin. Ini terasa mencekam, padahal dia hanya tidur di sebelah orang yang berstatus suami bagi Ran.
Untunglah Guren tidak protes apa pun lagi.
Bersambung....
akhir yang manis.
semangat💪🏻💪🏻💪🏻 selalu untuk karya2 mu yg lain.
perbaiki masa lalu kamu.
terbuka lah dg ran.
semangat up kak author
guren cinta sama kamu ran jadi tidak akan menyakiti kamu, semoga arif dapet balesan nya.
dan guren mau mendengarkan alasan dn penjelasan dr ran kenapa ran sampai pergi.
kasih pelajaran buat arif mak othor.
kuranga ajar si arif mau misahin ran sama guren kan kasian bayinya.
mak othor semoga sehat selalu😘😘😘.
syemangat💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻
jangan lama2 yah thor buat ran perginya