Seorang psikopat yang ber transmigrasi ke tubuh seorang gadis, dan apesnya dia merasakan jatuh cinta pada seorang wanita. Ketika dia merasakan cemburu, dia harus mengalami kecelakaan dan merenggut nyawanya. Bagaimana kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1
"Heg---ahhhhh." Seorang pria mengerang keras ketika dia menghentakkan tubuhnya dengan kuat disaat mata airnya hendak menyembur di dalam sebuah lubang sumur seorang wanita.
Sebut saja kedua manusia itu Joe dan Sofia.
Joe merebahkan dirinya di samping Sofia yang baru saja dia garap, tubuhnya terlihat lelah dan lemah setelah pertarungan panas yang mereka lakukan. Dia tersenyum puas, memejamkan mata dengan napas yang masih terengah-engah, menunjukkan betapa intensnya momen yang baru saja mereka alami.
Sementara itu, di balik pintu almari, seorang wanita setengah jadi-jadian dengan senyum menyeringai memperhatikan mereka dengan tatapan tajam dan misterius.
Setengah jadi-jadian? Ya, kita akan bahas nanti. Lalu siapa namanya? Oke. Kita panggil saja dia Alice.
Matanya yang tajam memancarkan rasa penasaran dan mungkin sesuatu yang lebih gelap, seolah-olah dia menunggu momen yang tepat untuk muncul dari bayang-bayang.
Suasana menjadi semakin tegang, seolah-olah sesuatu yang tidak terduga siap terjadi. Alice yang berada di balik pintu almari terus mengawasi dengan intensitas yang semakin meningkat, sementara Joe dan Sofia yang berada di sampingnya tidak menyadari bahwa mereka sedang diawasi.
Sofia bangun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi, meninggalkan Joe yang masih terbaring dengan mata tertutup. Langkah-langkahnya yang lembut berubah menjadi suara gemericik air ketika dia memasuki kamar mandi dan mulai mandi.
Di balik pintu almari, Alice yang sejak tadi memperhatikan mereka dengan saksama, keluar dengan gerakan senyap dan diam-diam mendekati meja yang terletak tidak jauh dari tempat tidur.
Kenapa Alice bisa berada di kamar itu?
Apakah itu tempat tidurnya?
Tentu saja bukan, tapi ini lebih tepatnya kamar tamu yang dia sewakan untuk mereka yang ingin bersenang-senang. Kamar ini memiliki hubungan langsung dengan kamar pribadinya, membuatnya sangat strategis untuk diawasi. Jalan satu-satunya untuk masuk atau keluar dari kamar ini adalah melewati almari tempat dia bersembunyi sebelumnya, memberikan akses penuh untuk mengawasi setiap detail yang terjadi di dalam kamar tamu tersebut. Dengan demikian, dia bisa memantau setiap gerakan dan aktivitas yang berlangsung, seolah-olah dia adalah bagian tak terpisahkan dari setiap momen yang terjadi di sana.
Alice membuka laci meja dan mengeluarkan sebuah benda yang selalu dia gunakan untuk bersenang-senang. Matanya yang tajam memancarkan sesuatu yang lebih dalam. Dengan langkah perlahan, dia memeriksa sekitar, memastikan bahwa Sofia masih sibuk di kamar mandi dan Joe masih terlena dalam tidurnya.
Setelah memastikan bahwa semuanya aman, Alice menatap benda tersebut dengan senyum misterius. Dia tampaknya memiliki rencana tertentu untuk. Dengan gerakan yang anggun dan penuh perhitungan, Alice membalikkan badannya dan mendekati Joe yang terbaring di tempat tidur.
Dia berdiri di samping Joe, menatapnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Senyumnya masih terukir di wajahnya, memberikan kesan bahwa dia sedang menantikan sesuatu yang menarik. Dengan tangan yang terulur, Alice memegang benda yang tadi diambilnya, siap untuk melakukan langkah berikutnya dalam skenario yang dia rencanakan.
"Apa kau lelah, sayang?" Alice bertanya dengan suara lembut, membangkitkan Joe dari tidurnya. Ketika Joe membuka matanya, dia terkejut melihat Alice berdiri di hadapannya dengan senyum misterius.
"Kenapa kau ada di sini?" tanya Joe, suaranya sedikit gugup saat dia menoleh ke arah pintu kamar mandi yang masih tertutup.
Alice memperhatikan kegugupan Joe dengan tatapan tajam. "Kau terlihat sangat khawatir," katanya, suaranya bernada menggoda. "Apa kau takut ketahuan oleh kekasihmu?"
Alice melangkah lebih dekat, senyumnya melebar. "Bagaimana kalau sekarang kita berdua bersenang-senang bersama?" Dia menawarkan dengan nada yang penuh teka-teki, membuat Joe semakin penasaran dan waspada.
Kemudian Joe terdiam, seperti tengah berpikir. Sedetik kemudian Joe tersenyum. "Boleh. Naiklah kemari, sayang!"
'Heh, dasar baj1ng4n.' Umpatnya dalam hati.
Alice mengangkat benda yang dia ambil tadi dan tersenyum kearah Joe.
"Sayang! Kenapa kau membawa benda seperti itu?" Joe begitu terkejut dengan apa yang dibawa oleh Alice.
Alice tak menjawab, dia naik ke atas tempat tidur mendekati Joe.
"Sa-sayang! Ap-pa yang ingin kau lakukan dengan benda itu? Bukankah kau ingin bersenang-senang?" Joe terlihat gelisah dan ketakutan.
"Ssttt!! Jangan takut, sayang! Tentu saja kita akan bersenang-senang. Aku hanya ingin bermain-main sebentar. Bukankah kau sudah puas bermain dengan wanitamu tadi? Sekarang biarkan aku melakukan tugasku untuk membuatmu melayang."
Tanpa jeda Alice langsung melayangkan pa rangnya kearah Joe.
Sreett!!
Darah menciprat ke segala arah bersamaan dengan kerasnya teriakan Joe, "Aaaaa! Tidak!!" Suaranya penuh kesakitan dan ketakutan, menggelegar di ruangan itu. Teriakan itu membuyarkan suasana tenang yang sebelumnya sempat tercipta, membuat Alice terkejut sejenak sebelum dia kembali dengan senyum misteriusnya.
Bahkan tubuh mulus Alice juga terkena cipratan darah. Darah mengucur seperti semprotan merah yang mengerikan. Setiap tetesnya meninggalkan jejak yang gelap dan menggumpal di lantai.
"Ap-pa yang ka-u lakukan?" Joe merasakan sakit yang amat sangat ketika tangan kirinya terlepas dari tubuhnya.
Joe hendak beranjak dari tempat tidur untuk menghindar dari Alice. Namun sebelum itu, Alice melayangkan pa rangnya kembali.
Sreett!
Kaki kanannya terluka dengan luka sayatan yang menganga. Sehingga dia terjatuh ke lantai. Darah kembali memun-crat dan kini membanjiri lantai.
Alice turun dari tempat tidur dan kembali menghampiri Joe yang berniat menghindar.
"Jangan mendekat. Kau iblis." Joe mundur dengan cara mengesot. Terlihat dia sangat ketakutan.
"Aku memang iblis, sayang! Apa kau sekarang menyesal karena mau bersenang-senang denganku?" Alice tertawa sejenak lalu sorot matanya berubah tajam dan kakinya menendang Joe dengan keras.
Dugh!
Joe tengkurap tak berdaya.
"Ampun. Jangan sakiti aku." Joe berusaha untuk mengangkat tubuhnya, namun karena tangan kirinya sudah tidak ada, dia kehilangan keseimbangan dan hanya berubah posisi menjadi telentang.
Alice tersenyum, dia mendekat dan mengarahkan pa rangnya ke arah wajah Joe dan memainkan ujung pa rangnya di sana.
"Kenapa, sayang? Aku bahkan baru memulainya. Tapi, aku sangat suka mendengar kau meminta ampun seperti itu."
Allice mendekatkan wajahnya mendekati wajah Joe. "Suaramu terdengar sek-si." Bisiknya.
Joe merinding, dia menggeleng dan kembali mundur. Dengan sekuat tenaga dia berusaha menghindari Alice.
Sreett!
Sreett!!
Lagi-lagi Joe berteriak dengan kerasnya. Wajahnya terasa begitu perih ketika pa rang itu melukai wajahnya.
"Teruslah berteriak, sayang! Suaramu membuatku candu."
"Ampun. Ampuni aku. Tolong!" kata Joe dengan terus memohon ampun.
Alice menaikkan sebelah alisnya dengan menarik sudut bibirnya. "Teruslah meminta ampun, sayang. Aku sangat menyukainya. Kau terlihat sangat menikmatinya bukan? Jadi, permintaanmu diterima, sayang! Tapi, sebelum itu, kau harus tahu sesuatu,"
"Apa yang kau bicarakan? Tahu apa?"
"Sebelum kau mat1, kau harus mengingatku, Joe. Kau masih ingat Alexander Von, bukan? Kau sudah membuatnya hancur. Dan sekarang lihatlah, aku sekarang berdiri disini dengan penampilan yang berbeda, dan sayangnya kau tidak menyadarinya." kata Alice.
"A-pa?" Kedua mata Joe membola, kenapa dia tidak menyadarinya? Sedang wanita yang berada di hadapannya begitu berbeda. Namun, dia sudah tidak berdaya sebelum akhirnya Alice melayangkan pa rangnya dengan kuat.
Sreett!!
Blug!