NovelToon NovelToon
Derita Setelah Kepergian Ibu

Derita Setelah Kepergian Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Wanita Karir / CEO / Mafia / Romansa / Mengubah Takdir
Popularitas:952
Nilai: 5
Nama Author: Aretha_Linsey

Amel Fira Azzahra gadis kecil yang memiliki wajah sangat cantik, mempunyai lesuk pipi, yang di penuhi dengan kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Namun sayang kebahagian itu tidak berlangsung lama. Setelah meninggalnya Ibu tercinta, Amel tidak lagi mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Bapaknya selalu bekerja di luar kota. Sedangkan Amel di titipkan ke pada Kakak dari Bapaknya Amel. Tidak hanya itu, setelah dewasa pun Amel tetap menderita. Amel di khianati oleh tunangannya dan di tinggal begitu saja. Akankah Amel bisa mendapatkan kebahagiaan?
Yukk ikuti terus ceritanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aretha_Linsey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14 Keributan Yang Tak Terduga

"Benar, Yah. Tapi itu sudah aku lakukan sebelum Ayah datang, Aku butuh uang, dan-dan aku butuh rasa itu. Rasa.. kuat."

Ayah Amel menarik napas panjang. la meraih tangan Amel yang dingin.

"Ayah tahu. Ayah tahu kamu harus berjuang sendiri saat Ayah tidak ada. Ayah minta maaf untuk itu."

Mata Amel terasa hangat, bukan lagi karena marah, tapi karena sentuhan penerimaan yang sudah lama ia rindukan.

"Ayah tidak akan melarang". Lanjut Ayah Amel, pandangannya teduh.

"Ayah sudah melihat sendiri, kamu punya kemauan yang keras, sama seperti almarhum Ibumu. Melarangmu hanya akan membuatmu melakukannya diam-diam, dan itu lebih berbahaya."

Amel mengangkat kepala, terkejut.

"Tapi kamu harus janji satu hal, ”. Ayah Amel meletakkan tangannya di bahu Amel.

"Kecepatan itu berisiko, Mel. Bukan hanya untukmu, tapi untuk semua orang yang sayang padamu. Kamu boleh balapan hanya pada malam Sabtu yang sepi. Dan jangan pernah, jangan pernah, ambil risiko yang tidak perlu. Janji pada Ayah."

Air mata Amel menetes, Ini adalah dukungan, bukan hukuman.

"Aku janji Yah. Aku akan hati-hati"

Ayah Amel mengangguk lega.la kemudian mendorong selembar uang seratus ribuan di depan Amel.

"Ini untuk jajan dan keperluan sekolahmu.Dana Kebebasan itu bukan untuk menolak Ayah, Nak. Itu untuk jaga-jaga Ayah sekarang sudah di sini. Biarkan Ayah menjadi Ayahmu lagi, ya?"

Amel meraih dan memeluk Ayahnya erat. Beban harus mandiri sepenuhnya kini terangkat. Hubungannya dengan Ayah terasa pulih, kokoh.

Sore harinya, Amel sudah berada di bengkel kecil Rizal. Motornya, yang Rizal sebut 'Si Ganteng', sudah dipoles dan siap. Ini adalah Malam Sabtu, izin dan dukungan Ayah sudah di tangan, dan semangat Amel membara. Rizal, dengan tangannya yang belepotan oli, menyeka keringat di dahinya

"Kamu beruntung, Mel. Aku kira Ayahmu akan mengikatmu di rumah."

"Ayahku beda, " balas Amel sambil mengenakan jaket kulit hitamnya.

"Dia tahu aku butuh ini. Bukan hanya uangnya, tapi rasa aku bisa mengendalikan sesuatu di hidupku."

Agus, yang sedari tadi hanya diam sambil memeriksa tekanan ban motor mengangkat wajahnya. Matanya yang teduh bertemu mata Amel.

"Motor ini sudah siap. Kamu juga harus siap. Malam ini taruhannya lebih besar dari yang terakhir. Mereka semua ingin mengalahkan 'Lady Rose Tobrut,". kata Agus serius. la menyerahkan helm full-face hitam pekat itu.

"Aku tahu, ". ujar Amel, menerima helm.

"Mereka tidak akan bisa. Aku tidak akan kasih kendor."

Agus menghela napas, kekagumannya pada Amel seringkali membuatnya diam membisu. la melihat Amel sebagai sosok yang rapuh namun menolak hancur. la ingin mengatakan 'Aku akan menjagamu', tetapi kata-kata itu selalu tertahan, takut merusak pertemanan yang berharga ini.

"Fokus, Mel. Kita harus cepat masuk dan cepat keluar. Ayahmu pasti menunggu, "kata Agus, mengingatkan Amel akan janji yang telah dibuatnya.

Jalanan yang remang-remang di pinggir kota telah berubah menjadi arena balap dadakan. Deru knalpot memekakkan telinga, diselingi sorakan histeris dari kerumunan penonton.

Amel, dengan julukan Lady Rose Tobrut sudah menjadi legenda dalam hitungan minggu.

Saat lampu start menyala, Amel melesat secepat kilat. la merasakan setiap detak mesin, setiap sentuhan angin. Di lintasan itu, ia adalah pengendali penuh takdirnya. Konsentrasi Amel luar biasa; ia tahu kapan harus memutar gas, kapan harus menunduk, dan kapan harus menyalip. Dalam duel kecepatan tinggi yang mendebarkan, ia berhasil menyentuh garis finish lebih dulu.

la menang. Kemenangan mutlak.

Taruhan jutaan rupiah malam itu berpindah tangan ke Rizal dan Agus, yang langsung menyisihkan bagian Amel ke dalam kaleng Dana Kebebasan miliknya

Di pinggir kerumunan, berdiri Fatur, ditemani dua temannya yang berpenampilan rapi, Farim dan Yudha. Fatur mengenakan jaket hoodie mahal, tangannya bersedekap, matanya tidak berkedip dari sosok Lady Rose. la tampak terpesona.

"Dia luar biasa, " gumam Fatur, suaranya pelan namun penuh makna.

"Dia tidak balapan seperti wanita. Dia balapan seperti pembalap sejati. Dia sedang mencari sesuatu yang lebih besar dari sekedar uang".

Farim, yang lebih pragmatis, menyikutnya.

"Sudahlah. Dia Lady Rose. Kamu hanya anak kota yang mau main-main.

Fatur menggeleng.

"Aku harus mengenalnya lebih jauh."

Setelah Amel melepas helmnya, rambutnya yang basah oleh keringat jatuh ke wajahnya, namun matanya memancarkan kepuasan. Fatur mengambil momen itu. la melangkah maju, membelah kerumunan, diikuti Farim dan Yudha.

"Selamat, Rose, " kata Fatur, senyumnya kini adalah senyum kekaguman yang tulus.

"Kamu benar-benar sempurna di lintasan. Aku ingin mengajakmu makan malam. Ini bukan taruhan. Ini permintaan pribad".

Amel sedikit tersentak. Gaya Fatur berbeda. Sopan, tapi sangat langsung.

"Aku akan pikirkan itu Tuan Fatur". Jawab Amel berusaha mempertahankan sikap dinginnya.

Agus, yang berdiri persis di samping Amel, mengepalkan tangan di balik saku jaketnya. la membenci kemudahan Fatur mendekati Amel hanya karena status dan kekayaannya.

Tepat ketika Fatur hendak membalas ucapan Amel, sebuah bayangan gelap muncul dari balik semak-semak. Seorang pria dengan jaket yang sudah usang dan wajah yang kusut, seperti baru saja menempuh perjalanan jauh. Matanya merah, penuh amarah yang tertahan. Itu adalah Udin.

Udin baru saja tiba di desa, mendengar kabar tentang balapan liar, dan langsung menuju arena dengan sisa-sisa tenaga dan emosi yang meluap.

Rasa cemburu karena pesan singkat temannya di Jakarta-

"Cewekmu awas di rebut Fatur, si anak orang kaya" membuatnya gelap mata. Udin tidak melihat Amel. Dia hanya melihat musuhnya: pria kaya yang

berani menyentuh apa yang ia anggap miliknya.

la menerobos maju, mengabaikan teriakan Agus dan Rizal.

"Minggir dari dia!" Udin berteriak, suaranya serak dan nyaring. Menciptakan keheningan mendadak di kerumunan.

"Kau pikir siapa kau mendekati gadisku seperti itu?"

Fatur, anak kota yang terbiasa dengan arogansi kelas atas, tertawa kecil sedikit menghina. la mengamati Udin dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Siapa kau? Pakaianmu terlihat seperti baru turun dari bus. Gadis ini bahkan tidak terlihat senang kau ada di sini. Gadis ini bukan milik siapa-siapa, apalagi milik preman sepertimu, balas Fatur santai, nadanya tajam dan meremehkan.

Udin, yang sudah mencapai batas emosinya, menerjang.

”Akan kutunjuk kan siapa preman itu!"

Agus, refleks, segera maju untuk menahan Udin. Rizal menarik Fatur ke belakang, tahu bahwa keributan besar akan segera terjadi.

Amel berdiri di tengah kekacauan itu, terkejut, cemas, dan yang paling parah, marah. la menatap Udin, pria yang terlalu mencintainya dengan obsesi.

Kini ia melihat terlalu posesif dan penuh ancaman

"Udin, hentikan!" bentak Amel.

"Aku bukan barang yang bisa kalian rebut!"

Namun, Udin dan Fatur sudah tidak mendengarnya. Mereka hanya melihat satu sama lain. Amel menyadari bahwa Dana Kebebasan yang ia cari kini

telah menarik dua ancaman baru yang jauh lebih berbahaya daripada sekadar kesulitan finansial. la tidak hanya harus berjuang di lintasan, tetapi juga berjuang untuk mengendalikan nasibnya sendiri dari cengkeraman obsesi dan kekaguman.

Hay guys ayo tebak jodohnya Amel siapa?

1
Cici Febryanti
plot twist yah wakk🤭
Wiwit
lanjut
Aretha_Linsey: besok up lagi ya kak
total 1 replies
Kei Kurono
Aaaahhh! Begitu seru sampe gak berasa waktu berlalu!
Aretha_Linsey: mkasih kak di tunggu next ceritanya ya kak
total 1 replies
000 1
Aku suka gaya penulisanmu, jangan berhenti menulis ya thor!
Aretha_Linsey: Terimakasih kasih kak. siap makasih suportnya. mohon kritik dan sarannya ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!