NovelToon NovelToon
Bosku Duda Arogan

Bosku Duda Arogan

Status: tamat
Genre:Tamat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Romansa
Popularitas:2.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: dtyas

“Bapak… selain mesum, juga nyebelin, ngeselin, rese, arogan dan sudah tua -- dewasa --. Pokoknya semua Bapak borong,” teriak Ajeng.

“Tambahkan, tampan dan membuat kamu jatuh cinta,” sahut Gentala.

Ajeng berada di dalam situasi disukai oleh rekan kerjanya yang playboy, berusaha seprofesional mungkin karena dia membutuhkan pekerjaan ini. Siapa sangka, Gentala – GM baru – yang membuat Ajeng kesal setengah hidup sejak pertama bertemu berhasil menolong gadis itu dari perangkap cinta sang playboy.

Namun, aksi heroik Gentala malah berubah menjadi bencana ...!


===
IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 25 ~ Gentala Vs Fabian

Aku menguap lagi, padahal hari ini tidak bangun awal seperti biasanya. Pak Gentala kemarin mengatakan, aku akan aman. Keluargaku tidak akan berani menyakiti aku. Mari kita buktikan saja, karena sejak kejadian kemarin aku tidak keluar kamar.

Hari ini senin dan ada dua jadwal syuting yang harus aku awasi. Aku mengenakan jeans dan blouse jenis peplum lengkap dengan flatshoes. Aku menuruni anak tangga dan sudah ada Ayah, Gio juga Vina di meja makan. Mereka menatapku, aku tidak berniat bergabung malah melipir ke dapur untuk mengambil air.

Ternyata Ibu di dapur dan keluar membawa kopi untuk ayah.

“Ajeng, kapan Gentala akan bicarakan lagi pernikahan kalian,” teriak Ayah.

“Entah, jangan-jangan dia ragu setelah melihat drama keluarga kita,” ujarku lalu pamit. Vina menatapku sinis, tidak ada kata maaf atau menyesal terucap dari mulutnya.

Aku sudah menaiki  motor dan mengenakan helm saat Gio datang menghampiriku.

“Ajeng, kamu serius mau menikah?”

“Menikah atau nggak, bukan urusan kamu.”

“Ck. Aku sudah bilang, setelah Vina melahirkan aku menceraikan dia dan aku akan kembali sama kamu,” tutur Gio.

Aku memperhatikannya, memastikan kalau dia tidak sedang mabuk.

“Lo nggak habis minum ‘kan?”

Dia menggelengkan kepalanya.

“Berarti lo nggak waras. Vina ngerebut lo dari gue, tapi bersikap seolah gue yang ngambil lo dan sekarang lo mau ninggalin dia untuk kembali ke gue. Bisa-bisa dia kejar gue bawa golok. Sorry ya, tawaran lo nggak menarik, bahkan disogok dengan motor baru juga gue nggak kepengen.”

“Ajeng, tunggu Jeng.”

Aku berusaha fokus dan tidak memikirkan tingkah aneh keluargaku yang terkadang di luar nalar agar tidak menyebabkan masalah baru saat dalam perjalanan. Tidak sampai satu jam akhirnya aku sampai di parkiran gedung Go TV.

Lagi-lagi Anik berdiri menunggu kedatanganku. Tentu saja untuk mendengarkan cerita aku jalan dengan Fabian, karena yang dia tahu malam itu aku mendampingi Fabian.

“Ponsel lo masih fungsi ‘kan?”

“Masih,” jawabku tanpa rasa bersalah.

“Kenapa nggak balas pesan dan angkat telepon gue,” tuturnya sambil mensejajari langkahku.

Kami akhirnya bergabung dengan keramaian antrian pengguna lift dan berdesakan.

“Lo hutang cerita,” bisik Anik sebelum keluar dari lift di lantai tujuannya.

“Hm.”

Aku hanya meletakan tas di atas meja lalu bergegas ke pantry, belum ada tanda kedatangan Fabian karena meja kerjanya masih kosong.

“Jo,” panggilku dan sudah ada Fabian di sana. Dia terlihat canggung melihatku, aku jadi penasaran ada masalah apa dia dengan Pak Gentala, sampai aku diusir ketika mereka bicara. “Pagi Pak Fabian, tumben datang lebih dulu dari aku.”

Aku menyapa dan bersikap biasa, dia hanya tersenyum lalu menjawab sapaanku. Ternyata dia menunggu kopi yang dibuatkan Jojo.

“Jo, aku mau teh ya.”

“Siap, Mbak. Manis atau manis banget?”

“Biasa aja, kamu ‘kan tahu aku udah manis,” ujarku dan sukses membuat Jojo menggelengkan kepala. Fabian terkekeh kemudian meninggalkan pantry.

“Jo, Pak Fabian udah lama?” tanyaku lirih.

“Udah, malah tadi sempat melamun di sini makanya saya tawarin kopi.”

Sepertinya aku harus menemui Pak Gentala dan menanyakan ada apa dengan mereka, apa aku terlibat atau tidak.

Sampai menjelang jam makan siang, aku belum melihat kakang Prabu. Briefing tadi pagi juga dia tidak ada dan saat ini aku dan Fabian sedang fokus dengan laptop masing-masing. Perutku tidak bisa diajak kompromi karena tadi pagi melewatkan sarapan.

“Pak, saya duluan ya. Panggilan kantin,” ujarku.

“Hm.”

Aku mengambil dompet dan ponsel dan akan beranjak tapi tangan Fabian menahan dengan mencengkram tanganku.

“Ajeng.”

“Iya. Bapak mau titip makan?”

“Kamu benar akan menikah dengan Pak Gentala?”

Si duda emang nggak bisa jaga mulutnya. Padahal Pak Krisna mengancam keluargaku agar rencana ini tidak sampai bocor tapi si kampret yang mendadak kalem ini ternyata sudah tahu.

“Ehm, itu  ….”

“Kenapa? Kamu diancam atau dipaksa olehnya?”

Duh, aku harus gimana. Rencana pernikahan ini memang bukan atas dasar cinta tapi karena aku dan Pak Gentala ketahuan bermalam di atas ranjang yang sama.

Fabian berdiri lalu menyingkirkan helaian rambut yang menutupi lebam di dahiku.

“Ini kenapa? Jangan bilang ada hubungannya dengan Pak Gentala? Aku bisa tolong kamu, tapi sampaikan padaku kalau memang kamu berada dalam ancaman atau ....”

“Bukan, tapi kami memang dalam situasi harus menikah. Maaf Pak, saya tidak bisa menyampaikan lebih detail dari ini luka ini bukan karena Pak Genta tapi beliau yang menolongku.” Aku meninggalkan Fabian yang masih terpaku.

Entah aku melamun atau memang pandanganku terus menatap ke bawah sampai akhirnya aku menabrak sesuatu, lebih tepatnya seseorang. Aku bahkan harus mengusap keningku yang masih lebam.

“Jalan pakai mata.”

“Ck, di mana-mana jalan pakai kaki, Pak. Lagian itu badan apa tembok, keras amat.”

“Mau ke mana?” tanyanya sambil bersedekap.

“Kantin,” jawabku singkat. “Duluan ya Pak Genta, saya udah laper.”

Pak Gentala belum menjawab tapi perhatian kami beralih karena seseorang memanggil pria itu.

“Gentala.”

Aku menghela nafas melihat Natasha berjalan bagai berada di atas catwalk menuju ke arah kami. Senyum di wajahnya bagai pengemis yang mendapatkan undian uang satu milyar, tapi dia memang pengemis. Pengemis cinta.

“Permisi Pak,” ujarku lalu meninggalkan Pak Gentala dan melewati Natasha.

Entah apa yang mereka bicarakan, tapi sebelum pintu lift tertutup aku melihat mereka masih berdiri di sana dan Pak Gentala menatap ke arahku.

“Paling, pangku-pangkuan lagi terus nyosor.”

 Padahal sejak tadi perutku sudah nyanyi keroncong, tapi selera makan mendadak hilang. Menu yang ada di hadapanku hanya habis separuhnya. Aku penasaran dengan kedatangan Natasha bersama Gentala.

“Mereka mau ngapain sih?” gumamku.

Stop Ajeng, ini seperti wanita yang cemburu pada prianya tapi kamu dan Pak Gentala belum ada urusan cinta walaupun akan menikah dan kemungkinan Pak Gentala bertemu dengan wanita cantik di luar sana adalah kemungkinan yang hakiki.

“Tapi Pak Genta orang penting, pasti banyak relasi perempuan cantik. Belum apa-apa aja aku udah galau, apa iya aku mulai suka dengan dia,” ucapku dalam hati.

Dari pada melamun tidak jelas di kantin, aku memutuskan kembali. Satu jam lagi syuting kata netizen akan dimulai dan aku harus stand by di sana.

Kepalaku sempat menoleh ke arah koridor ruang kerja Pak Gentala tapi tidak terlihat siapapun di sana, bahkan Mbak Nella tidak ada di mejanya.

“Menikah? Kamu yakin?”

Tunggu, ini suara siapa?

Aku sudah berdiri di depan pintu dengan tangan sudah membuka pelan pintu ruang kerja aku dan Pak Fabian tapi terdengar obrolan Fabian dengan seorang wanita.

“Itu yang aku tahu. Bahkan itu keluar dari mulut Om Yasa.”

“Siapa perempuan itu?”

“Kamu tidak perlu tahu. Kalau memang kamu ada rencana mendekati Om Yasa, segera sebelum terlambat.”

“Gentala acuh denganku, sulit menaklukannya.”

“Masa seorang Natasha tidak bisa menaklukan seorang Gentala, bahkan aku saja bisa kamu taklukan.”

“Ini beda cerita, aku menaklukan kamu hanya untuk bersenang-senang tapi dengan Gentala aku harus punya rencana karena ini tentang masa depan.”

Aku tidak percaya dengan apa yang baru aku dengar. Lagi-lagi kebusukan Fabian terkuak, tapi kali ini menyakitkan karena dia dan Natasha berencana menggagalkan pernikahan Pak Gentala dan aku.

 

1
Dyah Ayu
bagus ceritanya Thor ..makin suka juga karena ada perubahan POV Cowok nya .. 👍👍💓💓💓💓
Dyah Ayu
gw suka gaya looo
erna erfiana
bagus banget recommended buat dibaca
Hearty 💕
Kak Dtyas karyamu oke
Henym
Luar biasa
May Keisya
gesrek😂...tapi bener wkwkwk
May Keisya
ya ampun 😂
May Keisya
somplak 😂
May Keisya
😂😂 arrrgghh🤣
May Keisya
🤣🤣🤣...beban hidup pa🤣
May Keisya
pgn bgt aku jedotin tuh bapaknya...itu tanggung jawab kmu hai bapak sableng
May Keisya
😂😂😂😂
May Keisya
sableng😂
Nike Sulistiani
Luar biasa
Nendah Wenda
menarik
Nendah Wenda
menarik juga a pa itu ulah helen
Nendah Wenda
tamat KA author apa cerita anak genta dan Ajeng ada judul baru atau sudah berhenti disini makasih thor sukses selalu
dtyas (ig : dtyas_dtyas): ada kak,
bosku playboy bucin

tp baca dulu boaku perawan tua
total 1 replies
Nendah Wenda
ikut meleleh seneng banget lihatnya bahagia
Nendah Wenda
semoga Ajeng selamat dan gak terjadi sesuatu
Nendah Wenda
semangat jeng semoga baik baik saaja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!