Alana harus menerima takdirnya yang menjadi istri secara mendadak. Alana menikah dengan Raymond, pria dingin yang tidak mempunyai pilihan untuk menjaga nama baik keluarganya yang harus menikah dengan Alana karena calon pengantinnya yang lari di hari pernikahan itu.
Posisi Alana benar-benar sangat sulit. Apalagi posisinya di kaitkan dengan hutang Budi pada keluarga calon istri Raymond. Mau tidak mau Alana menerima takdirnya.
Masuk kedalam keluarga Raymond bukanlah hal yang mudah dan apalagi Alana adalah gadis sederhana. Raymond juga menolaknya dan menekankan tidak menginginkannya sebagai istri.
Alana berusaha untuk berdamai dengan keadaan dan ternyata banyak rahasia yang dia ketahui dalam keluarga Raymond yang memiliki latar belakang baik-baik saja yang bertolak belakang pada kenyataannya.
Bagaimana Alana menjalani pernikahannya?
"Apakah simpatik Alana akan tumbuh menjadi cinta?"
"Lalu bagaimana Raymond menghadapi pernikahannya dengan wanita yang tidak dia cintai?"
Ig. ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9 Gengsi.
Alana yang sendirian di dalam mobil yang berhenti di pinggir jalan dan sang pengemudi entah ke mana. Alana yang sejak tadi terus saja membuang nafas perlahan ke depan seperti ada sesuatu yang dia pikirkan.
Bruk.
Pintu mobil dibuka yang membuat Alana menoleh, Raymond yang sudah kembali ke mobil.
"Ini!" Raymond memberikan kantong plastik kecil kepada Alana.
"Apa ini?" tanya Alana mengambilnya.
"Jika kau yang bergerak sendiri dan membelinya, maka akan ada ribuan anak menangis akibat ulahmu," sindir Raymond.
Alana melihat isi kantung plastik tersebut yang ternyata itu yang dia butuhkan sejak tadi yang tidak jadi dia beli, karena terjadi insiden.
"Aku minta maaf," ucap Alana.
"Menyusahkan saja," umpat Raymond kesal.
Alana menghela nafas, suaminya itu kerjanya dia sejak tadi marah-marah terus dan ternyata masih membelikan Alana minyak kayu putih agar tidak mual di dalam mobil.
****
Akhirnya mereka sudah sampai juga ke lokasi di mana Raymond akan mengurus proyeknya selama beberapa hari kedepan. Sebelum memulai pekerjaan yang pasti Raymond harus ke tempat penginapan terlebih dahulu yaitu di salah satu Villa yang tidak jauh dari proyeknya.
Pasangan suami istri itu memasuki Villa tersebut secara mandiri, tidak ada pelayan atau apapun yang membawa barang-barang mereka. Alana membawa tas kecil tempat beberapa style pakaiannya dan begitu juga dengan Raymond yang menyeret kopernya.
"Kita akan tinggal di sini untuk beberapa hari ke depan. Jangan membuat masalah apapun atau mengganggu pekerjaan ku. Tidak ada pelayan atau apapun di Villa. Jika kau ingin makan, maka berusaha sendiri. Jangan menyusahkan ku atau bertanya apapun kepadaku. Kau sudah dewasa dan aku rasa kau bisa memiliki inisiatif sendiri," tegas Raymond yang tanpa basa-basi yang langsung menyampaikan semuanya kepada istrinya.
"Kamarmu di sana!" tunjuk Raymond.
"Oke," sahut Alana yang terdengar begitu santai dan bahkan langsung berlalu dari harapan Raymond ketika kamarnya sudah ditunjukkan.
"Heh!" langkah Alana terhenti dan kembali membalikkan tubuhnya.
"Ada apa?" tanya Alana.
"Kau terlihat begitu senang sekali saat kita berdua tidak satu kamar, kau juga tampak buru-buru sekali ingin ke kamarmu," ucap Raymond.
"Memang aku harus sedih jika kita tidak satu kamar. Bukankah memang lebih baik kita pisah kamar dan bisa menjaga privasi masing-masing," jawab Alana yang benar-benar santai.
"Jadi kau benar-benar senang kita pisah kamar?" tanya Raymond kembali memastikan yang tiba-tiba saja dia sangat suka meladeni wanita yang semakin lama semakin berani padanya.
Lihatlah jawaban Alana mengangguk tanpa ragu sama sekali.
Raymond hanya mendengus kesal dengan senyum miring.
"Terserah mu," ucap Raymond yang malah kesal sendiri dan berlalu dari hadapan Alana menuju kamar yang juga di dekat Alana suara pintu yang tertutup begitu sangat keras membuat Alana kaget.
"Apa aku melakukan kesalahan lagi?" Alana bertanya-tanya dengan kebingungan.
"Tidak Alana! mau kamu melakukan kesalahan atau yang kamu lakukan sudah benar, bagi dia tetap saja semua itu salah dan memang dia suka marah-marah," ucap Alana menghela nafas yang masa bodo bagaimana dengan tingkah Raymond.
Alana juga memilih untuk masuk kedalam kamarnya.
****
Entah mengapa cuaca di Surabaya begitu sangat panas sekali. Raymond yang keluar dari kamar bahkan sampai mengipas-ngipas wajahnya dengan kerah bajunya yang mana keringatnya terlihat bercucuran dari bawah telinganya.
Raymond berjalan menuju dapur yang ternyata Alana ada di sana yang kelihatan sedang membuat makanan. Kehadiran Raymond sama sekali tidak mengganggu pekerjaan Alana dan bahkan Alana tidak menoleh dengan kedatangan suaminya itu.
Raymond yang tampak menuangkan air putih dan meneguknya dan ternyata Raymond curi-curi pandang pada Alana yang tetap saja fokus pada pekerjaannya.
"Apa kau tidak kepanasan memakai pakaian seperti itu hah?" tanya Raymond tiba-tiba dan barulah Alana menoleh ke belakang.
"Kenapa sekarang jadi mengomentari penampilanku," ucapnya dengan dahi mengkerut.
Raymond menghela nafas dan bersandar di pinggir meja dengan setengah duduk dengan kedua tangannya dilipat di dadanya.
"Aku pernah mendengar yang katanya kalau wanita memakai jilbab dan kalau ada suaminya tidak masalah juga jilbabnya dilepas," ucap Raymond yang memang semenjak mereka menikah belum pernah sama sekali melihat istrimu itu melepas jilbabnya.
"Iya, aku tahu itu," sahut Alana.
"Lalu apa yang kamu permasalahkan sampai membungkus kepalamu seperti itu hah! Bukankah aku suamimu dan itu sama sekali tidak haram," ucap Raymond.
"Suami!" ucap Alana yang terdengar lucu.
"Bukankah waktu itu kamu yang mengatakan bahwa tidak akan menganggap pernikahan kita seperti pernikahan sungguhan yang artinya kamu menganggapku bukan istri. Jadi aku takut saja dosa yang harus membuka aurat," jawab Alana dengan santai.
"Lagi pula aku tidak kepanasan sama sekali," ucapnya dengan santai.
"Sampai seumur hidupmu akan terus mengingat kata-kata itu. Heran!" ucap Raymond yang kembali kesal sendiri dan langsung pergi dari dapur.
"Aneh!" ucap Alana kebingungan dengan suaminya itu.
"Haram!" Alana tiba-tiba tersenyum merasa lucu.
"Aneh sekali jika orang seperti dia mengetahui apa itu haram," Alana geleng-geleng kepala yang kembali melanjutkan memasak.
Raymond yang memasuki kamarnya kembali melihat ke arah Alana, "Aku saja sudah melupakan kata-kata itu. Apa kata-kata itu terlalu berlebihan sampai membekas yang membuatnya apa-apa langsung mengaitkan semua dengan kata-kata malam itu. Tidak! Wanita itu memang selalu memperkeruh suasana," ucap Raymon yang kembali masuk kedalam kamarnya.
***
Raymond baru saja pulang menemui kliennya dan Raymond melihat Alana yang duduk di meja makan yang tampak menikmati makanannya dengan sangat lahap.
Raymond berdiri memperhatikan istrinya itu yang sama sekali tidak menyapa kepulangannya.
"Jika dia hidup di hutan belantara, maka akan bisa mempertahankan hidupnya," batin Raymond.
Alana menyadari jika dia sejak tadi diperhatikan yang membuatnya melihat ke arah Raymond yang masih saja tetap bengong.
"Kamu mau makan?" tanya Alana dengan mengerutkan dahi.
"Aku bisa menguras diri sendiri tanpa harus memakan masakanmu," ucap Raymond.
"Ohhh," Alana hanya menanggapi dengan santai dan tidak pernah sakit hati dengan kata-kata itu.
Raymond yang tampak duduk di sofa dengan mengeluarkan ponselnya dan mungkin saja dia ingin memesan makanan. Tetapi di luar hujan sangat deras dan sepertinya Raymond mengalami kesulitan untuk memesan makanan.
"Kenapa tidak seperti di Jakarta mau hujan badai sekalipun akan bisa diantar," ucapnya dengan kesal.
Dari meja makan Alana mendengar ocehan suaminya samar-samar, tetapi tetap saja itu mencuri perhatian Alana dan kembali menoleh ke arah Raymond yang tampak resah dan bahkan memegang perutnya sesekali.
"Apa lihat-lihat. Kau itu kebiasaan suka melihatku secara diam-diam. Jika menyukaiku baru tahu rasa," sahut Raymond yang kembali dengan kepercayaan dirinya.
"Memang melihat orang sebentar saja itu langsung bisa suka apa?"
"Jika memang tidak bisa memesan makanan, maka, makan saja apa yang sudah ada dan lagi pula aku memasuk banyak," ucap Alana dengan baik hati menawarkan suaminya itu.
"Aku sudah mengatakan tidak perlu," ucap Raymond yang ternyata mempertahankan harga dirinya dan berdiri dari tempat duduknya yang memasuki kamarnya.
"Ya, sudah, lagi pula aku tidak memasak besok pagi, aku tidak perlu memasak lagi," ucap Alana yang masa bodoh dengan mengangkat kedua bahunya dan kembali melanjutkan makannya dengan lahap.
Bersambung.....
Harusnya kamu bersyukur punya putra Raymond dan bertemu dr Furman laki2 yg tulus mencintaimu?
Berceraioah dg Anthony dan menikah dg Firman, supaya kamu punya harga diri dan demi kebaikan mental putra Raymond??
jangan sampai dia mengetahui perselingkuhan mu juga?? 🤔😇😇
dan jika suatu hari nanti Raymond mengetahui perselingkuhan ortunya , dia bisa meninggalkan keluarganya dan tinggal bersama Alana 🤔🤔🤔
biar dia mentalnya gak down saat nanti dia harus mengetahui kenyataan pahit tentang kebejatan tingkah laku mereka??🤔😇😇