NovelToon NovelToon
BOSS WITH BENEFIT

BOSS WITH BENEFIT

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Patahhati / CEO
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Five Vee

Putri Regina Prayoga, gadis berusia 28 tahun yang hendak menyerahkan diri kepada sang kekasih yang telah di pacari nya selama 3 tahun belakangan ini, harus menelan pahitnya pengkhianatan.

Tepat di hari jadi mereka yang ke 3, Regina yang akan memberi kejutan kepada sang kekasih, justru mendapatkan kejutan yang lebih besar. Ia mendapati Alvino, sang kekasih, tengah bergelut dengan sekretarisnya di ruang tamu apartemen pria itu.

Membanting pintu dengan kasar, gadis itu berlari meninggalkan dua manusia yang tengah sibuk berbagi peluh. Hari masih sore, Regina memutuskan mengunjungi salah satu klub malam di pusat kota untuk menenangkan dirinya.

Dan, hidup Regina pun berubah dari sini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 25. Aku Memberimu Harapan.

“Morning, Honey.”

William menyapa sang sekretaris yang tengah menyiapkan sarapan untuk mereka. Sepiring nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi dan irisan timun sebagai pelengkapnya.

Tak lupa pria itu mencuri sebuah kecupan dari pipi wanita itu.

“Morning, Will.” Jawab Regina tersenyum.

William yang baru mendaratkan bokongnya di atas kursi. Merasa tertegun. Ia ingin sekali mendengar Regina memanggilnya dengan panggilan sayang. Namun apalah daya, hubungan mereka pun tak memiliki kejelasan, William tak punya kuasa untuk menuntut lebih.

“Selamat makan.” Regina meletakkan piring yang sudah terisi di hadapan sang atasan.

William menerima, kemudian menikmati sarapannya dalam diam. Hati pria itu begitu sensitif.

“Apa tidak enak?” Tanya Regina saat melihat William yang begitu lamban memakan sarapannya.

“Enak, Hon. Apapun yang berkaitan dengan mu selalu enak.” Ucap William begitu saja.

Regina mencebik. Pikiran William selalu saja tak jauh dari urusan bawah perut.

Setelah menikmati sarapannya, mereka pergi ke kantor bersama. Kali ini, William ingin mengendarai mobil yang baru ia belikan untuk Regina.

“Apa boleh aku yang menyetir?” Tanya Regina.

William tersenyum, kemudian menyerahkan kunci mobil itu kepada sekretarisnya.

William tidak pernah melarang Regina, jika ingin menjadi sopir untuk dirinya. Karena ia ingin melihat seberapa pandai wanita itu mengendarai kendaraan roda empat. Selain itu, William juga ingin menutupi hubungan mereka di mata karyawan SG yang lainnya.

Akan menimbulkan kecurigaan jika mereka datang berdua, tetapi jika mereka melihat Regina yang menyetir, kecurigaan itu mungkin bisa di minimalisir.

“Kamu suka mobilnya?” Tanya William yang duduk di samping kiri Regina.

Wanita yang sibuk dengan kemudi itu, menganggukkan kepalanya. Siapa yang tidak suka mobil mewah dan mahal, gratis pula. Munafik, jika ada yang mengatakan tidak suka.

“Jangankan mobil ini, kamu memberiku city car saja aku sudah senang.” Ucap wanita itu.

“Kenapa? Apa karena seorang pria tampan yang memberikannya?”

Regina berdecih, namun kemudian sebuah senyuman terbit di wajah.

“Itu karena dapat gratisan. Kalau kamu suruh bayar, di kasih city car pun aku tak mau.”

William mencebik. Kini ia semakin yakin jika wanita yang di cintainya ini, seorang yang materialistis, seperti sang mama. Namun William tak mempermasalahkan hal itu. Asalkan, orang yang di cintainya merasa bahagia.

Setelah 20 menit berkendara, mobil sedan mewah itu tiba di depan gedung Sanjaya Group. Namun mereka tak turun disana. Regina memarkir kereta besi itu, di tempat parkir khusus petinggi perusahaan.

Mereka keluar bersama, ketika hendak melangkah, setelah mengunci dari jarak jauh mobil mewah itu, sebuah mobil berhenti tepat di depan Regina dan William.

Pemilik mobil itu keluar, siapa lagi jika bukan Alvino. Pria yang saat ini masih berstatus sebagai kekasih Regina.

“Jadi benar kamu bersama pria ini, sayang?” Ucap Alvino ke arah Regina, tetapi tangannya menunjuk tubuh William.

“Apa maksudmu, Vin ?” Untung saja parkiran itu hanya untuk beberapa orang. Jadi, tidak ada karyawan lain yang melihat dan mendengar mereka.

Alvino mencebik kesal.

“Seseorang mengatakan kepada ku, jika kamu kemarin bergandengan mesra dengan pria ini.”

“Apa kamu meminta orang mengikutiku, Vin?”

“Aku—.” Sebelum Alvino berbicara, William terlebih dulu menyela.

“Hei, bung.. apa maksudmu? Dimana orang itu melihat kami? Apa benar kami yang di lihatnya?” William melontarkan pertanyaan. Mengalihkan pertanyaan Regina, supaya wanita itu tidak terpancing.

Pandangan Alvino teralihkan karena ucapan William. Benar juga, pria kemarin bahkan tidak mengatakan dimana dia melihat Regina. Kenapa Alvino percaya begitu saja? Pria itu memiliki dendam dengannya, bisa saja dia hanya mengarang cerita bukan?

“Sial.”

‘Harusnya aku menanyakan dimana dia melihat Regina. Bukannya malah terpancing dan memukulnya.’

“Sayang, aku—.”

Tangan Regina terangkat ketika Alvino mendekat untuk meraihnya.

“Cukup, Vin. Aku bahkan belum melupakan kejadian tempo hari di restoran, dan sekarang kamu datang menuduhku?”

“Sayang, maafkan aku. Beberapa hari ini aku terus mencarimu, ke rumah kontrakanmu, namun tak menemukan kamu. Aku menghubungi mu setiap saat, tetapi kamu tak sekali pun menjawab panggilanku.” Ucap Alvino panjang lebar.

‘Sial. Si rahwana ini malah berdrama.’

William mengumpat kesal. Ia ingin sekali menghajar pria yang lebih muda darinya itu.

“Nona Regina, kita ada meeting sebentar lagi. Aku harap kamu tidak membuat aku malu di depan klien, karena datang terlambat.” William berucap ketus. Pria itu kemudian berlalu begitu saja.

“Maaf, Vin. Kamu sudah mendengar sendiri kan, aku harus pergi sekarang.”

“Tapi, sayang. Kamu memaafkan aku kan?” Alvino masih berusaha menahan langkah kekasihnya itu.

“Ya.” Jawab wanita itu singkat dan sambil berlalu, karena ia harus mengejar William. Pria itu pasti sedang merajuk. Regina lebih memikirkan perasaan William sekarang, daripada mengurusi Alvino.

*****

“Pak.” Regina masuk ke ruangan atasannya tanpa permisi. Ia menghampiri William yang sedang berdiri di depan jendela besar, yang menampakkan pemandangan kota.

“Apa kamu marah?” Regina menyusupkan kedua tangannya di pinggang William. Ia peluk raga kekar itu dari belakang.

“Aku cemburu.”

Regina menyunggingkan senyuman di balik punggung atasannya. William cemburu? Padahal Regina tidak melakukan apapun dengan Alvino.

“Aku tidak melakukan apapun dengannya.”

“Ya, tetapi tetap saja aku cemburu. Mau bagaimana lagi?”

Regina melepaskan belitan tangannya, ia kemudian berpindah ke depan pria itu.

“Kamu pencemburu sekali ya?” Ucapnya sembari kembali menyusupkan tangannya di pinggang sang atasan, dan memeluknya dari depan.

“Iya. Aku memang pencemburu. Karena aku merasa memiliki. Tetapi, sayangnya tak ada yang mau memiliki aku.”

Regina mencebik. Wanita itu perlahan melepas pelukannya. Namun, di tahan oleh William.

“Maaf.. tidak seharusnya aku cemburu. Kalian sepasang kekasih. Sudah sewajarnya dekat. Aku akan berusaha untuk menyadarkan hatiku. Jika kamu bukan hanya milikku seorang. Tetapi juga milik pria lain.”

Regina mendongak, ia melihat mata William mulai berkaca-kaca.

“Will…”

Wanita itu memeluk erat tubuh atasannya. Mengusap lembut punggung yang sering memberinya kenyamanan.

“Aku sudah menganggap hubunganku dan Alvino berakhir saat aku melihatnya bersama wanita itu. Hanya saja, aku yang bodoh tidak melabrak mereka langsung.”

Regina menghela nafasnya pelan.

“Aku memberimu harapan Will. Apa kamu bersedia tetap menunggu aku, sampai hati aku siap menjalin kisah yang baru?”

Mendengar ucapan sang sekretaris, William menangkup kedua pipi wanita itu. Kemudian melabuhkan sebuah kecupan pada bibir yang telah menjadi candu untuknya.

“Tentu. Bukannya aku sudah pernah mengatakan padamu. Aku akan menunggu mu sampai kapan pun.”

Regina mengangguk. Mereka kembali menyatukan bibir mereka berdua. Hingga tersadar, jika beberapa saat lagi mereka harus melakukan pertemuan dengan klien.

****

Di sore hari, Regina pulang sendiri. Karena William harus mengecek salah satu usaha temannya, dimana ia juga menanam saham disana.

Teman William membangun sebuah kafe yang bergaya Eropa, dan menjual makanan barat, mengajak William untuk bergabung mengembangkan usaha miliknya.

William menyanggupi, namun ia tak bisa terjun langsung. Karena pria itu harus mengurus perusahaan sang papa, dan juga klub malam miliknya.

Tidak hanya di kafe itu, William juga memiliki saham di showroom mobil tempat dimana ia membelikan Regina mobil.

“Kamu sudah datang?” Seorang wanita seusia William datang menghampiri pria yang tengah duduk menikmati jus jeruknya.

“Ya, ada masalah apa?” Tanya William. Temannya yang bernama Alisha, pendiri tempat itu menghubungi William, mengatakan jika ada sedikit masalah di tempat itu.

Wanita bernama Alisha itu, menyerahkan sebuah map kepada William. Di dalamnya berisi laporan keuangan kafe tersebut. William menerimanya, ia mempelajari setiap huruf dan angka yang tertera diatas kertas.

“Tidak ada masalah.” Ucap William setelah berapa menit membaca berkas itu. Ia mengembalikan lagi kepada Alisha.

Wanita itu menganggukkan kepalanya. Ia menatap sebentar pria tampan di hadapannya.

Ini hanya alasan semata, agar ia bisa bertemu pria itu. Alisha sudah sejak lama memiliki perasaan kepada William, namun ia tidak berani mengungkapkan. Ia takut, persahabatannya dengan William akan berantakan, jika pria itu tidak memiliki perasaan yang sama dengannya.

“Sudah? Apa ada lagi yang ingin di bicarakan?” Tanya William. Ia melihat arloji yang melingkari pergelangan tangannya. Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Ia sudah berjanji akan pulang untuk makan malam bersama Regina.

“Kamu belum makan malam, kan? Bagaimana jika kita makan malam dulu sebentar?” Tawar Alisha.

Kepala William mengeleng.

“Maaf, Al. Aku harus pulang. Aku sudah ada janji makan malam dengan seseorang.” Ucapnya sembari tersenyum.

“Apa seorang yang istimewa? Biar aku tebak, pasti kekasihmu.” Alisha memang sangat pintar menyimpan perasaannya sendiri.

William mencebik.

“Sementara, belum. Tetapi akan. Doakan ya, semoga dia cepat menerima aku.”

“Wah.. siapa gadis itu, beraninya menggantung perasaan seorang William Sanjaya?”

“Nanti kamu akan tau. Aku akan membawanya nanti setelah dia menerima ku.” Pria itu kemudian bangkit dari duduknya.

“Jadi kamu benar-benar menolak ajakan makan malam ku?” Gurau wanita itu lagi.

“Maafkan aku, Al. Tetapi dia sudah menunggu ku di apartemen.”

Deg!!

Alisha tersentak. Namun, seketika ia menganggukkan kepalanya.

“Hati-hati di jalan, Will.”

William mengangguk, kemudian berlalu meninggalkan Alisha.

“Jadi kamu sudah tinggal bersama dengan seorang wanita? Kemana saja diriku ini.”

Alisha bermonolog menatap punggung William yang semakin menjauh, dan keluar dari kafe miliknya.

.

.

.

Bersambung.

1
Yenny Kesuma
Luar biasa
Suzanne Shine Cha
wachhh seruuu dan lucu dech kamuu Thorr brarti kita se angkatan trnyata 🤣🤣🤣🙈🙈💝💝💝💪🏼💪🏼💪🏼bttp mgt Thorr 👍🏻👍🏻🌹🌹🌹
Suzanne Shine Cha
/Facepalm/🤣🤣🤣🤣/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
Sustika Ekawati
aku mampir baca ya thor
JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
kalau kiraan tepat ada lebihan hari contoh 1bln - 4 minggu 2 hari🤭
Nining Chili
👍👍👍
JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
aduinaaa🤣🤣🤣
JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
lagaknya kayak pria suci🤣🤣🤣🤣
Mutiah Siti Musthofa
ngakak 🤣🤣🤣🤣🤣
Yolla
so sweet🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Yolla
ternyata si BOY anak yg rajin juga yaaa🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Ika Wahyuni
ah boy kamu nakal ya🤭
Surati
bagus
Meimei Memei
Luar biasa
@arieyy
ku lihat...lihat....ku buka bab nya ...mampir lahhh🤣🤣🤣
Rohimatul Amanah
Luar biasa
SariRani
Kereeen!! Suka semua karakternya thor ❤️🥳
Eka Uderayana
secangkir kopi buat author ☕
Eka Uderayana
wkwkwkwk 😁...GE er
andrana maula
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!