NovelToon NovelToon
Debaran Hati

Debaran Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor
Popularitas:772
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Mengisahkan mengenai Debby Arina Suteja yang jatuh cinta pada pria yang sudah beristri, Hendro Ryu Handoyo karena Hendro tak pernah jujur pada Debby mengenai statusnya yang sudah punya istri dan anak. Debby terpukul sekali dengan kenyataan bahwa Hendro sudah menikah dan saat itulah ia bertemu dengan Agus Setiaji seorang brondong tampan yang menawan hati. Kepada siapakah hati Debby akan berlabuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku Ceraikan Kamu!

Malam itu, Hendro pulang ke rumah dengan raut wajah gelap. Naura, istrinya, menyambutnya dengan tatapan dingin. Suasana di antara mereka terasa tegang sejak Naura menceritakan pertemuannya dengan Debby di kafe.

"Kau melabrak Debby," ucap Hendro datar, tanpa nada tanya.

Naura menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. "Dia merusak rumah tangga kita, Mas! Bagaimana mungkin aku diam saja?" suaranya bergetar menahan tangis.

Tanpa menjawab, Hendro melangkah mendekati Naura. Sebuah tamparan keras tiba-tiba mendarat di pipi wanita itu, membuatnya terhuyung ke samping. Naura memegangi pipinya yang terasa perih, menatap Hendro dengan tatapan tak percaya. Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya tumpah.

"Kau tidak seharusnya melakukan itu," desis Hendro dingin, tanpa sedikit pun rasa bersalah di matanya. Ia lebih terlihat marah karena Naura telah menemui Debby.

"Aku istrimu, Mas! Apa salahku?" lirih Naura, hatinya hancur melihat perubahan sikap suaminya. Pria yang dulu begitu lembut dan penyayang kini tampak begitu asing dan kejam.

"Salahmu adalah mencampuri urusanku," jawab Hendro ketus. Ia sama sekali tidak peduli dengan air mata istrinya. Pikirannya kini hanya tertuju pada Debby.

Naura terisak, tidak menyangka suaminya akan melakukan kekerasan padanya hanya karena ia berusaha mempertahankan rumah tangganya. Di sudut ruangan, seorang anak kecil berusia satu tahun terbangun mendengar keributan dan mulai menangis.

Hendro bahkan tidak menoleh ke arah tangisan putranya. Ia justru menatap Naura dengan tatapan tajam. "Aku akan mengurus perceraian kita secepatnya."

Ucapan Hendro bagai petir di siang bolong bagi Naura. Ia terperangah, hatinya semakin hancur mendengar kata-kata itu. "Apa? Mas... anak kita masih kecil," ucapnya dengan suara tercekat.

"Aku sudah tidak bahagia denganmu, Naura. Sejak dulu," jawab Hendro tanpa emosi. Kebohongan yang selama ini ia tutupi akhirnya terungkap sepenuhnya. Ia tidak hanya mengkhianati Naura dengan berselingkuh, tetapi juga tidak pernah mencintainya dengan tulus.

Naura menggelengkan kepalanya tak percaya. Selama dua tahun pernikahan mereka, ia selalu berusaha menjadi istri yang baik, ibu yang penyayang bagi putra mereka. Namun, semua usahanya terasa sia-sia di hadapan pengakuan dingin Hendro.

"Jadi, selama ini... semua ini bohong?" tanya Naura dengan suara lirih, menahan isaknya.

"Ya," jawab Hendro singkat, tanpa sedikit pun penyesalan. Ia kemudian berbalik, meninggalkan Naura yang terisak di ruang tamu bersama tangisan bayi mereka. Hatinya telah sepenuhnya tertambat pada Debby, tanpa mempedulikan kehancuran yang ia tinggalkan di belakangnya. Malam itu menjadi awal kehancuran bagi rumah tangga yang selama ini dibangun Naura dengan penuh cinta dan pengorbanan.

****

Keesokan paginya, Debby bersiap untuk berangkat kerja. Pikirannya masih dipenuhi oleh kejadian kemarin sore. Ia berharap bisa melupakan sejenak kekacauan ini dan fokus pada pekerjaannya. Saat membuka pintu apartemennya, ia terkejut mendapati Hendro sudah berdiri di depan.

"Debby, kita perlu bicara," kata Hendro dengan nada memohon, menghalangi Debby untuk keluar.

Debby menghela napas. "Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Hendro. Semuanya sudah jelas kemarin." Ia berusaha untuk tetap tenang, meskipun hatinya masih terasa perih.

"Kumohon, Debby. Dengarkan aku sekali ini saja. Aku ingin menjelaskan semuanya," Hendro mencoba meraih tangannya, namun Debby menarik tangannya menjauh.

"Menjelaskan apa lagi? Kamu sudah berbohong padaku selama ini. Kamu sudah menikah dan punya anak. Apa lagi yang perlu dijelaskan?" suara Debby mulai meninggi, menunjukkan rasa frustrasinya.

"Aku akan menceraikan Naura. Sungguh. Aku hanya ingin bersamamu," ujar Hendro bersikeras, mencoba mendekat lagi.

"Jangan mendekatiku!" Debby mundur selangkah. "Kita tidak punya hubungan apa pun lagi, Hendro. Semuanya sudah berakhir."

Hendro tampak tidak terima. Ia berusaha menahan Debby agar tidak pergi. "Tidak, Debby. Aku mencintaimu. Kita bisa melewati ini bersama."

Debby menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Tidak bisa, Hendro. Kamu sudah menghancurkan semuanya. Tolong pergi."

Situasi mulai memanas. Hendro terus berusaha membujuk Debby, sementara Debby berusaha menghindar. Tiba-tiba, pintu unit sebelah terbuka lagi. Agus muncul, tampak heran melihat keributan di pagi hari.

"Ada apa lagi ini?" tanya Agus, menghampiri mereka.

Hendro menoleh dengan tatapan tidak suka. "Ini bukan urusanmu."

Namun, Agus tidak gentar. Ia melihat raut wajah Debby yang tampak tertekan. Tanpa ragu, ia berdiri di samping Debby.

"Mbak Debby sepertinya tidak ingin bicara dengan Anda. Sebaiknya Anda pergi," kata Agus dengan nada sopan namun tegas.

Hendro menatap Agus dengan geram. "Kau lagi? Jangan ikut campur!"

Debby merasa sedikit lega dengan kehadiran Agus. Ia berdiri di belakang pemuda itu, merasa terlindungi sekali lagi.

"Hendro, kumohon pergi," pinta Debby dengan suara lirih namun penuh harap.

Melihat Debby berada di belakang Agus dan ketegasan di mata pemuda itu, Hendro akhirnya menghela napas kasar. Ia menyadari bahwa ia tidak akan bisa memaksa Debby saat ini.

"Baiklah," ucap Hendro dengan nada kesal. "Tapi ini belum berakhir." Ia kemudian menatap Debby dengan tatapan penuh harap sebelum akhirnya berbalik dan pergi.

Setelah Hendro menghilang dari pandangan, Agus menoleh ke arah Debby dengan tatapan khawatir. "Anda tidak apa-apa, Mbak?" tanyanya lembut.

Debby mengangguk lemah. "Terima kasih, Agus. Sekali lagi kamu menolongku." Ia merasa bersyukur atas kehadiran tetangganya itu. Di tengah kekacauan hidupnya, Agus hadir sebagai sosok yang memberikan rasa aman dan perlindungan.

****

Naura, dengan hati hancur dan air mata yang tak kunjung kering, memberanikan diri menghubungi mertuanya, Reksa dan Nirmala. Ia menceritakan segala perlakuan Hendro, mulai dari perselingkuhannya dengan Debby, tamparan yang ia terima, hingga ucapan Hendro yang ingin segera menceraikannya. Ia juga tak lupa menyinggung tentang cucu mereka yang masih berusia satu tahun dan kini harus menyaksikan kehancuran rumah tangga orang tuanya.

Reksa dan Nirmala mendengarkan cerita Naura dengan wajah penuh keprihatinan. Nirmala beberapa kali mengusap dadanya, tak menyangka putra yang selama ini mereka banggakan tega melakukan hal sekeji itu pada menantunya. Reksa hanya bisa terdiam, rahangnya mengeras menahan amarah mendengar perbuatan Hendro.

"Kami akan ke sana, Naura," ujar Nirmala akhirnya, suaranya bergetar. "Kamu jangan khawatir, Nak."

Tak lama kemudian, Reksa dan Nirmala tiba di rumah Naura. Mereka memeluk menantunya dengan penuh kasih sayang, mencoba memberikan kekuatan di tengah keterpurukannya. Saat mereka sedang berbincang, pintu rumah tiba-tiba terbuka. Hendro berdiri di ambang pintu, terkejut melihat kehadiran kedua orang tuanya di sana.

"Ayah? Ibu? Sedang apa kalian di sini?" tanya Hendro dengan nada heran bercampur khawatir.

Reksa menatap putranya dengan tatapan kecewa. "Kami di sini karena Naura menceritakan semuanya. Apa benar apa yang sudah kamu lakukan padanya, Hendro?"

Hendro menghela napas. "Ini urusanku, Yah."

"Urusanmu katamu? Ini juga urusan kami! Naura itu menantuku, cucu kami ini juga anakmu! Bagaimana bisa kamu setega ini?" Nirmala tidak bisa lagi menahan emosinya.

"Aku tidak mencintai Naura lagi, Bu. Aku mencintai Debby," jawab Hendro dengan lantang, tanpa sedikit pun keraguan di matanya.

Ucapan Hendro bagai petir di siang bolong bagi Nirmala. Ia terperangah, tak menyangka putranya akan mengucapkan kata-kata itu di hadapannya dan Naura. Rasa shock dan kecewa bercampur aduk hingga membuatnya limbung.

"Hendro..." lirih Nirmala sebelum akhirnya pandangannya menggelap dan ia jatuh pingsan.

1
kalea rizuky
klo ortu agus gk bs nrima ywda
kalea rizuky
lanjut
Serena Muna: terima kasih kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!