Ayu, seorang gadis desa yang bekerja sebagai perawat di sebuah puskesma di daerahnya, tak sengaja mengenal seorang yang tinggal di Jakarta, hanya karena ia salah mengirim pesan.
Hanya karena berbeda satu angka dibelakang nomor ponsel temannya. Membuat Ayu mengenal Sosok Ardi, pria kesepian yang di tinggal menikah oleh kekasihnya.
Bagaimana kisah mereka?
Akankah hanya sebatas pacar online saja atau mereka akan bertemu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit Hati Ayu
Begitu mereka semua keluar dari kamar Ardy, tiga wanita di keluarga Ardy langsung menatap tajam pada Ayu, membuat Ayu semakin menundukkan kepala.
Dion berdeham dan ia mantap balik pada istrinya.
"Ayu, Ardy ingin bicara padamu, masuklah, Nak," ucap ayah Ardy membuka pintu.
Ayu melihat ke arah ibu Ardy, ibu Ardy hanya membuang wajah tak ingin melihat Ayu. Hal itu semakin membuat Ayu merasa jika ia benar-benar tak di hargai di tempat itu.
"Ayo, Nak. Silakan masuk, Ardy sudah menunggumu," ucap ayah Ardy lagi membuat Ayu pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan itu. Setelah Ayu masuk, ayah Ardy langsung menutup pintunya.
Ayu langsung melihat ke arah Ardy yang sudah terduduk dan bersandar di ranjang dan tangannya memanggil Ayu, Ayu pun melangkah dengan ragu menghampiri Ardy.
"Ayu, lebih dekat lagi," ucap Ardy saat Ayu berhenti agak jauh darinya.
Ayu maju beberapa langkah mendekat ke arah Ardy. Ardy langsung menarik tangan Ayu agar lebih dekat lagi padanya.
Ayu langsung tertunduk dan mulai terisak, rasa sakit karena perlakuan keluarga Ardy padanya. Rada sakit yang sejak tadi ditahannya kini tak bisa ditahan lagi, ia sudah mencoba menahan untuk tak menangis, tapi tetap saja air mata dan suara isakannya tak tertahankan.
Ingin rasanya Ardy memeluknya. Namun, ia yakin Ayu tak akan terima akan hal itu walau tak pernah bertemu dengan Ayu, Ardy tahu jika Ayu tak akan mau dipeluk olehnya, membuat Ardy hanya mengeratkan genggaman tangannya di pergelangan tangan Ayu.
"Ada apa? Apa aku menyakitimu?" tanya Ardy dan tak tahu mengapa Ayu sampai menangis.
"Aku mau pulang, bolehkah aku pulang?" lirik Ayu di sela isak tangisnya.
"Aku yang akan mengantarmu Ayu, aku mohon tunggulah beberapa hari lagi. Jika aku sudah diperbolehkan dokter untuk keluar dari rumah sakit. Aku akan mengantarmu, aku mohon," ucap Ardy kini menggenggam telapak tangan Ayu.
"Tidak, aku tidak apa-apa. Aku akan menunggumu di rumah saja sampai kau sembuh, datanglah jika kau ingin datang, tapi sekarang aku ingin pulang. Kak Dion akan mengantarku," ucap Ayu yang mengingat apa yang Dion katakan tadi, jika ia sudah bertemu dengan Ardy dan Ardy mengizinkannya pulang, Dion akan mengantarnya pulang. Ayu benar-benar tak tahan dengan sikap keluarga Ardy padanya, ia tahu jika ia salah satu penyebab sehingga membuat Ardy sampai kecelakaan seperti ini, semua ini bukanlah keinginannya. Semua ini adalah kecelakaan, yang siapapun pasti tak mau sampai ini terjadi, termasuk dirinya.
"Baiklah, jika memang kamu ingin pulang, tapi berjanjilah kau akan menungguku 'kan? Kamu akan menerima lamaranku, jika aku datang untuk melamarmu 'kan?" ucap Ardy. Namun, Ayu menggeleng.
"Ardy, carilah wanita lain yang lebih pantas untukmu. Aku tak pantas untukmu, aku yakin kau akan mendapatkan wanita yang lebih baik dariku, kau belum mengenal aku, aku tak sebaik yang kau sangka," lirih Ayu pelan.
"Jangan bicara seperti itu, Ayu. Aku memilihmu dengan hatiku dan aku yakin hatiku takkan salah memilihmu untuk menjadikanmu sebagai istriku, aku mohon jangan berbicara seperti itu, itu sangat menyakitiku, Ayu,"
Ayu menghela nafas secara perlahan, "Ardy, sebenarnya ada seorang pria yang menunggu jawabanku. Aku menerima lamarannya atau tidak. Namanya Rendy dan ayah sudah setuju jika aku menerima lamarannya. Namun, kami memberi waktu karena kami tahu jika kamu akan datang. Aku berharap jika kamu datang dan kita bisa bersatu tapi ... Sepertinya sebaiknya kita ... Maaf."
"Ayu aku datang, tapi kecelakaan ini menahanku. Jadi aku mohon jangan terima lamaran pria itu, jika perlu aku akan menemui orang tuamu hari ini juga, aku yang akan mengantarmu pulang. Aku sudah baik-baik saja, Kok."
"Ardy," Ayu menggigit bibir bawahnya, ia ingin mengatakan sesuatu. Namun, ia ragu, tapi mungkin memang sebaiknya dia mengatakan akan hal itu, Ayu menatap mata Ardy.
"Ardy, menikah bukan hanya menyatukan kita saja, tapi juga menyatukan keluarga, keluargaku harus menyukaimu dan keluargamu harus menyukaiku. Kita harus menyatukan dua keluarga barulah keluarga kita akan bahagia, tapi sepertinya maaf ... bukannya aku menilai keluargamu, tapi sepertinya mereka tak menyukai jika aku dekat denganmu. Mungkin memang lebih baik kita berpisah, kita akhiri hubungan ini, kita cari pasangan kita masing-masing. Tapi, aku janji, walau kita sudah tak menjalin hubungan lagi dan kita sudah memiliki pasangan masing-masing kita akan tetap bisa berkomunikasi sebagai seorang teman."
Ardy menggeleng mendengar apa yang dikatakan Ayu.
"Ayu, aku ingin kamu jujur, aku ingin mendengar jawabanmu yang jujur dari dalam hatimu. Bagaimana perasaanmu padaku? Apakah kamu ingin menikah denganku, terlepas dari apapun masalah di luar sana? Baik keluargaku ataupun hal lainnya. Aku ingin mendengar jawaban dari hatimu," ucap Ardy yang masih menggenggam erat tangan Ayu.
"Aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku ingin bersamamu, tapi aku tak mau memaksakan semua ini. Ardy, kita berbeda, status sosial kita juga sangat berbeda dan aku tak mau semua itu menjadikan kita tak bahagia. Aku ingin menikah dan bahagia, aku ingin menikah dengan orang yang bisa memberiku kebahagiaan, bukan menambah masalah dengan memaksakan keinginan hatiku," ujar Ayu dengan suara sembabnya.
Mendengar jawaban Ayu, hati Ardy sangat senang. Sekarang ia tak punya alasan lagi untuk tak mempertahankan hubungan mereka, orang tuanya tak merestui mereka, walau ia harus kehilangan semua harta bendanya, ia akan tetap bersama dengan Ayu.
"Aku janji akan membahagiakanmu, aku janji Ayu. Aku akan membawamu ke sebuah hubungan yang pasti akan membahagiakanmu, tolong beri aku kesempatan," ucap Ardy yang langsung mencabut selang infus di tangannya, kemudian ia mencoba berdiri, membuat Ayu sangat kaget akan hal itu.
"Apa yang kamu lakukan? Kamu baru saja terlepas dari masa kritis, kamu baru saja menjalani operasi, Ardy. Kamu masih harus mendapatkan perawatan," ucap Ayu panik dan ia langsung menekan tombol agar dokter datang.
"Aku tak apa-apa, Ayu. Ayo kita pulang sekarang, aku tahu kau tak nyaman dengan sikap keluargaku kan? Kamu tenang saja, demi membahagiakan kamu apapun akan aku lakukan. Setelah kita menikah, kita bisa tinggal di tempat lain, aku takkan membiarkan keluargaku ikut campur dengan urusan kita, cukup orang tuamu juga memberi kita restu. Aku mengenal keluargaku, apapun yang aku putuskan pasti akan mereka terima walau mungkin awalnya mereka tak terima. Namun, aku yakin suatu saat nanti jika ia mengenalmu dengan baik, mereka pasti akan menerimamu, jadi sampai waktu itu tiba, di rumah tangga kita, hanya kita berdua," ucap Ardy kini sudah turun dari tempat tidur membuat Ayu semakin panik.
Tak lama kemudian dokter datang dengan tergesa-gesa membuat keluarga Ardy yang berada di luar terkejut.
"Ada apa, dokter?" tanya ibu Ardy.
"Kami juga tidak tahu, tapi ada yang menekan tombol darurat,cmakanya kami datang," ucap dokter tersebut membuat mereka semua masuk ke dalam kamar dan melihat Ardy yang sudah berdiri dan akan berjalan menuju keluar dari ruangan itu.
ngk apa2 uda halal di mata hukum dn agama sikat bang Ardy😘❤🌹
rasa di cintai dr pasangan kita itu sangat lah istimewa