NovelToon NovelToon
Duri Dalam Daging

Duri Dalam Daging

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Dendam Kesumat
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: balqis

Sembilan tahun yang lalu mas Alfan membawa pulang seorang gadis kecil, kata suamiku Dia anak sahabatnya yang baru meninggal karena kecelakaan tunggal.Raya yang sebatang kara tidak punya sanak keluarga.
Karena itulah mas Alfan berniat mengasuhnya. Tentu saja aku menyambutnya dengan gembira. selain aku memang penyayang ank kecil, aku juga belum di takdirkan mempunyai anak.
Hanya Ibu mertuaku yang menentang keras keputusan kami itu. tapi seiring waktu ibu bisa menerima Raya.
Selama itu pula kehidupan kami adem ayem dan bahagia bersama Raya di tengah-tengah kami
Mas Alfan sangat menyayangi nya seperti anak kandungnya. begitupun aku.
Tapi di usia pernikahan kami yang ke lima belas, badai itu datang dan menerjang rumah tanggaku. berawal dari sebuah pesan aneh di ponsel mas Alfan membuat ku curiga.
Dan pada akhirnya semua misteri terbongkar. Ternyata suami dan anak ku menusukku dari belakang.
Aku terpuruk dan hancur.
Masih adakah titik terang dalam kemelut rumah tang

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon balqis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Setelah menemani Fajar sarapan, kami kembali ke ruangan Wanda.

Aku fokus pada mata Wanda yang terlihat sembab habis menangis.

"Wanda kenapa? Tadi sudah normal kondisinya.." tanya Fajar dengan khawatir.

"Entahlah, kami juga tidak mengerti apa-apa yang di rasakannya. Dia tidak mau bicara. Mungkin kepadamu dia lebih terbuka." ucap Emak kepada Fajar.

Aku lebih dulu mendekati ranjang nya.

"Wanda, maaf.. aku baru datang. apa yang kau rasakan?" aku elus tangannya dengan penuh perhatian. aku tulus bukan karena ingin di puji. juju, aku sangat kasihan melihatnya.

Tapi dia hanya mengangguk kecil tanpa bicara sepatah katapun.

"Kenapa? Kram lagi?" tanya Fajar dengan l penuh perhatian.

Dia mengangguk manja.

"Tadi saat Abang di sini baik-baik saja, tapi saat Abang keluar, kram nya kembali lagi."

"Kalau begitu bilang pada Fajar kalau dia tidak boleh meninggalkan mu sendirian." sambut Abah sambil melirik kearah Fajar.

Ada desir aneh dalam dadaku.

Aku tau kalau Fajar dan Wanda adalah suami istri dan itu lebih dulu dari ku. Tapi kenapa hati ini seperti tidak rela?

"Ok, Abang minta maaf.. Sekarang kita sudah di sini. Apa kau merasa lebih baikan?"

Wanda mengangguk dan tersenyum.

"Maaf, kelihatannya memang mengada-ada. Tapi ini kemauan jabang bayi. Aku juga tidak berdaya." ucapnya tersipu. Abah dan Emak tertawa mendengarnya. Begitupun Fajar.

Aku merasa tidak diperlukan di ruangan itu. Karenanya aku mundur perlahan.

Tapi rupanya Fajar memahami keadaan ku. Tangannya reflek menahan ku.

Dia tidak menatapku, bahkan terus bercanda dengan kedua orang tuanya. Tapi tangannya terus memegang ku. seolah bilang 'jangan tinggalkan tempat ini'.

"kalau begitu, Abah dan Emak pulang duluan. Nanti sore kami balik untuk bergantian." tukas Abah.

Fajar mengangguk setuju.

"Baiklah, lagi pula kondisi Wanda sudah baik-baik saja. Dia hanya perlu istirahat yang cukup." Fajar menjelaskan.

"Tari? apa kau tidak ikut pulang? Lebih kita pulang dan simpan tenaga untuk menggantikan Fajar." ujar Emak.

Aku hanya mengangguk dan meraih tas ku di meja.

"Eeh, Mentari biar disini saja. Lagi pula dirumah tidak ada yang bisa dia lakukan. Aku takut dia bosan." Fajar kembali menahan ku.

"Tapi kan ada Enak." Emak masih mau bicara tapi Fajar memotongnya.

"Mentari baru lepas dari peristiwa yang menakutkan. Dia butuh suasana yang santai.

Biarkan dia disini, Mak. Wanda juga pasti senang di temani Mentari. Iya, kan Wanda?"

Wanda mengangguk.

Dengan senyum di paksakan akhirnya Emak pergi

Aku tau kalau Emak berusaha memberi waktu bintik Wanda dan Fajar, tapi Fajar selalu menggagalkan usahanya.

Aku dan Fajar menemani Wanda mengobrol sampai akhirnya dia tertidur.

Saat itu di manfaatkan Fajar mengajak ku keluar.

"Aku minta maaf sudah membawamu kedalam suasana yang tidak mengenakkan." ucapnya tiba-tiba.

"Kenapa kau bicara. Begitu? " aku pura-pura tidak mengerti maksudnya.

Dia tersenyum sambil menggandeng tanganku.

"Kita duduk di sana yuk..!" tanpa menunggu jawabanku, dia membawaku ke taman depan rumah sakit itu.

"Apa ini hanya perasaanku saja,nya? Aku merasa Emak tidak menyukai kehadiranku." ucapku pelan.

Fajar menatapku dalam.

"Tapi tidak apa-apa, wajar kalau beliau bersikap begitu. Mana ada orang tua yang rela anaknya di madu."

Fajar menaruh telunjuk nya di bibirku sambil menggeleng.

"Entah yang kau rasakan itu benar atau salah.

Yang jelas, aku memberimu hak lebih dari Wanda. Aku tau ini salah. tapi itulah kenyataannya. Jadi, jika seandainya Emak atau siapapun yang ingin merebut hak itu dari mu, aku minta kau perjuangkan, mengerti..?" dia terlihat serius.

Ternyata sebesar itu dia menghargai ku, aku merasa tersanjung.

"Oh ya.. Ada satu lagi permintaan ku." ucapnya dengan senyum nakal.

"Apa itu?" wajah ku memanas. Jangan- jangan dia minta hak nya yang semalam tertunda.

"Bisakah kau memanggilku embel-embel "Mas' ?"

Aku tertawa geli.

"Mas?"

Dia mengangguk ikut tertawa.

"Kita sudah jadi suami istri. aku ingin menghapus kesan kalau kita masih sahabatan."

Aku mengangguk perlahan sambil mengucap kata 'Mas' berulang kali.

Sangat lucu aku harus memanggil nya Mas Fajar.

"Deal..! Mulai sekarang kau akan memanggilku 'Mas Fajar'

Kami tertawa bersama. Sangat lucu kedengarannya dari Fajar menjadi mas Fajar.

Ternyata aku harus membiasakan diri memanggilnya dengan sebutan itu.

***

Saat sedang bercanda, aku melihat Bu Karsih yang datang kearah kami. Dia mendorong mas Alfan dengan kursi roda.

Mataku terbelalak melihatnya. Fajar yang melihatku ikut menatap kearah pandangan ku.

"Alfan sudah sadar?" gumamnya pelan. Saat Bu Karsih sudah tiba di depan kami.

"Tari, dari kemarin aku menunggumu. Kenapa kau tidak datang? Malah duduk berduaan disini, apa kalian tidak malu?" ucap mas Alfan dengan sinis.

Aku dan Fajar saling menatap bingung.

"Maaf, aku belum sempat mengabari mu kalau Alfan sudah sadar. tapi aku bingung karena dia terus mencari mu. Aku berusaha menjelaskan bahwa sekarang kau sudah menikah. Tapi dia tidak mau mengerti." cerita Bu Karsih.

"Fan, syukurlah kau sadar. Sekarang kau harus banyak istirahat. Ayo aku antar ke kamarmu." bujuk Fajar dengan sabar.

Alfan malah menolak dengan kasar.

"Aku tidak mau siapapun. Aku hanya mau Mentari, istriku..!" ucapnya tegas.

Keributan itu mengundang perhatian banyak orang.

"Kau dengar baik-baik, sekarang aku bukan lagi istri mu.aku sudah menjadi istri mas Fajar.." sengaja ku tegaskan kata mas Fajar di telinganya agar dia mengerti.

"Apa? bahkan sekarang kau memanggilnya mas Fajar? Sejak kapan?" teriaknya dengan sinis.

Fajar menarik nafas panjang.

"Tari, kau bujuk dia agar mau masuk dulu." perintah Fajar.

Benar, setelah ku bujuk akhirnya Alfan tenang dan menurut.

Aku dan Bu Karsih membawanya ke kamar. Sedang Fajar kembali ke ruangan Wanda.

"Aku bingung harus mengatakan apa lagi kepadanya. dia tidak bisa menerima kenyataan kalau kau bukan istrinya lagi." keluh Bu Karsih dengan mata lelah. mungkin karena kurang istirahat untuk menunggui Alfan.

Yah, sekarang sebutan 'Mas' hanyalah untuk suami ku tercinta. Fajar. Alfan hanyalah masa lalu yang kelam.

Aku masih terdiam mendengarkan keluh kesah bekas mertuaku itu.

Alfan sudah tidur dengan tenang. Hanya sesekali dia tergagap dan memanggil namaku dalam tidurnya. Mungkin penyesalannya yang dalam hingga dia tidak bisa menerima kenyataan. Tapi nasi sudah menjadi bubur. apa daya semua sudah terjadi. Kini tidak ada lagi rasa yang tersisa untuknya kecuali rasa sakit dan kecewa.

"Mentari, begitu berat cobaan ini buat ibu. Rasanya tidak kuat menanggung beban ini sendirian . apalagi untuk merawat Alfan, ibu tidak sanggup." keluh wanita tua itu. Dia yang dulu penuh kuasa dan angkuh kini lemah tertunduk tidak berdaya.

"Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku juga tidak bisa menolong. Aku sudah bersuami. Aku tidak mau mengorbankan rumah tanggaku yang sekarang."

"Ibu mengerti. Tapi ada yang bisa kau lakukan." ucapnya dengan yakin.

Aku menatapnya heran.

"Tolong bersikaplah lebih manis kepadanya. Walaupun tidak sebagai istri, setidaknya dia dia tau kalau kau masih menganggapnya. Itu juga pesan dokter. Buat dia bahagia. Itu akan memulihkan kesehatan mentalnya."

Hah? aku sangat terkejut dengan permintaannya. Mungkin Alfan bisa sehat tapi aku yang akan sakit jiwa.

Mana mungkin aku bisa berpura-pura kalau di antara kami masih baik-baik saja.

"Tidak, Bu..! Aku minta maaf. permintaan ibu tidak bisa aku turuti. Aku wanita yang sudah bersuami. Dan Alfan harus terima itu betapa pun pahitnya."

1
cinta semu
mentari ibarat kata keluar dari kandang macan masuk sarang buaya😧😜dah tau fajar ada istri ..mana Wanda dpt dukungan dari mertua ...kok mau2 ny menikah dgn fajar ...u mengudang badai mentari ...
Devi ana Safara Aldiva: ceritanya seperti sinetron Indosiar versi tulisan
Machmudah: bener kak, ndak Tau may dibawa kemana mentari sm si othor, judul nya duri dlm daging msh cocok dgn cerita nya alfan raya mentari
total 2 replies
Ira
Ada ya wanita menjijikan kyk mentari .. Dia korban suami nikah lg.. Trs dia nikah sama suami orang.. Apa bedanya dia dgn mantannya ..
Machmudah
pgn Tau ending nya aja Thor.
balqis: sabar ya😊
total 1 replies
cinta semu
kalo tari mau menikah sm fajar ...sm artinya membangun derita ny sendiri ...g ada alasan ada dua ratu ..awal ny aja semua terlihat baik tp selanjutnya pasti ada yg terluka
cinta semu
bagus
Anonymous
Ini cerita bodoh sakit di bikin sendiri
Machmudah
seru thor
Syahid cha
bagus
Syahid cha
menantang kayaknya
Machmudah
semoga ceritanya bkn ttg anak angkat berkhianat dgn bpk angkat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!