Apakah masih ada cinta sejati di dunia ini?
Mengingat hidup itu tak cuma butuh modal cinta saja. Tapi juga butuh harta.
Lalu apa jadinya, jika ternyata harta justru mengalahkan rasa cinta yang telah dibangun cukup lama?
Memilih bertahan atau berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ipah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Dibayar lunas
"Selamat pagi." Sapa dokter itu dengan ramah.
Ia mengulurkan tangan pada Mala, tapi wanita itu menangkupkan kedua tangannya di depan dada seraya sedikit membungkuk. Dokter itu pun akhirnya melakukan hal yang sama.
"Selamat pagi juga dok. Maaf asisten saya kurang sopan dok. Sudah nyelonong masuk duluan." ucap Mala merasa tak enak.
"Tidak apa-apa nona." balas dokter itu sambil menyunggingkan senyum. Lalu ia pun mengulurkan tangan pada Mahes, dan keduanya berjabat tangan.
"Boleh saya lihat berkasnya dulu?" tanya dokter itu, dan Mahes mengulurkan map yang berisi semua riwayat Mala ketika di rawat di rumah sakit itu.
Dokter menerima dan mempelajarinya sejenak. Lalu mulai memeriksa kondisi Mala.
"Mari silahkan berbaring di brankar." ucap dokter itu pada Mala. Mahes segera mendorong kursi roda menuju brankar dan dengan sigap mengangkat tubuh wanita itu.
"Mahes." seru Mala.
Ia membekap mulutnya dan sebelah tangan yang lain reflek dikalungkan ke leher Mahes.
"Kalau disini jangan seperti itu. Malu di lihat dokter. Takutnya di kira kita itu suami istri." bisik Mala sambil melotot ke arah Mahes.
"Iya non, maaf. Soalnya saya tidak bisa melihat wanita kesulitan melakukan sesuatu. Kalau ada laki-laki disampingnya, kenapa harus mengerjakan seorang diri? Lagian saya kan juga di bayar sama nona." Mahes pun tersenyum tipis pada Mala.
Entah kenapa laki-laki dihadapannya saat itu begitu berbeda dengan suaminya. Asistennya begitu perhatian dengannya. Sedangkan suaminya justru mengkhianatinya.
"Untung non Mala pakai kacamata hitam. Jadi tidak ketahuan kalau sedang memperhatikan ku." cetus Mahes yang membuat Mala terperanjat.
"Mahes." hanya itu kata yang terucap di bibir Mala, sambil tersenyum tipis di balik maskernya.
Mala memang belum membuka masker dan kacamata nya sama sekali. Karena dokter yang menangani kakinya berbeda dengan dokter yang menangani wajahnya.
Hampir tiga puluh menit Mala menjalani pemeriksaan kaki. Setelah itu dokter kembali ke tempat duduknya di ikuti Mala dan Mahes.
Ia mengatakan Mala harus melatih kakinya untuk berjalan. Tidak banyak, hanya tiga puluh menit setiap paginya.
Dokter juga menyarankan untuk rutin kontrol dan minum obat, susu serta ramuan yang bisa menguatkan tulang kakinya.
"Asal kita punya tekad dan kemauan yang tinggi, pasti akan lebih cepat sembuh lagi. Karena obat yang paling mujarab itu datangnya dari dalam diri sendiri." jelas dokter.
Mala manggut-manggut mendengarkannya. Ia menghirup nafas dalam-dalam lalu mengeluarkan pelan-pelan.
Ia ingin menjadikan pengkhianatan yang dilakukan suaminya sebagai sumber semangat untuk sembuh.
Ia juga ingin melihat, sehebat apa madunya bisa sampai mendapatkan hati Doni dengan begitu mudah.
Tanpa sadar tangan Mala mengepal kuat. Pertanda sakit hatinya begitu dalam.
Mahes yang melihat hal itu, mengusap lembut tangannya, pertanda mengingatkannya untuk sabar.
Dan Mala pun membiarkan, bahkan justru merasakan ketenangan lewat sentuhan itu. Wanita itu seperti merasakan sentuhan yang lembut dari kedua orang tua yang selalu menyayanginya.
Setelah dari dokter kaki, mereka menuju dokter kulit. Lagi-lagi Mala dibuat terkejut dengan sikap Mahes yang asal masuk ke dalam ruangan dokter.
"Mahes, yang sopan dikit dong." lirih Mala, tapi laki-laki itu justru meringis.
"Maaf non, saya lupa lagi." ujarnya santai.
Seperti dokter yang pertama tadi, dokter kulit ini pun juga bersikap sangat ramah dengan Mala dan Mahes.
Setelah mempersilahkan duduk, dokter juga membaca sejenak riwayat penyakit yang di derita Mala. Lalu memerintahkan Mala untuk berbaring di brankar, dan menyuruhnya untuk melepas masker dan kaca matanya.
Ia menyalakan sebuah lampu dan diarahkan ke wajah Mala. Guna memeriksa sejauh apakah luka robek yang ada di wajah wanita berkulit putih itu.
Mahes pun juga ikut memperhatikan dengan seksama. Dan berdoa dalam hati, semoga wanita yang ia dampingi itu segera pulih.
Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, mereka kembali ke tempat duduk masing-masing. Dokter memberikan sebuah resep obat dan salep yang baru. Agar bisa mempercepat penyembuhan luka.
Kini mereka menuju ke bagian administrasi.
"Permisi sus, biaya total biaya atas nama Kemala Ayu." ucap Mala pada wanita berpakaian serba putih itu.
"Sebentar ya nona, kami periksa dulu." ucap perawat itu.
Ia pun melihat rincian pemeriksaan yang baru saja dilakukan oleh Mala lewat layar monitor. Dan ketika ia mendongakkan kepala hendak berkata, matanya menatap ke arah Mahes sejenak.
"Seluruh biayanya sudah dibayar lunas nona." ucapnya kemudian.
"Lunas!" pekik Mala sambil membulatkan matanya.
Ia begitu terkejut, karena tahu biaya rumah sakit tempatnya memeriksakan diri cukup mahal. Tapi kenapa bisa biaya pemeriksaan lunas begitu saja.
"Maaf sus, to_tolong, di cek lagi. Atas nama Kemala Ayu. Takutnya ada kesalahan. Karena saya sama sekali belum membayar." ulang Mala dengan raut wajah heran. Dan suster itu pun mengangguk patuh, lalu menatap layar komputer.
"Setelah saya cek lagi, memang tidak ada yang salah nona."
"Permisi mbak, kalau sudah selesai gantian dengan yang lain. Antriannya masih banyak." ucap salah satu orang yang sedang mengantri di belakang Mala dan Mahes.
"I_iya, maaf." ucap Mala merasa tak enak. Ia pun segera menyuruh Mahes untuk mendorong kursi rodanya.
. y.. benar si kata Mahes klo pun hamidun lg kan ada suami yg tanggung jawab,... 😀😀😀
alhmdulilah akhirnya, Doni dan Siska bisa bersatu, nie berkat mbak ipah jg Doni dan Siska menyatu... d tunggu hari bahagianya... 🥰🥰🥰👍👍👍
tebar terus kebaikanmu... Siska, bu Mirna dan Doni syng padamu, apalagi Allah yg menyukai hambanya selalu bersyukur... 😘😘😘😘
nie yg akhirnya d tunggu, masya Allah kamu benar 2 sudah beetaubat nasuha, dan kini kamu bahkan membiayai perobatan bu Mirna dan jg menjaganya... tetaplah istiqomah Siska... 👍👍👍😘😘😘