Seorang gadis remaja tidak sengaja menabrak mobil milik seseorang saat dalam perjalanan menuju ke pasar. ia tidak mengetahui siapa pemilik mobil itu, yang penting dia lebih memilih untuk lari dan tidak bertanggung jawab. Gadis yang mengendarai sepeda motor butut itu tidak menyadari jika diam diam ada yang mengambil foto plat nomornya. semenjak itulah gadis bernama Lala tersebut selalu merasa diawasi oleh seseorang. Sampai akhirnya ia bertemu dengan orang itu.
"Nikah sama saya aja La."
"Wah, jangan sembarangan om. Nanti kalau istri om tau bisa gawat saya."
"Tenang aja, saya duda."
"Astaghfirullah, masa aku harus nikah sama duda. Kata ibu duda itu banyak bulu dadanya. Gak mau deh om, ngeri, om banyak bulu dadanya."
"Heh, kamu pikir saya gorilla apa yang banyak bulunya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ririn Calliesta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Pengakuan
Sebenarnya saya sedang menyukai seseorang, hanya saja saya masih belum mempunyai keberanian untuk mengungkapkannya,” jawab Aris dengan jujur.
“Kenapa tidak berani?” tanya Fitri lagi.
Aris tersenyum“ tipis kemudian mengubah posisinya dengan duduk menyamping sehingga benar benar menghadap Fitri. “Karena saya sadar, dia akan menolak saya jika saya mengungkapkan rasa.”
Fitri mengangguk kecil, tangannya tiba tiba menyentuh tangan Aris. Ia mengelusnya sebentar.
“Menurut saya, bapak katakan langsung saja. Pak Aris tidak akan tau jawabannya jika hanya bersikap seperti itu. Saya yakin dia tidak berani menolak laki laki tampan seperti bapak.” ucap Fitri dengan senyum manisnya.
“Jadi kamu tidak menolak saya?”
“Hah?”
Fitri terkejut saat tiba tiba Aris menggenggam tangannya dengan begitu erat. Apalagi tatapan matanya juga menatap lurus ke arahnya. Lagi lagi Fitri merasakan debaran yang kencang di dadanya saat mendapatkan tatapan seperti itu. Fitri dan Aris saling bertatapan satu sama lain sampai Fitri merasakan sebuah kecupan di tangannya.
Bola matanya membulat dengan sempurna, ia benar benar tidak menyangka jika orang yang mencium tangannya saat ini adalah seorang Aris, orang kepercayaan Devan di kantor.
“Pak, ini maksudnya apa ya? Kenapa bapak tiba tiba mencium tangan saya?” tanya Fitri dengan perasaan gugupnya. Ini adalah pertama kalinya ia diperlakukan seperti itu oleh lelaki.
Aris menyudahi ciumannya lalu kembali menatap wajah Fitri dengan tidak melepaskan tangannya.
“Kamu bilang saya harus mengungkapkan rasa pada orang yang saya suka kan. Dan ini saya sedang melakukannya.” jawab Aris dengan senyuman penuh artinya.
Fitri menoleh ke kanan dan kirinya, ia merasa tidak ada siapapun disana selain dirinya dan Aris saja. Lalu pada siapa Aris mengungkapkan rasa itu. Fitri terdiam sejenak, tatapan Aris yang terus mengarah ke padanya membuatnya sadar sesuatu.
“Jangan bilang bapak menyukai saya?” tebaknya dan membuat senyuman Aris semakin melebar.
“Kamu benar, saya memang menyukaimu. Jauh sebelum kamu menyukai pak Devan dan terpesona dengannya. Selama ini saya diam diam menyukai kamu dari jauh dan tidak berani bertindak.” Jawab Aris dengan terus terang.
Apa yang dikatakan Aris memang benar, ia tidak pernah menyukai wanita sebelumnya tapi bukan berarti ia tidak normal. Rata rata semua yang mendekatinya berbanding terbalik dengan seleranya sebagai lelaki. Jika yang mendekatinya adalah wanita yang seumuran dengannya dengan dandanan yang begitu menor itu sangat bukan tipenya sekali. Aris lebih menyukai wanita yang seperti Fitri, umurnya juga jauh lebih muda darinya. Dan yang terpenting Fitri sangat berbeda dibandingkan wanita lainnya.
Fitri tidak tau harus memberikan respon seperti apa. yang bisa ia lakukan hanyalah diam. Ini terlalu tiba tiba untuknya.
Aris yang mengerti perasaan Fitri langsung melepas tangannya. “Saya tau kamu terkejut dengan perkataan saya. Saya hanya berusaha percaya diri setelah kamu mengatakan hal itu. dan sepertinya dugaan saya memang benar. Kamu akan menolak saya,” ujar Aris dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Begitu juga dengan Fitri, ia hanya menatap indahnya pantai dan ombaknya. Dia terlalu sibuk memikirkan apa yang dikatakan Aris tadi. Fitri sedikit melirik ke arahnya, ia melihat wajah Aris dari samping. Laki laki yang pernah ia sukai sebelum menyukai Devan.
Jika Fitri bisa mengatakan yang sejujurnya, ia dulu pernah menyukai Aris di pandangan pertamanya. Pada saat itu Fitri baru saja diterima di perusahaan Devan dengan seleksi yang begitu ketat. Ia duduk di ruang tunggu sambil menunggu namanya dipanggil untuk interview. Pada saat itu kebetulan Aris lewat dan duduk di sampingnya.
Fitri yang tengah merasa gugup menoleh ke samping dan melihat wajah Aris dari samping. Ia terpesona saat melihat wajah tampan itu terpampang di sampingnya. Pada saat itu juga kebetulan Aris menoleh dan tersenyum ke arahnya. Mulai dari situ Fitri mulai menyukai Aris, hingga pada akhirnya Fitri tidak sengaja melihat Aris berpelukan dengan wanita lain. Sejak saat itulah Fitri memutuskan untuk tidak menyukai Aris lagi.
“Kenapa baru sekarang?” tanya Fitri tiba tiba.
Aris menoleh, “Apanya?” tanyanya.
“Saya pikir kamu sudah bersama dengan wanita yang dipelukmu dua tahun lalu,” jawab Fitri lagi.
“Maksud kamu apa? saya tidak mengerti dengan apa yang kamu bicarakan,”
Fitri menghela nafasnya dengan lembut, lalu mengambil ponselnya untuk mencari sesuatu yang sudah lama disimpannya. Setelah itu Fitri memberikan ponselnya pada Aris.
Aris yang tidak mengerti apa pun langsung mengambil ponsel Fitri dan melihat isinya. Matanya terbelalak kaget saat melihat fotonya dua tahun lalu. Aris menatap wajah Fitri dengan tatapan tidak percayanya.
“Kamu dapat foto ini dari mana?” tanya Aris penasaran.
Fitri menggelengkan kepalanya dan mengambil ponselnya kembali,
“Itu tidak penting, yang penting sekarang adalah bagaimana bapak bilang menyukai saya sementara bapak punya kekasih dua tahun yang lalu dan memeluknya,” Fitri terus memandang lurus ke arah pantai dan tidak berani memandang wajah Aris sama sekali.
Aris terkekeh pelan lalu kembali mengambil tangan Fitri sehingga sang empunya kembali menoleh. Fitri mengangkat sebelah alisnya dengan bingung karena Aris yang tiba tiba tertawa.
“Kenapa?”
.
.
.
Malam itu Devan tidak bisa tidur, ia memutuskan untuk ke luar dari kamar hotelnya. Devan berjalan menuju ke arah rooftoop. Dengan membawa kopi di tangannya ia melangkah ke sana. Devan duduk di salah satu bangku yang sudah tersedia di rooftoop itu. pandangannya mengarah pada gedung gedung tinggi yang bercahaya itu. pemandangannya terlihat sangat indah jika dilihat dari rooftoop.
Devan menyeruput kopinya lalu meletakkannya kembali di meja. ia berdiri dan berjalan ke arah pinggir rooftoop itu. dengan memasukkan tangannya ke dalam saku celananya dan berdiri dengan tegaknya.
“Kamu pernah berjanji untuk tidak jatuh cinta lagi, setelah berjanji ternyata kamu mengingkarinya sendiri. Kamu menyukai gadis remaja yang bahkan usianya terpaut jauh darimu. Mama tau, mama hanya wanita gila yang seharusnya tidak pantas memberimu nasehat ini. Mama sudah paham betul dengan sifat kamu. Percaya sama mama, sesuatu hal yang bisa membuatmu ingkar janji itu adalah yang terbaik untukmu. Jaga dia dan jangan sakiti dia. Lain kali bawa dia kesini, Mama ingin mengenalnya,”
Kalimat itu terputar kembali dalam pikirannya, sebelum pergi ke Korea, Devan menyempatkan diri untuk datang ke rumah sakit jiwa dan menjenguk ibunya yang dirawat disana. Devan menceritakan banyak hal tentang dirinya pada ibunya termasuk tentang Lala.
“Mama sayang kamu, Devan. Mama tidak gila. Tolong secepatnya bebaskan mama nak!”
Hal itulah yang Devan dengar terakhir kali sebelum pulang.
Bersambung...
Terima kasih sudah membaca
Jangan lupa like & komentarnya
Biar makin semangat nulis
Supaya masalah Devan selesai dulu.
Buat Lala jadi orang sukses dulu Thor supaya pantas menjadi pendampaing Devan.
Semangat UPny Thor...💪💪💪
biar Lala bahagia.