NovelToon NovelToon
TRAUMA

TRAUMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam / Idola sekolah
Popularitas:664
Nilai: 5
Nama Author: Fidha Miraza Sya'im

Keberanian tidak akan pernah absen dari ketakutan.
Orang berani bukan berarti mereka tidak pernah merasa takut, akan tetapi mereka berhasil menaklukkan rasa takut itu.

Hanya karena kau pernah gagal lalu terluka di masa lalu, bukan berarti semua yang kau hadapi sekarang itu sama dan menganggap tidak ada yang lebih dari itu.

Kau salah . . . . . !!!

Briana Caroline MC.
Yang arti nya KEBERANIAN, TANGGUH, KUAT DAN PENAKLUK DUNIA.

Tidak seperti arti dari namanya yang diberikan orang tuanya. Justru malah sebalik nya.

Bayang-bayang dari masa lalunya membuat dia TRAUMA. Itulah yang membuatnya selalu menghindari apapun yang akan masuk ke dalam hidupnya.
Dia lebih memilih untuk lari ketimbang menghadapinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fidha Miraza Sya'im, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Flash Back . . .

Di tengah hiruk-pikuk para murid yang sedang melakukan aktifitas mereka masing-masing di saat jam istirahat. Ada yang sedang bermain bola basket di lapangan, ada yang berada di kantin, ada yang tengah asyik berbincang ria satu sama lain.

Briana yang sedang asyik duduk sendiri di bawah pohon sembari membaca bukunya sama sekali tidak menghiraukan orang-orang yang berada di sekitarnya. Intinya dia hidup hanya di dunianya sendiri.

Sungguh Briana itu sosok yang selalu membuat orang lain semakin penasaran. Bahkan mungkin mereka bisa mati penasaran karena dirinya.

"Elo yakin mau ngedeketin dia? Elo kan tahu dia itu cewek misterius yang aneh". Raysha ragu dengan keputusan Anya yang sudah lama berkeinginan mendekati Briana.

"Ya yakin lah! Kalau gue enggak yakin, enggak mungkin gue narik loe sampai ke sini. Lagian kalau enggak kita coba, kita enggak akan tahu gimana hasil nya". Jawab Anya lalu menarik tangan Raysha.

"Kalau dia enggak suka, terus dia marah sama kita gimana?". Raysha masih khawatir.

"Ya elah Ray, gaya elo saja yang kayak laki tapi mental loe mental tempe tau enggak, masa gitu saja takut". Ujarnya.

"Bukannya gue takut. Gue cuma enggak mau saja gara-gara ini malah menjatuhi harga diri gue". Raysha membantah sembari merapatkan giginya terhadap Anya.

"Sudah, elo tenang saja! Gue jamin enggak bakal menjatuhi harga diri loe dan gue yakin kita bakalan berhasil menjadi orang pertama yang bisa ngedeketin dia. Loe enggak mau apa membuat Pasha adik loe bahagia?". Anya mengingatkan Raysha tujuan ia mendekati Briana karena Pasha menyukai Briana setelah tidak sengaja bertemu beberapa waktu yang lalu.

Raysha berpikir sejenak kemudian mereka tergesa-gesa berjalan mendekati pohon itu.

"Hai". Anya menjadi kikuk menyapa Briana.

Briana pun menoleh ke sisi kirinya. Ia melihat dua siswi itu alias Anya dan Raysha. Raysha menyikut tangan Anya sembari tersenyum getir melihat tatapan Briana yang datar.

"Hai Briana. Kita berdua boleh gabung enggak disini?". Anya bersikap ramah.

"Silahkan". Briana menggeserkan tubuhnya ke sisi kanan agar Anya dan Raysha bisa berteduh di bawah pohon itu juga lalu ia melanjutkan membaca bukunya.

"Makasi banyak ya". Anya dan Raysha duduk di samping Briana.

Suasa hening sejenak sampai Raysha kembali menyikut Anya sembari melirik Briana yang fokus dan cuek.

"Loe mau ini enggak Bri?". Anya menyodorkan beberapa cemilan pada Briana.

Briana melirik. "No, thanks".

"Oh ya, selamat ya buat prestasi elo sudah menjadi siswa pintar nomor satu se-jakarta. Enggak nyangka kalau elo itu anaknya jenius, malah berhasil mengharumkan nama sekolah kita terutama di kelas kita, we are proud of you, ya kan Ray?". Anya terus mencoba untuk mencairkan suasana hening itu.

"I . . . Iya, selamat ya". Raysha menyambungnya sembari tersenyum.

Briana menyunggingkan senyumannya. "Thanks".

Sedangkan Anya dan Raysha tersenyum getir menghadapi Briana yang super duper datar.

Tak banyak bicara, sebab yang banyak mengoceh hanyalah Anya seorang. Briana pergi meninggalkan mereka sebab ia tidak fokus membaca karena ocehan Anya. Setelah di tinggal pergi oleh Briana. Anya dan Raysha geleng kepala sembari menatap kepergiannya.

"Itu orang terbuat dari apa ya, kok datar amat?". Anya ngedumel.

"Mana gue tahu! Lagian elo sih kurang kerjaan saja pakek ngedeketin dia. Sudah tahu dia orangnya agak paling susah didekati, ya gini lah hasil yang kita dapatkan". Raysha menyerah sembari mengangkat kedua tangannya keatas.

"Hmm . . . Tapi biarlah! Yang penting kita berhasil kan ngedeketin dia ditahap awal dan gue enggak akan menyerah gitu saja sampai gue berhasil ke tujuan gue berteman dengannya. Yok kita ke tempat anak-anak yang lain, mereka pasti nungguin kita". Ucapnya sambil tertawa yang penuh dengan niat terselubung pada Briana.

"Hmmpt. . .".

Keduanya bergegas ke base camp siswa pentolan di sekolah, yakni di bagian ruangan anggota mading.

#Prook . . . Prook . . . Prok . . .

Terdengar riuhnya tepuk tangan ketika Anya dan Raysha masuk ke ruangan tersebut. Mereka di sambut dengan takjub.

"Selamat... selamat... selamat... untuk kalian berdua. Karena kalian sudah berhasil ngedeketin si Miss Misterius Aneh Briana dan dia welcome sama kalian berdua. Kita-kita salut sama kalian berdua ha ha ha". Ketua anggota club kesenian bernama Chiko mengucapkan selamat pada mereka sembari menghampiri mereka lalu memegang pundak Anya dengan genit.

"Iya benar, kalian hebat bisa duduk bareng dengannya selama jam istirahat dan itu patut diapresiasi kan". Yang lainnya menimpali.

Anya dan Raysha tersenyum kemenangan atas keberhasilan mereka.

"Iya donk! Kan sudah gue bilang. Ngedeketin dia mah kecil, bahkan gue bisa jadiin dia sahabat karib gue, ya walaupun karena terpaksa ha ha ha".

"Ha ha ha memang licik kalian berdua". Chiko terbahak.

"Ya sudah . . . Sudah! Mana ini uang hasil taruhan nya? Sini sini". Anya meminta temannya yang sudah mengumpulkan beberapa lembar uang seratus ribuan hasil taruhan mereka.

Chiko pun menyodorkan uang tersebut.

"Nah . . . Nah . . . Next kita buat taruhan lagi. Gue tantang elo berdua bisa bersahabat dengannya, kalau bisa elo berdua manfaatin dia dan loe buat dia menjadi milik gue". Lalu ia memberikan tantangan lain yang lebih berat.

"Kalau kami berhasil, apa hadiahnya?". Anya menantang Chiko.

"Nih . . . Mobil gue untuk elo berdua". Ia menyodorkan sebuah kunci mobil BMW kelas tinggi terbaru miliknya.

"Elo serius? Bukannya mobil itu baru elo beli kemarin? Malah mobil keluaran terbaru lagi. Bokap gue saja kagak sanggup belinya". Anya sangat takjub pada hadiah yang Chiko tawarkan.

"Gue serius. Asalkan elo berhasil dengan semua tantangan gue". Chiko tersenyum licik.

"Oke, berapa lama waktunya?". Anya kembali bertanya.

"Sampai akhir tahun ini. Tapi... Kalau elo enggak berhasil, loe berdua harus t*d*r sama gue, gimana?". Chiko memberikan kesepakatan yang membuat Raysha merinding.

Namun tidak bagi Anya. Ia begitu bersemangat menyetujui tantangan Chiko yang cukup ekstrem akibatnya. "Ok deal". Ucapnya sembari mengulurkan tangannya.

Sedangkan Raysha menelan ludahnya mendengarkan Chiko. "Gue enggak ikutan".

"Kenapa Ray? Elo takut kalau kalau elo gagal terus harus t*d*r sama si Chiko? Lagiankan enggak ada ruginya juga untuk kita". Anya melirik ke arah Chiko dengan sedikit genit.

"Ini bukan soal gue takut gagal, tapi gue enggak mau nyakitin orang lain demi keuntungan sendiri". Jawab Raysha.

"Ck . . . Come on Ray! Zaman sekarang ini sudah modern bukan zaman purba yang masih mikirin perasaan orang lain. Di zaman sekarang itu demi keuntungan kita bisa menghalalkan segala cara". Chiko menyambar omongan Raysha.

"Itu mah elo berdua saja kali! Gue kagak ikutan. Kalau kalian masih mau lanjut, jangan pernah libatkan gue". Raysha bersikeras untuk tidak ikut campur soal taruhan gila itu.

"Oke, berarti tantangan ini cuma untuk loe Nya. Kalau loe menang mobil gue untuk elo. Tapi kalau elo gagal, elo harus siap-siap memuaskan gue setiap harinya selama sebulan Ha ha ha". Ia tersenyum licik plus genit.

"Oke siapa takut". Jawab Anya dengan mantap.

Dari luar ruangan tanpa sengaja Briana mendengarkan pembicaraan mereka ketika ia di suruh wali kelasnya ke ruang guru yang harus melewati ruangan mading.

Ia mendengar semua obrolan mereka termasuk mereka menjadikannya sebagai mainan taruhan mereka.

Briana bersikap tenang bahkan tersenyum menakutkan lalu kembali ke kelasnya.

"Elo kenapa sih enggak ikutan sama taruhan ini? Kan lumayan besar taruhannya, mobil BMW terbaru Fu Fu Fu. Elo takut kalau elo sampai gagal?". Anya kembali mempertanyakannya.

"Kan sudah gue bilang kalau gue enggak pernah takut. Gue cuma enggak mau nyakitin orang lain". Jawab Raysha.

"Alah elo enggak usah sok-sok an enggak mau nyakitin orang lain deh. Buktinya sudah berapa kali elo ikutan taruhan, bukannya itu sama saja nyakitin orang lain demi keuntungan sendiri". Anya balik mengungkit perbuatan mereka selama ini.

"Kali ini beda. Pokoknya gue enggak mau ikut campur. Ingat ya, jangan pernah sampai gue terlibat juga soal taruhan ini". Raysha memperingatinya.

"Iya iya, kagak! Ini urusan gue sama Chiko. Tapi ya Ray, gue heran, kenapa ya si Chiko itu selalu nantang kita-kita untuk ngedeketin si Briana, padahal kan masih banyak lagi cewek-cewek disini yang bisa di jadiin bahan taruhan". Anya merasa heran.

"Mana gue tahu! Mungkin dia suka sama si Briana tapi dia enggak bisa untuk mendapatkannya dengan tangannya sendiri". Jawab Raysha.

"Ahh enggak mungkin lah. Kalau cowok suka sama cewek bukan malah nyakitin atau di jadiin mainan kayak gini. Justru harusnya di dekati dengan berjuta kasih sayang dan cinta".

"Ya itu diperuntukkan untuk laki-laki baik bukan laki-laki bejat kayak Chiko". Jawab Raysha dengan menekan suaranya.

"Sudahlah! Bodo amat. Yang penting taruhan ini harus berhasil sesuai yang gue inginkan. Ujarnya sembari tersenyum penuh niat jahat.

1
Fidha Miraza Sya'im
Biarkan Bintang Yang Menjawab
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!