Gadis Kesayangan Duda
Ini bukan kisah tentang anak orang kaya yang setiap bangun tidur selalu dimanja dan diucapkan selamat pagi, ini hanyalah cerita seorang gadis remaja biasa yang hidup berdua dengan ibunya yang sakit sakitan. Bekerja membanting tulang menggantikan ibunya di pasar. Bahkan rela putus sekolah demi merawat ibunya.
Namanya Lala Maharani Dwiyanti, putri dari seorang pedagai cabai yang bernama Siti. Setiap hari Lala selalu bangun pagi untuk membuatkan ibunya sarapan dan menyiapkan obatnya. Ia tidak pernah mengeluh meskipun terkadang suka iri dengan tetangganya yang masih bisa menikmati sekolah dan bermain bersama temannya. Di usianya yang masih 19 tahun, harusnya dia bisa menikmati semua itu. Tapi takdir tidak berpihak pada Lala.
Pagi ini, seperti biasa Lala menyiapkan bubur dan obat untuk ibunya. Lala keluar dari dapur dengan membawa nampan kemudian berjalan menuju kamar ibunya.
Setelah tiba di pintu kamar ibunya, Lala tidak segera masuk, ia menghela nafasnya sejenak sambil memandang pintu dengan raut wajah yang tidak dapat diartikan.
Sebenarnya ia selalu merasa tidak tega setiap kali masuk dan melihat kondisi ibunya. Ingin membawanya ke rumah sakit tapi ia tidak punya biaya. Andai almarhum ayahnya masih hidup, mungkin hidupnya tidak akan semenyedihkan ini.
“Astaghfirullah Lala, gak boleh ngeluh. Inget, harus semangat!” Lala berusaha menyemangati dirinya sendiri.
Lala langsung membuka kenop pintu sehingga terbuka sedikit demi sedikit. Setelah itu ia masuk ke dalam. Lala langsung berjalan menuju ranjang ibunya yang masih memejamkan matanya. Ia meletakkan nampan sarapannya di samping kasur ibunya. Lala berniat untuk membangunkannya.
“Ibu, bangun bu. Lala udah bawa sarapan buat ibu.”
Mata yang tadinya tertutup perlahan mulai terbangun, ibunya bangun sambil terbatuk batuk. Dengan sigap Lala langsung duduk memberikan air putih untuk ibunya dan membantunya untuk minum. Siti minum dengan pelan pelan, ia bahkan tidak bisa bangun untuk minum. Setelah selesai, Lala menjauhkan gelasnya kemudian menaruhnya kembali.
Siti tersenyum melihat ketulusan hati putrinya dalam merawatnya. “Makasih ya Nak, sudah merawat ibu. Ibu bersyukur di akhir hidup ibu, ibu punya anak yang berbakti sepertimu,” ucapnya dengan lembut.
Lala menggeleng. “Ibu ngomong apa sih, ibu jangan ngomong seperti itu. Lala hanya punya ibu, Lala gak mau kehilangan ibu,” jawabnya dengan suara yang serak karena menahan tangis. Inilah alasannya ia selalu merenung saat ingin masuk ke kamar ibunya. Ibunya selalu saja mengatakan hal hal yang tidak ingin ia dengar.
Siti mengambil tangan Lala dan mengelusnya, ia melihat Lala dengan tatapan yang begitu terharu. Sebenarnya ia tidak tega membiarkan putri satu satunya harus bekerja keras untuk menghidupinya. Ia menyalahkan dirinya atas semua ini. Siti bahkan sudah siap jika ia dijemput ajalnya. Ia tidak ingin menyusahkan putrinya terus menerus.
“Lala, maafkan ibu ya. Ibu belum bisa jadi ibu yang terbaik buat kamu. Selama ini ibu hanya menambah bebanmu. Kalau misalnya ibu tiba tiba pergi jauh kamu harus ikhlas ya nak. Kamu harus bahagia meskipun suatu saat tanpa ibu.”
Kali ini Lala tidak bisa menahan dirinya lagi, ia langsung menunduk dan memeluk ibunya dengan erat. Air matanya sudah melelh dengan sangat derasnya. Ia menangis dengan tersedu sedu. Lala bahkan sampai lupa untuk menyuruh ibunya sarapan dan minum obat. Pagi itu, hanya ada anak dan ibu yang saling berpelukan sama sama tidak mau kehilangan.
2 Jam kemudian.
Lala baru keluar dari kamar ibunya dengan wajah yang sembab, matanya sedikit bengkak karena terlalu lama menangis hingga berujung ketiduran. Lala melihat jam dinding yang sudah menunjuk ke angka sembilan. Dia mendesah pelan, ia harus segera cuci muka dan segera pergi ke pasar dengan membawa cabainya.
Setelah siap, Lala mengeluarkan motor bututnya peninggalan mendiang ayahnya. Tidak lupa ia mengangkat karung dari dalam rumahnya yang berisi cabai yang akan dijualnya hari ini. Lala menurunkannya di samping motornya. Ia mengusap keringat yang mulai membasahi wajahnya. Tiba tiba salah satu tetangganya lewat.
“Eh neng Lala, baru mau ke pasar ya neng?” sapanya dengan ramah.
Lala langsung berbalik dan tersenyum. “Eh iya bu, ini mau berangkat. Ibu sendiri teh mau kemana pagi pagi udah cantik segala,” balasnya dengan tidak kalah ramah.
“Ah neng Lala mah bisa aja, saya mau ke kondangan neng.”
“Siapa yang nikah, bu?”
“Itu loh neng, anaknya pak rt. Dengar dengar sih nikahnya sama duda.”
Lala hanya mengangguk mengerti. Kemudian tetangganya itu berpamitan. “Neng, ibu duluan ya. Kamu hati hati nanti bawa motornya kalau mau ke pasar.”
“Iya bu, terima kasih.”
Setelah tetangganya pergi, Lala melanjutkan kegiatannya. Ia mengangkat karung itu ke motornya dan mengikatnya dengan tali. Baru lah setelah itu ia naik ke motornya dan langsung pergi meninggalkan halaman rumahnya.
Sedangkan di tempat lain
Seorang pria tengah memeriksa berkas di dalam mobilnya, nampaknya dia sedang fokus. Sebenarnya hari ini dia ingin menyetir mobil sendiri, tapi karena ia harus mempelajari berkas terpaksa ia harus menggunakan supir. Saat sedang fokus fokusnya membaca berkas tiba tiba supirnya mengerem mendadak dan ia merasa seperti ditabrak sesuatu dari belakang. Supirnya pun langsung mematikan mesin mobilnya.
“Maaf pak tadi saya ngerem mendadak karena ada anak kucing lewat, dan juga sepertinya ada yang menabrak mobil kita. Saya coba periksa dulu.” Ucap supirnya.
“Tidak usah, kamu foto saja plat nomornya nanti saat dia lewat.” Jawab Devan, pria yang di dalam mobil itu.
Supirnya pun mengurungkan niatnya untuk turun, ia mengambil ponselnya untuk bersiap siap mengambil foto. Sedangkan Devan, ia membuka kaca matanya dan menoleh ke belakang. Devan terpaku melihat siapa yang menabrak mobilnya. Matanya tertuju pada gadis yang menabrak mobilnya tersebut.
“Mentang mentang mobil mewah malah ngerem mendadak! Pasti yang di dalam mobil om om perut buncit yang kekeyangan sampai gak bisa nyetir,” dumelnya dengan bibir yang dimonyong monyongkan.
Devan masih tetap pada posisinya, ia tetap tidak mengalihkan pandangannya dari gadis itu. Sampai akhirnya gadis yang ia lihat selesai dengan barangnya yang tadi berceceran. Devan tidak melihat apa itu yang berbeceran karena fokusnya hanya pada gadis tersebut.
“Cepat foto, sebentar lagi dia lewat.” Ucapnya pada sang supir.
“Baik pak,”
Gadis yang ia lihat adalah Lala yang dalam perjalanan menuju ke pasar. Lala memang sudah membereskan cabainya yang berceceran, tapi mulutnya tidak berhenti mendumel. Ia kembali menaiki motornya, biar saja mobil itu lecet, anggap saja itu karena kesalahannya sendiri karena ngerem mendadak. Lala tidak mau repot untuk menggantinya. Lala melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
CKREK
Devan kembali melihat ke depan dan kembali melihat supirnya.
“Sudah saya foto pak.”
“Kirim ke ponsel saya,”ujarnya dengan nada suara yang berubah menjadi datar.
“Baik pak.”
“Akan aku cari tau siapa dia,” batinnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Fina Dahlia Dahlia
Hod dedy belum end ceritanya thoor jangan di gantung dong
rindu Alea sama Rocky
2023-01-25
0