NovelToon NovelToon
SENORITA PERDIDA

SENORITA PERDIDA

Status: tamat
Genre:Misteri / Cintapertama / Mafia / Percintaan Konglomerat / Tamat
Popularitas:36.2k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

Series #2

Keputusan Rayden dan Maula untuk kawin lari tidak semulus yang mereka bayangkan. Rayden justru semakin jauh dengan istrinya karena Leo, selaku ayah Maula tidak merestui hal tersebut. Leo bahkan memilih untuk pindah ke Madrid hingga anaknya itu lulus kuliah. Dengan kehadiran Leo di sana, semakin membuat Rayden kesulitan untuk sekedar menemui sang istri.

Bahkan Maula semakin berubah dan mulai menjauh, Rayden merasa kehilangan sosok Maula yang dulu.

Akankah Rayden menyerah atau tetap mempertahankan rumah tangganya? Bisakah Rayden meluluhkan hati sang ayah mertua untuk merestui hubungan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 : Peluru Untuk Yang Dicintai

...•••Selamat Membaca•••...

Maula duduk terdiam di dalam kamarnya sambil memegang marriage certificate dengan nama yang jelas tertulis dirinya dan Rayden. Hari ini Leo akan mengajak putrinya mengurus perceraian Maula dan Rayden, tak peduli seberapa keras Rayden berusaha tapi bagi Leo, keselamatan putrinya jauh lebih penting dan tidak peduli seberapa cinta Maula tapi kebahagiaan orang tuanya juga jauh lebih penting.

“Udah siap?” tanya Leo yang dibalas anggukan lemah oleh Maula. Maula berdiri dan menggenggam tangan ayahnya, mereka keluar dan akan mengajukan perceraian di Juzgado de Familia. Maula akan mengajukannya secara pribadi dan Leo sudah menyewa seorang pengacara untuk proses ini.

Sepanjang perjalanan, Maula hanya diam menatap pemandangan cerah di luar sana tapi pemandangan itu sama sekali tidak mengobati dirinya kala ini.

Gedung Juzgado de Familia menjulang dingin di tengah deretan bangunan tua. Ketika mereka turun dari mobil, angin musim semi yang masih menggigit meniup ujung rambut Maula.

Di tangga marmer menuju pintu masuk, ia sempat berhenti, memejamkan mata sejenak. Di dalam, akan ada pertanyaan. Akan ada pengingat akan janji yang pernah ia ucapkan di hadapan salib dan lilin, janji yang telah berubah menjadi luka hari ini.

Mereka duduk bersebelahan di ruang tunggu. Leo menoleh ke putrinya, melihat bagaimana Maula menggenggam tangannya sendiri, berusaha tenang.

Baginya, Maula bukan lagi gadis kecil yang ia ajari mengayuh sepeda di halaman rumah. Dia sekarang perempuan dewasa yang terluka, tapi tak hancur.

“Papa lakukan semua demi kebahagiaan kamu, bukan Rayden rumah untukmu pulang nak,” lirih Leo dalam hatinya.

Petugas memanggil nama. “Senorita Maula Chulpan Maximillian.”

Maula berdiri. Kakinya mantap, tapi Leo tahu hatinya pasti gemetar. Ia bangkit juga, berdiri di sisinya, dan menatapnya dengan mata yang hangat namun kuat.

“Papa di sini. Sampai kamu selesai, Papa tetap di sini,” bisik Leo, sebelum Maula melangkah masuk ke ruang sidang.

Pintu tertutup di belakangnya dan Leo hanya bisa menunggu. Satu babak hidup Maula akan ditutup hari ini. Bukan karena ia kalah, tapi karena ia memilih untuk tak terus tinggal dalam kebisuan yang menyakitkan.

Di luar jendela ruang tunggu, langit Madrid mulai merekah biru. Mungkin, seperti hidup Maula yang akan segera kembali menemukan cahayanya tanpa Rayden.

Selesai sidang awal, Maula mendapatkan beberapa dokumen untuk ditanda tangani oleh Rayden selaku suami sah Maula saat ini.

“Biar Papa yang antarkan padanya.” Maula menelan saliva dan menatap Leo dengan tatapan memohon.

“Untuk kali ini aja Pa, biar aku yang berikan padanya ya, please.” Tak selamanya Leo kuat, dia setuju dan mengantarkan Maula ke rumah Rayden yang tak jauh dari rumahnya juga.

Beberapa blok setelah perumahan mewah Maula, mereka sampai di blok rumah Rayden. Terlihat lebih ramai dari biasanya karena sekarang beberapa anggota Rayden juga tinggal di sana.

Kedatangan Leo dan Maula disambut baik oleh mereka, seakan mereka tunduk dan patuh pada Maula yang dianggap sebagai ratu. Maula keluar dari mobil sambil membawa sebuah map cokelat sedangkan Leo menunggu di dalam mobil, dia enggan masuk menemui Rayden.

“Rayden mana?” tanya Maula pada pelayan.

“Ada di ruang kerja Ny. Maula, silakan masuk.” Maula melangkahkan kaki masuk ke ruang kerja Rayden, pria itu tampak sedang frustasi entah itu karena pekerjaan atau hal lain.

Melihat kedatangan istrinya, senyum langsung merekah di bibir Rayden, semua karyawan keluar dan membiarkan Maula berdua dengan Rayden.

Maula berdiri tegas dan tegap, amplop itu masih dia dekap dengan kaut. Rayden berdiri dan memeluk istrinya, menumpahkan rasa rindu pada Maula.

“Aku merindukanmu, Piccola.” Maula diam tak bergeming, dia tak membalas pelukan Rayden juga.

“Aku ke sini ada kepentingan denganmu, bisa kita duduk.” Rayden membawa istrinya itu duduk dan Maula memberikan amplop cokelat tersebut pada Rayden.

Mata Rayden sedikit melotot dan hatinya tak karuan setelah melihat surat kesepakatan cerai yang diberikan oleh Maula padanya.

“Aku butuh tanda tanganmu, jangan persulit langkahku karena aku ingin semuanya membaik.” Rayden merobek semua kertas itu yang membuat Maula melotot tajam.

“Aku tidak akan pernah menceraikanmu, aku menikah bukan untuk berpisah. Kau pasti ditekan ayahmu kan?” Maula bisa melihat emosi di wajah suaminya.

“Kalau kau tidak mau, tidak masalah, perceraian ini akan terus berjalan tanpa tanda tangan darimu.” Maula berdiri dan hendak pergi namun lengannya dicekal oleh Rayden.

“Jangan seperti ini Piccola, kalau memang ayahmu belum menerima pernikahan kita sekarang, aku akan bersabar, tolong beri aku waktu. Jangan perpisahan seperti ini.” Maula melepaskan lengannya dengan kasar.

“Tidak ada waktu lagi, aku jauh lebih peduli dengan ayahku daripada kamu. Permisi.” Maula pergi dan Rayden berusaha mengiringi langkah istrinya.

“Aku akan menemuin ayahmu.” Maula terhenti dan menatap Rayden dengan tatapan tak suka.

“Jangan memperkeruh suasana Rayden, perceraian ini atas kemauanku bukan Papa. Jangan libatkan lagi orang tuaku karena dari awal hubungan ini sudah salah.” Mata Maula menatap Rayden dengan tajam dan menantang.

“Salah? Iya, memang salah. Aku sudah berusaha keluar dari lingkaran mafia tapi kau malah mendorongku ke sana. Lihat! Aku pemimpin Piccola. Tapi setelah itu, kau justru meninggalkan aku begini, dan kau bilang ini suatu kesalahan hah?” Rayden ikut emosi, matanya memerah dan mencengkeram kuat lengan atas Maula.

“Aku tidak peduli denganmu, pergi dari hidupku sebelum aku mengantarkanmu pada Tuhan.” Rayden tersenyum simpul.

“Kau mau membunuh aku? Kau tidak akan melakukannya.”

“Oh ya, kau mau bukti?” Maula menari senjata api dari balik punggung Rayden yang memang selalu dia taruh di sana.

Maula dengan mantap menarik pelatuk itu dan mengarahkannya ke jantung Rayden.

“Silakan lakukan, kalau kau memang memiliki nyali, Piccola.” Bukannya takut, Rayden malah semakin menantang istrinya.

Dor! Dor!

Peluru kedua menembus sisi pinggangnya. Rayden jatuh bersandar ke dinding, terengah, darah mengalir deras dari balik kemeja putih yang ia kenakan tapi Rayden masih hidup.

Maula berdiri diam dengan wajahnya yang pucat. Air mata jatuh, satu per satu. Rayden tumbang bukan karena peluru, tapi karena Maula memang menyakitinya, baik fisik mau pun hati.

Tatapan kecewa jelas terpancar di mata Rayden pada Maula yang kini berdiri dengan satu pistol di tangannya.

“Aku mencintaimu, Piccola,” ungkap Rayden dengan senyumannya.

“Aku tahu,” bisik Maula lirih. “Tapi kadang cinta... harus dikalahkan oleh pilihan dan kali ini, kau bukan prioritas pilihanku, Rayden.”

Ia menjatuhkan pistol ke lantai. Lalu melangkah pergi tanpa menoleh ke belakang lagi.

“Maaf.” Maula menghapus air matanya dan kembali ke dalam mobil dengan beberapa percikan darah di tubuhnya.

Anak buah Rayden segera menghubungi dokter. Rayden masih tersenyum karena Maula tidak benar-benar ingin dia mati.

Peluru itu sama sekali tidak mengenai organ vital mana pun, seakan itu hanyalah sebuah gertakan saja.

“Pergilah, Piccola. Aku tidak akan pernah melepaskan apa yang sudah aku miliki. Tidak untuk kali ini, kau akan melihat sisi diriku yang lain. Yang bahkan ayahmu tidak bisa menghadapi itu.” Rayden mengepalkan tangannya, aura seorang pemimpin itu kembali hadir dan cukup menakutkan,

Bagi Maula dan Leo, ini adalah akhir tapi sayangnya, mereka tidak mengetahui kalau setelah ini, beberapa kejutan mengerikan cukup membuat Maula maupun Leo tidak bisa berkutik.

“Jika aku tidak bisa mendapatkan kamu dengan perasaan dan cinta saja, aku akan gunakan kekuasaan untuk itu. Bahkan ayahmu tidak akan bisa menghentikanku.”

...•••Bersambung•••...

1
Putri vanesa
Semoga Maula kuat dan msih aman sma yg lainnya, Ray knpa gk minta tolong papamu dan om axelee
Putri vanesa
Sukaa banget setelah sekian lamaaaa Mauuulaa ❤️❤️
Vohitari
Next, seriesnya seru thor
Pexixar
Lanjut lagi
Miami Zena
Series yg paling ditunggu, mentalku aman kok thor
Sader Krena
Lanjutan ini selalu kutunggu, cepat rilis thor
Flo Teris
Selalu nungguin series nya, btw mentalku aman banget
Cloe Cute
Segerakan series 3 kak, udah gak sabaar aku tuh
Bariluna Emerla
Aku menunggu series 3 kak
Zayana Qyu Calista
Sedih kan kamu Ray, mana istri lagi hamil lagi kamunya berulah. Sekarang Maula hilang malah kelimbungan, cepat rilis yang ketiga kak, udah gak sabar mau baca
Rika Tantri
Puas banget sama pembalasan Maula tapi kesel banget sma Rayden. Udah tau si barabara itu otaknya gesrek, masih aja diikutin
Zayana Qyu Calista
Ditunggu banget nih series 3, yg paling dinanti ini mah. Cepetan kak ya
Arfi
Cepat di rilis kak, gk sabar aku
Arfi
Puas banget sama Maula ih, salah cari lawan kan lo Bar
Hanna
Kamu tuh ceroboh banget tau dak sih Ray, gak bisa baca apa kalo dia pura2
Hanna
Wajar aja Maula ngamuk dan ninggalin kamu Ray, dia ngeliat pergulatan panas kamu sama barbara.
Hanna
Puas banget aku weehh
Hanna
Dia nyoba ngeracau pikiran Maula ini mah
Ranti Zalin
Puas banget ngeliat dia diginiin, mampos
Ranti Zalin
Bikin masalah nih org njirr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!