Angkasa Djiwa adalah pengusaha sukses yang suka membual, suatu hari ia dikerjai temannya dan ditinggalkan di suatu kampung di pinggiran Jakarta tanpa identitas. Beruntung Djiwa ditolong oleh Mawar, Janda Bohay penjual ayam geprek yang baru pulang belanja di pasar.
Djiwa yang tertarik dengan Mawar menyembunyikan identitasnya dan berakting menjadi pemuda polos dari kampung yang terkena hipnotis. Kisah cinta mereka pun dimulai.
Bagaimana perasaan Mawar saat tahu Djiwa bukan pemuda kampung yang ia kenal? Bagaimana juga dengan Djiwa dan keluarganya saat tahu kalau Mawar adalah mantan narapidana yang dihukum karena membunuh mantan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikmati Hari Berdua
Keesokan harinya Mawar masih libur jualan. Badannya seakan remuk redam dengan permainan Djiwa. Suaranya serak dan hampir tak ada suara yang keluar. Semua habis karena semalaman Djiwa terus menidurinya.
Mawar kelelahan namun hatinya puas. Djiwa memang bukan yang pertama untuknya. Mas Pur adalah yang merenggut mahkotanya pertama kali. Mawar tak mau membandingkan namun Mawar akui, stamina Djiwa memang luar biasa.
Mas Pur melakukan tugasnya sebagai suami, namun jarang membuat Mawar mencapai kepuasan. Berbeda dengan Djiwa, tubuhnya tahu saja bagaimana bereaksi terhadap setiap sentuhan yang Djiwa berikan.
Meski lelah, tubuh Mawar tak pernah menolak saat Djiwa mengajaknya melakukan penyatuan. Mawar selalu mencapai kepuasan. Mau berapa kali mereka melakukannya, Mawar selalu terpuaskan.
Kini lelaki tampan itu sedang tertidur di sampingnya. Dadanya naik turun dengan suara dengkuran halus pertanda si pemilik sedang tertidur pulas. Mawar lelah dan ingin tidur namun sayang melewatkan pemandangan yang indah di depannya.
Suaminya kini bagai model. Tampan, tinggi, tegap dan memuaskan. Mawar takut menyentuh bagian inti suaminya, takut terbangun dan mengajaknya bersenang-senang lagi.
Lengan Djiwa dijadikan bantal oleh Mawar. Mawar menutupi tubuh polos Djiwa dengan selimut namun Djiwa yang merasa gerah melepasnya. Mawar jadi terus memandangi perut datar berotot yang tadi ada di atas tubuhnya.
"Mas Djiwa pasti seorang petani yang bekerja keras di kampung. Perutnya saja rata dan berotot. Seperti yang ada di drama Korea saja," batin Mawar.
Mawar mendekatkan dirinya dan memeluk Djiwa. Harum parfum Djiwa sangat Mawar suka. Dengan cepat Mawar yang lelah pun tertidur pulas.
Mawar terbangun dan tak mendapati Djiwa di sampingnya. Ia mendengar suara orang memasak dan harum masakan pun tercium. Tubuh Mawar yang lapar berteriak minta diisi.
Mawar memakai pakaiannya dan pergi ke dapur. "Mas masak apa?" tanya Mawar.
"Eh Sayangku sudah bangun! Mas goreng ayam buat sarapan kita. Mas lihat di lemari es masih ada ungkep ayam yaudah Mas goreng saja. Kamu mau mandi dulu atau mau langsung makan?" tanya Djiwa.
"Kebalik, Mas. Seharusnya aku yang membuatkan Mas makan dan bertanya, Mas mau mandi dulu atau langsung makan?" sahut Mawar.
Djiwa tersenyum. "Tak apa. Kita sudah menghabiskan siang dan malam pertama kita. Suara kamu saja sampai serak. Biar aku saja yang siapkan. Kamu mandi dulu, baru kita sarapan!"
Mawar menurut. Ia masuk ke dalam kamar mandi dan mandi wajib. Dibacanya doa mandi wajib lalu membersihkan tubuhnya. Mawar melihat banyak jejak percintaan semalam di tubuhnya. Djiwa memang liar sekali, tak ada lelahnya. Mawar pun demikian. Ia mencapai kepuasan berkali-kali dalam semalam.
Mawar keluar dari kamar mandi dengan handuk dililit di tubuhnya. Rambutnya basah sehabis keramas. Handuk bermerk Guccai palsu yang dikenakan Mawar membuat Djiwa sebal. Djiwa waktu itu dikasih Mawar namun handuk tersebut rontok dan menempel di tubuhnya yang basah. Alhasil Rendi harus mengantarkan handuk baru untuk Djiwa.
Mata Djiwa terus menatap ke arah Mawar. Bagaikan srigala yang menatap anak domba tanpa berkedip. Djiwa ingin menerkam Mawar kembali namun kasihan karena Mawar pasti sangat lapar sekali.
"Ayo kita sarapan!" ajak Djiwa.
Mawar yang sudah berganti pakaian sarapan bareng dengan Djiwa. Mawar kelaparan karena sejak kemarin mereka terus bergulat dengan gairah yang tak pernah padam.
"Buka mulut kamu." Djiwa menyuapi Mawar yang begitu tersentuh dengan perhatian Djiwa.
"Sekarang gantian aku yang menyuapi Mas ya," kata Mawar. Mereka saling menyuapi dan tertawa bahagia.
Selesai sarapan, Djiwa dan Mawar mencuci piring bersama. Selanjutnya mereka menikmati waktu bersama sambil menonton TV. Acara FTV menjadi pilihan Mawar. Djiwa yang sudah lama tidak menonton sinetron ikut menikmati acara dari TV tabung 14 Inch tersebut.
"Sayang, kalau aku gajian kamu mau aku beliin apa?" tanya Djiwa seraya membelai rambut Mawar yang tiduran di pahanya.
"Apa ya? Terserah Mas saja," jawab Mawar.
"Enggak mau aku beliin berlian atau tas mahal? Apa kamu mau jalan-jalan ke luar negeri juga?" tanya Djiwa serius tapi malah ditertawakan oleh Mawar.
"Berlian? Jalan-jalan ke luar negeri? Ha ... ha ... ha ... aamiin, Mas. Hebat ya suamiku, baru bekerja sudah bisa beliin aku tas mahal dan jalan-jalan ke luar negeri? Aku aminkan doa Mas. Semoga doaku dikabulin Allah ya," kata Mawar.
Djiwa tersenyum kecil. Andai Mawar tahu kalau ia bisa mewujudkan kata-katanya dalam sekali menjentikkan tangan. Sayangnya, sandiwara harus terus berlanjut. Djiwa akan membuat Mawar terlihat pantas saat dibawa menemui kedua orang tuanya. Untuk itulah Djiwa akan bekerja keras memajukan usaha Mawar.
"Ucapanku tadi anggap saja sebagai cambuk. Kata siapa kita tidak bisa mewujudkannya? Semua bisa terjadi asal ada kemauan dan usaha. Kalau kemauan saja tanpa usaha ya bagai orang berkhayal saja, tidak akan ada wujudnya, tapi kalau disertai usaha insya Allah akan terwujud," kata Djiwa memotivasi. Sudah sering Djiwa diminta menjadi motivator para pebisnis muda, Djiwa ahlinya.
"Kata-kata kamu keren loh, Mas. Aku jadi ingin mewujudkan impian aku," kata Mawar.
"Memang impian kamu apa?" tanya Djiwa sambil membelai lembut rambut Mawar.
"Aku mau kita punya rumah sendiri, agar kita tidak perlu ngontrak setiap bulan," jawab Mawar.
"Hanya rumah?" tanya Djiwa.
"Iya. Terlalu muluk yang impianku?" tanya balik Mawar.
"Oh bukan, aku malah kaget karena impian kamu tidak seperti orang lain yang ingin jalan-jalan ke luar negeri, punya mobil sport dan banyak uang."
Mawar tersenyum. "Aku menikah sama kamu saja sudah bahagia, Mas. Aku tak mau bermimpi setinggi langit. Kalau jatuh akan mati, bukan sakit lagi. Kalau impian aku masih bisa aku ukur dengan kemampuanku, setidaknya kalau jatuh hanya sakit sedikit tapi aku masih bisa bangun lagi."
Djiwa merasa tertampar dengan jawaban Mawar. Motivator seperti Djiwa yang banyak disegani pebisnis muda malah kalah dengan jawaban mantan Janda Bohay seperti Mawar.
"Iya. Kamu benar. Namun, Mas mau kamu bermimpi sedikit lebih tinggi. Jangan takut jatuh, ada Mas yang akan melindungi kamu sekarang. Mas akan menjaga kamu agar tidak jatuh dan bisa menggapai mimpi lain yang lebih tinggi, mau?"
Mawar mengangguk. "Mau. Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Djiwa tersenyum penuh arti. "Karena kamu sudah kenyang dan cukup istirahat, bagaimana kalau kita melanjutkan kegiatan kita semalam? Setelah itu barulah kita mulai memikirkan rencana mewujudkan mimpi kita, setuju?"
"Ah, Mas. Enggak mungkin aku tolak bukan? Dosa!" kata Mawar sambil tersipu malu.
"Ih Neng Mawar bikin Mas gemes deh. Boleh cubit yang itu enggak?" goda Djiwa.
"Yang itu mana tuh?" Mawar mencolek Djiwa dengan centil.
"Mas tunjukkin di dalam kamar aja deh! Let's go!"
****
negara Konoha kebanyakan beking and bekap.......