Kimmy mencoba berusaha melupakan Jasson, laki-laki yang sudah ia sukai sejak dari kecil. Ia memilih fokus dengan pendidikannya untuk menjadi calon dokter.
Setelah tiga tahun, Kimmy kembali menjadi wanita dewasa dan mendapat gelar sebagai seorang dokter muda. Namun pertemuannya kembali dengan Jasson, pria yang memiliki sikap dingin itu justru malah membuat usahanya selama ini menjadi sia-sia.
Sebuah jebakan memerangkap mereka berdua dalam sebuah ikatan pernikahan. Namun pernikahan mereka berdua semata hanya tertulis di atas kertas dan di depan keluarga saja. Perjanjian demi perjanjian mereka sepakati bersama. Meskipun dalam hubungan ini Kimmy yang paling banyak menderita karna memendam perasaannya.
Banyak sekali wanita yang ingin mendapatkan hati Jasson, tak terkecuali teman sekaligus sekretaris pribadinya. Lantas, akankah Kimmy mampu meluluhkan hati laki-laki yang ia sukai sejak kecil itu?
Kisah ini bagian dari My Introvert Husband 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona lancaster, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak ingin pulang
Saat Kimmy sedang sibuk menyuapi Elga dengan makanan yang telah diambilkan oleh Jasson, dokter Mark tiba-tiba datang menghampirinya dan mengajaknya untuk pulang. Wanita itu sudah begitu nyaman berada di sana, tepatnya nyaman bisa bercanda bersama Elga seakan beban hidupnya terasa hilang saat tawa Elga mengguncang telinganya.
Meskipun tadi Kimmy berulang kali sempat dibuat kesal oleh sikap Jasson yang begitu dingin kepadanya.
Terlebih lagi, saat Tuan Lukas memperkenalkan putrinya juga kepada Jasson tepat di hadapannya, melihat laki-laki itu begitu ramah kepada Nara putri bungsu Tuan Lukas, membuat Kimmy begitu iri, pikirannya menjadi Insecure selalu membandingkan dirinya dengan wanita lain, apa ada yang salah dengan dirinya, hingga Jasson tidak pernah bersikap seramah itu kepadanya? pikirnya.
Rasanya Kimmy benar-benar enggan sekali untuk meninggalkan acara tersebut. Padahal, sebelum bertemu Elga, dirinya tadi ingin sekali segera mengakhiri acara itu dan segera pulang ke rumah.
"Bibi dokter mau pulang?" tanya Elga yang menatapnya dengan tatapan mata sayu, gadis kecil itu terlihat sudah mengantuk, namun sepertinya ia tahan agar tidak tertidur.
"Iya, sayang. Bibi harus pulang. Kau bersama paman Jasson, ya?"
"Kenapa cepat sekali Bibi dokter pulang?" bibir mungil Elga mengerucut dan seakan tidak mau ditinggalkan oleh Kimmy.
"Iya, karna Bibi besok harus bekerja."
"Apa aku boleh ikut pulang bersama Bibi?"
Kimmy seketika terkekeh mendengar apa yang diucapkan oleh gadis kecil itu.
"Jangan asal berbicara, apa kau sudah bosan jadi anak mami dan daddymu, ayo kemari!" Jasson mengambil alih tubuh Elga dari Kimmy secara paksa dan menggendongnya.
"Elga tidak bisa pulang bersama Bibi, nanti mami Alana kebingungan mencari Elga. Besok kita bertemu dan bermain lagi, ya."
"Bibi berjanji akan bermain lagi denganku?" Elga menjulurkan jari kelingkingnya yang sangat mungil kepada Kimmy, Kimmy tersenyum dan segera mengaitkan jari kelingkingnya di jari putri sahabatnya tersebut.
"Bibi dokter pulang," pamit Kimmy, ia ingin mencium kening Elga, namun rasanya tidak mungkin, tubuh gadis itu sedang didekap erat oleh Jasson.
"Bibi tidak mau menciumku?" ucapan Elga membuat Kimmy sejenak terdiam, bagaimana mungkin?
"Elga sudah terlihat jelek, ya? itu sebabnya Bibi tidak mau menciumku." Elga mencebikan bibirnya, hingga wajah gadis kecil itu terlihat sangat menggemaskan.
"Bibi akan menciummu." Kimmy dengan gugup mendekati tubuh Jasson dan memberi beberapa ciuman di wajah gadis kecil yang didekap oleh laki-laki itu, tubuhnya sempat gemetar, terlebih lagi saat Jasson menatapanya.
"Ayo, Kimmy." Mark tiba-tiba menarik tangan Kimmy dan menjauhkan tubuh wanita itu dari Jasson dan Elga.
"Jasson, aku permisi pulang. Tolong pamitkan kepada bibi dan paman." Kimmy berpamitan kepada Jasson, namun lelaki itu tak menyautinya dan malah memalingkan wajahnya hingga membuat Kimmy mengumpat kata-kata kasar karna merasa menyesal telah berpamitan dengannya.
Kimmy hendak pergi dari sana, namun langkahnya tiba-tiba terhenti dan kembali memandang ke arah Jasson.
"Ada apa lagi? sudah pulanglah sana! Jangan membiarkan kekasihmu menunggu!" seru Jasson.
"Gaunku!" Kimmy melihat ke arah gaunnya yang terselip di antara tubuh Elga dan juga Jasson.
"Bibi ... sepertinya Pamanku juga tidak ingin membiarkan Bibi dokter pulang." Ucapan Elga seketika membuat Jasson segera membekap mulut keponakannya dengan telapak tangannya tersebut.
"Jangan bicara sembarangan!"
"Maaf, aku tidak tau jika gaunmu tersangkut." Jasson segera melepaskan gaun Kimmy yang terselip. Kimmy menganggukan kepalanya dan berlalu pergi dari sana.
"Bye ... Bye ... Bibi dokter." Elga melambaikan tangannya kepada Kimmy, begitu juga sebaliknya.
"Kau ini mash kecil, jangan berbicara sembarangan!" tutur Jasson.
Elga memegang kedua pipi Jasson dengan kedua telapak tangan mungilnya itu. "Memangnya Elga tadi berbicara apa?" tanyanya sambil menguap.
"Kau terlalu banyak bicara, lihatlah kau sudah mengantuk. Tidurlah." Jasson meletakan kepala keponakannya itu di bahunya dan sepertinya Elga memang sangat mengantuk hingga tak membutuhkan waktu lama untuk gadis kecil itu tertidur.
Jasson masih menggendong Elga dan hendak mencari mama Merry dan juga papa Gio yang sedaritadi sempat berpencar di acara itu dengan dirinya. Namun langkah kaki Jasson dihentikan oleh Nara yang tiba-tiba menghampirinya dengan membawakan satu mangkuk salad untuknya.
"Tuan Jasson, aku membawakan salad untukmu, ini resep keluarga kami, cobalah."
"Tidak, terimakasih. Aku tidak terlalu menyukai salad."
"Kau pasti akan menyukainya setelah memakan salad ini. Perlu kusuapi?"
"Tidak perlu, terimakasih, jangan memaksaku!" Jasson menegaskan suaranya dan berlalu pergi begitu saja meninggalkan Nara.
"Kenapa sikapnya tiba-tiba berubah? Tadi waktu bersama Ayah dia sangat ramah." Nara meraa kesal, ia memperhatikan gerak tubuh Jasson yang sedang menggendong Elga menjauh dari jangkauan matanya.
***
Mark dan Kimmy berada di dalam mobil melakukan perjalanan pulang, selama perjalanan, tidak ada obrolan di antara mereka berdua. Hingga akhirnya Mark yang sedaritadi memperhatikan Kimmy yang berulang kali menguap segera memulai percakapan.
"Kau sangat menyukai anak kecil?"
"Iya, mereka sangat menggemaskan." Kimmy tersenyum saat mengingat Elga. Suara Elga yang memanggilnya dengan sebutan bibi dokter rasanya terngiang-ngiang di telinganya.
"Kau tidak ingin memilikinya sendiri?" pertanyaan Mark membuat Kimmy tercengang sambil mengerutkan keningnya menoleh ke arah laki-laki itu.
"Maksudku, kau tidak ingin menikah dan memiliki anak sendiri?"
"Ingin, tapi tidak untuk sekarang," jawab Kimmy.
"Kenapa? bukannya kata paman Louis kau ingin sekali menikah?"
"Itu dulu, saat aku belum terbiasa dengan rutinitasku sebagai seorang tenaga medis. Waktu itu aku belum beradaptasi dengan tugasku yang sangat melelahkan hingga aku berbicara melantur supaya papa menikahkanku, tapi sekarang aku tidak mau menikah terlebih dulu."
"Apa kau menginginkan dia?" tanya Mark.
"Siapa yang kau maksud?" seru Kimmy, dahinya berkerut.
Butuh beberapa saat Mark menjawabnya dengan ragu.
"Jasson! Kau menginginkan dia?"
"Tidak! Untuk apa menginginkan laki-laki seperti dia!" bantah Kimmy.
"Baguslah, aku rasa dia juga bukan laki-laki baik," tutur Mark. Kimmy hanya diam dan mengalihkan pandangannya.
"Aku tau kau menyimpan rasa kepada laki-laki itu, tapi aku tidak akan membiarkan dia dekat denganmu." gumam Mark seraya menatap Kimmy yang pandangannya mengarah ke luar jendela mobil.
***
Kimmy baru saja tiba di rumah, ia terlihat merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur setelah mengganti gaun pestanya dengan piyama. Menatap langt-langit kamar dengan pencahayaan yang redup, sekelebat wajah Jasson tiba-tiba melintas di pikirannya, hingga laki-laki itu kini memenuhi pikiran Kimmy. Hatinya merasa tersiksa.
"Ya Tuhan, jika aku selalu bertemu dengan Jasson, bagaimana aku bisa melupakannya? bagaimana aku bisa membuka hatiku untuk orang lain?"
Sunyi ...
"Bisakah kau ambil saja hatiku, supaya aku tidak mencintai siapapun?" Kimmy memejamkan kedua matanya hingga air matanya ikut tersapu di sana.
.
.
.
"Lembah Sunyi"
Dingin angin membelai lembut ubun-ubunku
Nadi dan syaraf terhentak, seketika tatkala Tiupan angin senja menerpa wajah.
Dalam kesunyian kuterdiam,
Mulutku serasa ingin memberontak
Namun terhalang tembok yang menjulang tinggi dalam khayalan.
Khayalan yang sangat membius,
Apa gerangan terjadi?
Apakah ini yang di namakan kesepian berbalut duka?
Yang belum tentu di rasakan oleh orang kebanyakan?
Saat ini aku hanya bisa berdoa
Sembari menyematkan pelita di dalam jiwa
Agar engkau bisa hadir disini
Menemani ku di dalam sepi
Dalam lembah sunyi ku meratap.
By: Iksan Makmun
🥰🥰🥰