NovelToon NovelToon
KAU DI HATI KU

KAU DI HATI KU

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Berondong / CEO / Pengganti
Popularitas:1.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Reny Rizky Aryati, SE.

🏆 Novel Lomba Menulis Tahun 2022 🏆

Kisah seorang ratu yang bereinkarnasi ke masa depan menjadi gadis biasa yang lugu untuk menebus segala dosanya yang telah lalu akibat kegemarannya yang suka berperang dan membunuh ribuan orang dalam perang kerajaan yang di pimpinnya.

Bertemu seorang pria berondong yang bodoh yang tak sengaja ia temukan di depan toko roti tempatnya bekerja.

Ternyata pria tersebut seorang CEO Amnesia yang tidak diketahui identitas pribadinya sampai CEO Amnesia itu mendapatkan ingatannya kembali setelah jatuh dari toilet.

Tetapi CEO itu hanya mengingat wanita lain dan menganggap gadis itu sebagai pengganti wanita lain itu.

Bagaimana kisah kasih ideal mereka akankah keduanya bersama dan menikah ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25 KETIDAKSETUJUAN

KETIDAKSETUJUAN

Wanita paruh baya dengan gaun panjang mewahnya serta dandanan up to datenya menatap sinis ke arah Batang Dewi yang berdiri di hadapannya.

Dia langsung berdiri saat Magani Ogya mengenalkan Batang Dewi sebagai tunangannya.

"Magani !", ucap wanita paruh baya itu dengan nada tinggi.

Magani Ogya yang sedang memandangi Batang Dewi terkejut saat bibinya memanggil namanya dengan suara keras.

"Ada apa, Bibi Donna Cara ?", tanya Magani Ogya.

"Apa yang kamu katakan itu adalah berita palsu, Magani ?", sahut wanita paruh baya bernama Donna Cara bertanya.

"Tidak bibi, berita itu adalah yang sebenarnya dan aku tidak berkata bohong pada mu, bibi Donna Cara", sahut Magani Ogya bingung.

"Katakan sekali lagi bahwa berita yang kamu sampaikan itu adalah tidak benar, Magani !", kata bibi Donna Cara.

"Aku sudah katakan pada bibi bahwa yang aku ucapkan adalah yang sebenarnya dan aku tidak main-main, bibi", sahut Magani Ogya.

"Tidak mungkin...", ucap wanita paruh baya itu tersentak kaget.

Bibi Donna Cara mundur beberapa langkah sambil berpegangan kepada lengan bahu sofa di belakangnya.

"Itu ti--tidak mungkin... Bagaimana mungkin keponakan ku akan bertunangan dengan perempuan seperti itu...!?", ucap bibi Donna Cara jatuh terduduk di atas sofa.

"Bibi Donna Cara, apakah anda baik-baik saja ?", kata Joanna cemas.

"Aku baik-baik saja, Joanna", sahut Donna Cara sambil memegangi dadanya.

"Perlu saya ambilkan minuman hangat untuk anda bibi", ucap Joanna.

"Tidak, tidak perlu karena aku akan merasa baikan", sahut bibi Donna Cara.

"Ada apa bibi Donna Cara ? Apakah kamu sakit ?", tanya Magani Ogya.

Magani Ogya melepaskan genggaman tangannya dari Batang Dewi lalu berjalan cepat ke arah sofa.

Dia terburu-buru menghampiri wanita paruh baya yang merupakan bibinya dan duduk di sebelah wanita itu.

Joanna menyuruh pelayan wanita yang ada di ruangan tamu untuk pergi mengambilkan minuman.

"Kita pergi ke dokter pribadi mu sekarang karena aku merasa jika kamu akan lebih baik kalau ditangani oleh dokter", ucap Magani Ogya.

"Tidak Magani...", sahut bibi Donna Cara.

"Tetapi bibi...", keluh Magani Ogya cemas.

"Aku akan merasa lebih baik jika kamu membatalkan pertunangan mu dengan perempuan ini, Magani", kata Donna Cara.

Terlihat nafas Donna Cara tersengal-sengal karena asma yang di deritanya kambuh ketika mendengar ucapan dari keponakannya yang bernama Magani Ogya, mengabarkan padanya bahwa CEO itu telah bertunangan.

"Oh bibi ku sayang, mana mungkin aku membatalkan pertunangan ku dengan Batang Dewi", sahut Magani Ogya.

"Tidak adakah perempuan yang lebih baik darinya, aku akan mencarikan ribuan perempuan untuk mu agar kamu melupakan Ananta Brasco", ucap Donna Cara berusaha duduk tegak.

Magani Ogya terdiam, menatap pilu ke arah Donna Cara yang penuh emosi.

Dia tidak mampu membantah ucapan Donna Cara, bibinya karena selama Magani Ogya kecil, bibinya yang telah merawatnya sejak kecil sepeninggal ibu kandungnya.

Pada saat bibinya mengatakan perihal mantan tunangannya yang bernama Ananta Brasco, hati CEO tampan dan muda itu tercabik-cabik perih.

Hal yang tidak ingin Magani Ogya ingat dan ingin dia lupakan harus kembali terkenang dalam pikirannya.

Luka lama yang menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang laki-laki, akhirnya harus teringat lagi di dalam benak Magani Ogya.

Magani Ogya lalu beranjak berdiri dan memundurkan langkah kakinya beberapa langkah.

Memandang lurus ke arah Donna Cara yang duduk tersengal-sengal sembari memegangi dadanya.

"Maaf bibi Donna Cara...", ucap Magani Ogya.

CEO itu berbalik arah mendekat ke arah Batang Dewi lalu memeluk tubuh perempuan polos itu sangat erat.

"Maafkan aku bibi... Aku tidak mungkin mengabulkan permintaan mu untuk membatalkan pertunangan ku dengan Batang Dewi...", sahut Magani Ogya sedih.

"Tapi Magani Ogya !?", ucap Donna Cara mulai cemas. "Bagaimana bisa kamu bertunangan dengan perempuan yang tidak tahu asal-usulnya itu ?", sambungnya.

"Maafkan aku, dan kami mohon pamit untuk beristirahat", sahut Magani Ogya.

Magani Ogya menolehkan kepalanya ke belakang serta menatap sedih ke arah wanita paruh baya itu.

"Tunggu Magani Ogya !", ucap Donna Cara masih dengan nada tinggi.

"Bibi...", sahut Magani Ogya.

"Tolong Magani, lepaskanlah perempuan ini dan carilah wanita lainnya", pinta Bibi Donna Cara memelas.

"Apa alasan bibi memaksa ku untuk melepaskan Batang Dewi ?", tanya Magani Ogya putus asa.

"Mungkin kamu hanya menganggap perempuan ini sebagai pengganti Ananta Brasco karena kemiripan wajahnya serta senyumannya yang hampir sama dengan Ananta", sahut Donna Cara.

"Cukup bibi... Aku mohon jangan ulangi lagi nama perempuan itu lagi ! Dia telah usai buatku, bibi...", kata Magani Ogya.

Tampak CEO muda nan tampan itu memejamkan kedua matanya saat dia berbicara pada wanita paruh baya itu.

Magani Ogya berusaha untuk bersikap tetap tenang dan tidak terbawa emosi ketika Donna Cara yang merupakan bibinya itu menentang hubungan antara dirinya dengan Batang Dewi.

Dia mencoba bijak dalam menyiasati sikap ketidaksetujuan dari bibinya yang bernama Donna Cara.

"Aku paham maksud bibi tetapi ini benar-benar tidak ada hubungannya dengan mantan tunangan ku itu", sahut Magani Ogya. "Ini murni dari niat ku yang berasal dari lubuk hati ku, bibi"

"Oh, sayangku, Magani Ogya...", ucap Donna Cara sambil berdiri.

Wanita paruh baya itu berjalan cepat ke arah Magani Ogya yang berdiri memeluk Batang Dewi.

"Bibi tahu bahwa hati mu masih ragu serta bimbang, nak..., tetapi bibi akan membantu mu untuk mengatasi masalah mu itu, Magani", ucap Donna Cara sambil mengusap dagu CEO muda itu.

"Aku rasa tidak perlu, bibi karena aku dapat mengatasi masalah ku sendiri", sahut Magani Ogya.

"Magani Ogya, jangan bersikap demikian, nak", ucap Donna Cara berusaha membujuk keponakan tersayangnya.

"Maaf, bibi, aku harus pergi mengantar Batang Dewi ke kamarnya", kata Magani Ogya.

"Kamu berniat mengajaknya tinggal bersama dengan mu di rumah ini, Magani", sahut Donna Cara semakin kecewa.

"Iya, bibi", ucap Magani Ogya.

"Mana mungkin Magani Ogya ! Kamu tidak mungkin tinggal bersama seorang perempuan sekotor ini, lepaskan dia, nak !", kata Donna Cara semakin kalut.

"Bibi !", sahut Magani Ogya kesal. "Aku mohon pada bibi untuk tidak menentang ku lagi !"

"Magani ?", ucap Donna Cara.

Wanita paruh baya itu langsung diam tertegun saat mendengar perkataan keponakan tersayangnya yang terdengar sangat kasar padanya.

"Maafkan aku, bibi...", kata Magani Ogya.

CEO muda itu menyesal harus bertentangan dengan wanita yang telah membesarkan dirinya sejak kecil.

"Maafkan aku... Dan terpaksa harus bersikap berlawanan dengan mu, bibi...", ucap Magani Ogya.

"Magani Ogya...", sahut Donna Cara.

Wanita paruh baya itu termangu menatap ke arah keponakannya yang paling dia sayangi dengan tatapan mata berkaca-kaca.

"Maafkan aku, bibi Donna Cara", ucap Magani Ogya.

Suasana di ruangan menjadi hening dan terasa dingin sekali ketika mereka terlibat perdebatan sengit antara Magani Ogya dengan Donna Cara yang menentang hubungan mereka.

"Joanna, tolong antarkan bibi Donna Cara ke kamar tamu untuk beristirahat dan bawakan serta minuman hangat", perintah Magani Ogya.

"Baik, bos", sahut Joanna. "Mari, bibi Donna Cara, saya antarkan anda ke kamar tamu untuk beristirahat"

"Tidak ! Aku akan langsung pulang ke rumah ku dan tolong, antarkan aku ke depan pintu, Joanna", sahut Donna Cara.

Joanna menoleh ke arah Magani Ogya, menunggu perintah selanjutnya dari bosnya untuk bertidak.

Magani Ogya memberikan isyarat dengan menganggukkan kepalanya cepat ke arah Joanna, memberi ijin kepada Joanna untuk mengantarkan bibinya pergi.

Joanna langsung mengerti dan segera pergi mengantarkan wanita paruh baya bernama Donna Cara menuju ke arah pintu rumah yang terletak di lorong panjang serta terhubung dengan selasar ruangan lainnya.

Wanita paruh baya itu melenggang pergi tanpa berpamitan dengan Magani Ogya yang menatapnya pergi.

Sesekali terlihat Magani Ogya menghela nafas panjang setelah bersitegang dengan bibinya, Donna Cara yang menentang sikapnya untuk tinggal bersama dan bertunangan dengan Batang Dewi.

Sikap pertentangan yang jelas-jelas ditunjukkan oleh Donna Cara sangat kentara sekali sehingga membuat pertengkaran diantara dirinya dengan keponakannya tidak terhindarkan.

Magani Ogya terduduk di atas sofa ruangan tamu sambil menundukkan kepalanya lesu serta mengusap pelan kepalanya yang terasa berdenyut-denyut sakit.

"Apakah kamu baik-baik saja, Magani ?", tanya Batang Dewi mulai bicara.

"Kepala ku sedikit terasa sakit...", sahut Magani Ogya.

"Oh Tuhan, apakah kamu tidak meminum obat mu dengan rutin sesuai anjuran dokter, Magani !?", kata Batang Dewi.

Batang Dewi baru menyadari sesuatu yang sempat dia lupakan bahwa Magani Ogya baru saja sembuh dari amnesia yang di deritanya.

Rasa penyesalan perlahan-lahan singgah di dalam hati Batang Dewi dan mulai membuatnya menyesal atas sikapnya terhadap Magani Ogya.

Dia lupa bahwa luka di kepala Magani Ogya masih baru pulih dan tidak seharusnya ada tekanan keras dari luar yang mungkin dapat mempengaruhi kesehatan Magani Ogya.

"Rupanya kamu mencemaskan ku, dan aku pikir kalau kamu tidak menaruh sikap perhatian kepada ku, Batang Dewi", sahut Magani Ogya.

CEO muda itu menyandarkan kepalanya ke atas bahu sofa seraya terpejam.

"Maaf telah membawa mu dalam pertengkaran hebat dengan bibi mu dan kenapa kamu tidak katakan saja kalau ini hanya surat kesepakatan agar bibi mu tidak terlalu mencemaskan hubungan kita", kata Batang Dewi.

Magani Ogya membuka kedua matanya lalu terdiam tertegun setelah mendengar ucapan Batang Dewi.

"Apakah ini sindiran terhadap ku ?", tanya Magani Ogya.

"Maksud mu ? Aku tidak mengerti dengan ucapan mu itu, Magani Ogya", sahut Batang Dewi.

"Kamu katakan kalau surat pra nikah kita hanyalah sekedar surat kesepakatan, tidakkah kamu berpikir bahwa aku sangat serius dalam hubungan ini, Batang Dewi", lanjut Magani Ogya.

CEO muda itu langsung menolehkan kepalanya ke Batang Dewi dengan tatapan serius.

"Kamu pikir kalau aku sedang bersandiwara dan menganggap ini sebuah permainan..., begitu... !?", kata Magani Ogya merengut.

"Emmm...", sahut Batang Dewi bingung saat menjawab perkataan Magani Ogya.

"Kamu tidak pernah berpikir bahwa aku sangat menaruh semua harapan ku pada hubungan kita ini. Dan, aku sangat berharap pada mu, Batang Dewi", lanjut Magani Ogya.

Keduanya saling berpandangan lama sedangkan Batang Dewi hanya mampu terdiam memandangi ke arah CEO muda itu tanpa mampu berbicara lagi.

1
Kintamani Wee
luar biasa
Anonymous
kenapa gak dilanjut thor
Yama Nana
luar biasa...
kalea rizuky
kasian barang dewi keknya cm di jadiin cadangan doank pergi aja lah barang dewi
Reny Rizky Aryati, SE.: benar, cadangan serep ☺️👍
total 1 replies
LoL öz
❤️❤️❤️❤️❤️
stumble guy
🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯
Manno Riky
🎂🎂🎂🎂🎂🎂
Reny Rizky Aryati, SE.
🎂🎂🎂🎂🎂💝
Reny Rizky Aryati, SE.
/Scowl/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!