Diumurnya yang ke 27 tahun, Afra belum terpikir untuk menikah apalagi dengan kondisi ekonomi keluarganya yang serba kekurangan. Hingga suatu hari disaat Afra mengikuti pengajian bersama sahabatnya tiba-tiba sebuah lamaran datang pada Afra dari seorang pria yang tidak ia kenal.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apa Afra akan menolak atau mernerima lamaran pria tersebut?
Siapa pria yang melamar Afra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
"Baik, kalau mahar minta 10 juta," ucap Faiz.
"Tidak Gus, saya tidak meminta mahar 10 juta. Berapa yang Gus punya saat ini?" tanya Afra.
"Saya ada uang 5 juta," ucap Faiz.
"Kalau begitu, saya hanya minta mahar setengahnya saja 2,5 juta. Apa tidak masalah?" tanya Afra.
"Apa tidak kurang?" tanya Umi Marwa.
"Tidak, Bu Nyai. Saya rasa itu sudah cukup," ucap Afra.
"Baiklah, kalau begitu kita akan mulai akadnya," ucap Abah Bahar.
Akad pun berlangsung, dimana Ayah Amar menjadi wali nikah Afra lalu saksi dari Kyai Firdaus dan juga Gus Mirza anak dari Kyai Firdaus.
Ijab kabul berlangsung secara khidmat, setelah ijab kabul Abah Bahar menghampiri Faiz. "Selamat atas pernikahan kalian dan itu artinya saya tidak lagi punya kepentingan dengan keluarga si Mila," ucap Abah Bahar.
Setelah itu, Abah Bahar menghampiri Ibu Mila. "Hutangmu sudah ku anggap lunas, ini uang 10 juta yang sudah dijanjikan, jangan meminjam padaku lagi apalagi sampai mengobarkan anakmu," ucap Abah Bahar.
"Tunggu, maksud Abah Bahar apa?" tanya Afra.
"Tanyakan saja pada Ibumu, saya disini menyelamatkanmu dari busuknya Ibumu. Tapi, yang jelas saya anggap hutang Ibumu lunas karena saya bosan di ganggu dan diteror Ibumu itu, kalau begitu saya permisi," ucap Abah Bahar dan pergi meninggalkan rumah tersebut.
"Apa maksud Abah Bahar, Bu? Ibu punya hutang sama Abah Bahar?" tanya Ayah Amar yang sejak tadi hanya diam.
"Gak ada, tadi Abah Bahar cuma ngobrol gak jelas," ucap Ibu Mila.
"Ibu ga usah bohong, jadi Ibu punya hutang sama Abah Bahar makanya Ibu mau Afra nikah sama Abah Bahar," ucap Afra.
"Ibu bilang gak ya gak," ucap Ibu Mila.
"Berapa hutang Ibu?" tanya Ayah Amar.
"Ayah jangan ikut-ikutan ya," ucap Ibu Mila.
"5 juta? atau justru lebih? Apa 20 juta?" tanya Afra.
"Gak sampai 20 juta," ucap Ibu Mila yang keceplosan.
"Astaghfirullah Ibu, kenapa Ibu gak bilang ke Ayah. Kita bisa selesaikan ini," ucap Ayah Amar.
"Ayah aja kerjanya gak nentu gitu, mau nyelesain kayak gimana. Lagipula hutangnya udah selesai kok," ucap Ibu Mila.
"Ibu meneror Abah Bahar apa? Apa Ibu menjodoh-jodohkan Abah Bahar dengan Afra seperti yang pernah Ibu lakukan pada anaknya Bu Sekar?" tanya Ayah Amar.
"Iya, Ibu berhutang 15 juta ke Abah Bahar dan Ibu jatuh tempo lalu Ibu menawarkan Afra sebagai gantinya, tapi Abah Bahar tidak mau karena semua istrinya menolak, Ibu gak mau bayar hutang jadi Ibu memaksa Abah Bahar agar mau menikah dengan Afra, jika Ibu mau hutang Ibu lunas tanpa Abah Bahar menikah dengan Afra yaitu Afra harus punya pasangan dan menikah dengan pasangannya maka hutang Ibu lunas, puas kalian," ucap Ibu Mila lalu pergi dari ruang tamu dan masuk ke dalam kamarnya.
Ayah Amar yang masih ada disana pun menghampiri Afra, "Maafkan Ayah, Ayah tidak bisa berbuat apa-apa. Ayah belum bisa berguna buat kamu," ucap Ayah Amar.
"Gapapa Ayah, Ayah udah berjuang keras buat Afra kok. Ayah juga baru pulang langsung dihadapkan masalah kayak gini pasti Ayah capek," ucap Afra.
"Gapapa, Ayah udah terbiasa," ucap Ayah Amar lalu melihat ke belakang Afra, dimana sejak tadi keluarga Faiz menyaksikan dan mendengar semua yang terjadi.
"Maafkan atas ketidaknyamanannya, Pak, Bu," ucap Ayah Amar.
"Iya, tidak apa-apa Pak," ucap Ayah Amar.
Afra pun seketika sadar lalu menuju dapur dan mengambil beberapa cemilan untuk disajikan, "Maaf, karena hanya ada ini yang bisa saya sajikan," ucap Afra.
"Kamu jangan repot-repot, kamu duduk aja disini," ucap Umi Marwa dan menarik tangan Afra hingga akhirnya duduk di sampingnya.
Afra duduk dengan canggung, ia merasa malu karena keluarga Faiz menyaksikan semuanya bahkan mereka mendengar apa yang seharusnya tidak mereka dengar. Afra sudah tidak punya muka lagi untuk berhadapan dengan mereka bahkan dengan setia, Afra menunduk tidak berani menatap keluarga Faiz satu persatu.
Sedangkan, Ayah Amar yang sudah mengobrol santai dengan Abi Fauzan dan Kyai Firdaus, entahlah apa yang mereka bahas. Namun, terlihat jelas keakraban dalam obrolan tersebut.
Hingga tiba-tiba sebuah colekan pada tangannya mengejutkan Afra dan Afra pun mendongak menatap sang pelaku yaitu Faiz, "Ini kripiknya enak, ada lagi? Ini udah habis soalnya," tanya Faiz.
"Masih ada Gus, sebentar saya ambilkan," ucap Afra lalu mengambil toples tersebut dan mengambilkannya untuk Faiz.
Tak lama, Afra kembali dari dapur dan memberikan toples tersebut pada Faiz, dengan senang hati Faiz mengambilnya. "Ini kamu bikin sendiri?" tanya Faiz.
"Iya, Gus," ucap Afra.
"Enak, kapan-kapan kamu bikinkan ya," ucap Faiz dan dengan ragu Afra pun mengangguk.
Setelah beberapa saat, akhirnya keluarga Faiz pun pamit. "Kalian mau tinggal disini dulu atau langsung ikut ke hotel?" tanya Umi Marwa.
"Kamu mau disini atau ke hotel tempat aku nginep?" tanya Faiz.
"Aku disini aja Gus, kalau Gus mau pergi ke hotel silahkan," ucap Afra.
"Kalian ini kan udah nikah, jadi Faiz kamu disini aja dulu baru besok kamu ke hotel buat berangkat bareng," ucap Abi Fauzan.
"Iya, Bi," jawab Faiz.
"Kalau begitu, kmu permisi dulu ya Afra, Pak Amar," pamit Abi Fauzan.
"Iya, Pak. Maaf karena sudah merepotkan Pak Fauzan," ucap Ayah Amar.
"Tidak masalah, say justru senang," ucap Abi Fauzan.
setelah itu, keluarga Faiz pun pergi meninggalkan rumah tersebut. "Afra, kamu ajak suami kamu ke kamar buat istirahat," ucap Ayah Amar.
"Iya, Yah," jawab Afra.
"Kalau gitu, Ayah ke kamar dulu. Barang-barangnya dirapikan besok aja ya," ucap Ayah Amar dan masuk ke dalam kamarnya.
"Ayo, Gus," ajak Afra.
Dengan ragu, Afra pun membuka kamar sederhananya lalu masuk ke dalam.
"Maaf, Gus. Kamarnya jelek, sebentar saya tapikan dulu," ucap Afra dan merapikan beberapa buku yang sempat ia baca.
"Gue Faiz, tidur dulu aja," ucap Afra.
"Kamu gak tidur?" tanya Faiz.
"Say bisa tidur dimana saja Gus," ucap Afra.
"Tidur disini denganku," ucap Faiz.
"Gus tidur saja, tidak perlu menunggu saya," ucap Afra.
"Kamu istriku, apa kamu tidak suka tidur denganku?" tanya Faiz.
"Bukan itu maksud saya Gus," ucap Afra.
"Maka dari itu, ayo kita istirahat," ajak Faiz.
Afra pun mendekat ke kasur sederhananya dan untung saja kasur tersebut masih muat jika digunakan untuk dua orang.
"Gus," panggil Afra ketika mendekat pada Faiz.
"Ada apa?" tanya Faiz yang memperhatikan Afra dengan seksama.
"Jika Gus Faiz ingin menceraikan saya sekarang, silahkan. Justru lebih baik sekarang saja karena kita masih menikah secara siri, Gus Faiz bisa menalak saya dan pernikahan kita selesai, bagaimana Gus?" tanya Afra.
.
.
.
Bersambung.....
mantaaaabh
lanjut ka elaaaa 👍🏻🌹🌹
semangaaaaaaats 💪🏻💪🏻🌹🌹
dasar cocote Ra pada ada akhlaknya
lanjut ka elaaaaa 👍🏻🌹🌹🌹
semangaaaaaats 💪🏻💪🏻
senewen q jadinya
lanjut ka elaaaaaaa
semangaaaaaats 💪🏻💪🏻