KAU DI HATI KU
Kerajaan Palawa...
Seribu tahun yang lalu di semenanjung laut...
Tinggallah seorang ratu bernama Ratu Batang Dewi yang sangat cantik rupawan, berusia 29 tahun dengan tubuh tinggi semampai serta langsing. Kecantikannya itu mampu membius setiap mata yang melihatnya.
Ratu Batang Dewi yang seorang pemimpin berkuasa di semenanjung laut, wanita tangguh yang memiliki wilayah kerajaan terbesar dan terluas dari Utara.
Ratu yang dijuluki si tangan besi dan memiliki kegemaran berperang.
Kerajaan Palawa adalah kerajaan yang di pimpin Ratu Batang Dewi dan merupakan kerajaan kuno terbesar pada abad itu yaitu pada seribu tahun yang lalu.
Istana Palawa...
Terdengar derap langkah kaki memasuki ruangan Istana Palawa yang megah dengan hiasan ukiran tangan yang memenuhi seluruh bangunan istana megah dan terbuat dari lapisan emas serta perunggu.
Terlihat sosok wanita memakai mahkota dari emas kuning berbentuk mirip sayap rajawali yang berhiaskan untaian batu permata berkilauan dengan anggunnya serta mengenakan jubah panjang sutra berwarna hijau keemasan berjalan masuk menuju singgasana dengan anak tangga bertingkat yang berada jauh darinya.
Wanita cantik itu melangkahkan kedua kakinya yang mengenakan sepasang sepatu berlapis emas di sepanjang permadani yang membentang panjang di dalam istana megah yang tampak berkilauan indah saat cahaya matahari menimpa seluruh ruangan istana tersebut.
"RATU BATANG DEWI PENGUASA KERAJAAN PALAWA, YANG MULIA DARI TERHORMAT DAN DIBERKAHI DOA DARI LANGIT TELAH MEMASUKI ISTANA ! BERI HORMAT KEPADA JUNJUNGAN KITA RATU BATANG DEWI !!!", terdengar suara lantang dari seorang punggawa kerajaan yang berdiri di bawah singgasana dengan memegang dua tombak bermata naga emas.
"HORMAT KEPADA RATU BATANG DEWI ! YANG MULIA KERAJAAN PALAWA ! TERIMA HORMAT KAMI RATU !", suara serempak orang-orang yang hadir di dalam Istana Palawa dengan memberi hormat seraya menundukkan kepala mereka.
Ratu Batang Dewi mengangkat tangannya memberi tanda kepada semua orang yang hadir sebagai jawaban atas rasa hormat mereka kepadanya.
Punggawa pria yang berdiri di bawah singgasana lalu bersuara lagi untuk memberi aba-aba.
"RATU BATANG DEWI MENERIMA HORMAT KITA SEMUA DAN SILAHKAN KEMBALI KE TEMPAT DUDUK KALIAN !", kata punggawa.
Ratu Batang Dewi terlihat menaiki anak tangga menuju ke atas singgasananya lalu berbalik seraya melambaikan tangannya pelan ke arah orang-orang yang hadir di ruangan istananya kemudian ia duduk di atas singgasana yang terbuat dari emas kuning utuh dengan sikap berwibawanya.
"Silahkan duduk kembali semua, terimakasih akan kehadiran kalian di istanaku ini", kata Ratu Batang Dewi.
"TERIMAKASIH RATU BATANG DEWI ATAS BUDI BAIK YANG MULIA !", terdengar suara yang hadir di ruangan itu dengan serempak dan lantang serta duduk secara bersama-sama di kursi perak beralaskan bantalan sulaman benang emas yang indah.
Wanita berparas cantik dengan kulit putih bersih menatap lurus dan tajam ke arah orang-orang yang hadir di istananya yang menunjukkan sikap hormat mereka kepada dirinya yaitu ratu mereka, Ratu Kerajaan Palawa yang paling disegani namanya dan ditakuti di seluruh negeri karena kegemarannya berperang.
Ratu Batang Dewi melirik ke arah punggawa kerajaan yang berada di bawah singgasananya, tanpa harus memberi perintah kepada punggawa itu, pria berpakaian khas Kerajaan Palawa yang bersimbol naga langsung memberikan gulungan kertas dari lontar kepada Ratu Batang Dewi.
"Hari ini saya akan umumkan rencana saya yang hendak mempersiapkan sebuah perang besar ke wilayah timur untuk melakukan ekspansi besar-besaran kekuasaan Kerajaan Palawa yang akan dilakukan sepuluh hari lagi", ucap Ratu Batang Dewi.
"Sepuluh hari lagi...", terdengar suara semua orang yang terkejut mendengar pengumuman ratu.
Ratu Batang Dewi hanya terdiam dan mendengarkan suara ramai semua orang setelah ia membacakan isi pengumuman penting mengenai rencana ekspansi kekuasaan Kerajaan Palawa yang dipimpinnya.
"DENGARKAN PENGUMUMAN RATU BATANG DEWI ! DAN COBALAH UNTUK TENANG SEMUANYA !", ucap punggawa.
Suasana kembali hening dan semua orang yang hadir tengah memperhatikan Ratu Batang Dewi dengan pandangan yang sangat serius.
"Pasukan akan dibagi menjadi lima kelompok utama, dan dua kelompok kecil yang memiliki tugas berbeda, akan dipilih prajurit-prajurit tangguh yang kompeten yang ahli di tiap bidangnya serta diutamakan pandai memanah, dua kelompok kecil memiliki tugas paling penting karena bertugas untuk menyediakan bekal makanan serta mendirikan tenda dan mempersiapkan perlengkapan perang di wilayah timur sedangkan lima kelompok utama memiliki fungsi serta tugas masing-masing yang berbeda yaitu kelompok pertama bertugas menjaga baris depan, kelompok kedua menjaga baris kiri dan kanan, kelompok ketiga bertugas menyerang, kelompok keempat bertugas memanah, dan kelompok terakhir kelima adalah kelompok berkuda serta kelompok pertahanan dan bagi yang menentang perang besar ini akan dihukum", kata Ratu Batang Dewi.
Wanita bersahaja itu meletakkan plakat emas kerajaaan sebagai simbol pimpinan tertinggi dalam memimpin pemerintahan serta sebagai tanda panglima perang yang memiliki kekuasaan memimpin pasukan kerajaan yang berwenang langsung mengerahkan pasukan bayangan dalam jumlah besar.
Dia mendapatkan plakat khusus dari ayahandanya yang mewariskan tahta Kerajaan Palawa di pundaknya saat ia memenangkan perang pertamanya ketika ia masih menjadi panglima tertinggi dalam memimpin pasukan khusus tepat di usianya keempat belas tahun.
Ratu Batang Dewi adalah anak dari Raja Agung yang berkuasa di semenanjung laut, memiliki ketangguhan yang setara dengan sang ayahanda.
Sejak usia tujuh tahun, Batang Dewi selalu diajarkan oleh sang ayahanda untuk mengatur strategis kerajaan serta menyusun rencana perang.
Belajar di dalam istana dengan tekun, mengikuti perburuan serta mengatur strategi perang-perang dalam perebutan wilayah di sekitar semenanjung laut.
Hari-hari Batang Dewi selalu dihabiskan dengan kesibukan mengatur negara dan mengikuti setiap pertemuan-pertemuan yang selalu diadakan sang ayahanda.
Hampir seluruh waktunya tersita tentang kerajaan, belajar dan belajar yang selalu dilakukan Batang Dewi di istananya.
Pada usia sepuluh tahun, sang ayahanda memilihnya menjadi puteri mahkota satu-satunya sebagai anak perempuan tertua dari kesembilan bersaudara dari ibu yang berbeda.
Batang Dewi diberi mandat untuk menjadi calon Ratu menggantikan Raja Agung apabila beliau meninggal dunia.
Tepat diusianya yang kelima belas tahun, Batang Dewi dinobatkan menjadi Ratu dari Kerajaan Palawa menggantikan sang ayahanda, Raja Agung yang kala itu mulai sakit-sakitan akibat racun yang bersemayam di tubuh sang raja karena musuh yang membencinya dengan mengirim seorang ahli tenung yang kuat.
Saat pemerintahan di pimpin oleh sang ayahanda yaitu Raja Agung wilayah kekuasaan Kerajaan Palawa tidaklah seluas tatkala di pimpin Ratu Batang Dewi.
Pada masa keemasannya, Sang Ratu Batang Dewi memiliki kekuasaan hampir di seluruh dunia melebihi kekuasaan sang ayahanda.
Ratu Batang Dewi membuat negara yang di pimpinnya termashyur hingga pelosok Timur, dan Kerajaan Palawa kala itu terkenal makmur loh jinawi.
Rakyatnya tidak ada yang berani melawan kekuasaan sang ratu yaitu Ratu Batang Dewi yang terkenal dingin dan di juluki si tangan besi dari Utara.
Dia sangat berkuasa dan memiliki keinginan kuat untuk menguasai seluruh wilayah di sekitar kerajaannya.
Ratu Batang Dewi sangat menggemari perang dan tak segan untuk membunuh semua rintangan yang menghalangi dirinya untuk menaklukkan seluruh wilayah dan menjadikan satu dengan kerajaannya.
"Persiapan perang besar akan diadakan sepuluh hari lagi dan bukan waktu yang singkat karena pemilihan prajurit akan dilaksanakan hari ini yang dihitung sebagai hari pertama persiapan perang ke wilayah timur nanti, akan langsung diadakan pertemuan bagi para pemimpin tiap-tiap kelompok pasukan pada hari kedua untuk membahas persiapan dan strategi perang besar ini, saya menyebutkan perang ini sebagai perang besar karena memakan waktu persiapan dalam kapasitas serta kualitas yang terbilang besar dan wilayah timur bukanlah daerah yang mudah untuk ditaklukkan dan termasuk wilayah terbesar yang memiliki armada pasukan khusus yang tak terhitung jumlahnya, perang ini akan memakan waktu lama serta mempunyai resiko besar dari perang-perang sebelumnya dan bagi siapa saja yang menentang ekspansi ini akan dihukum langsung di tempat !", ucap Ratu Batang Dewi dengan nada tegas serta penuh tekanan di setiap kalimatnya.
Tidak ada suara seorangpun yang berbicara ataupun yang berani berbisik, semua hening dan menundukkan kepalanya, sebagian ada yang berkeringat dingin setelah mendengar putusan dari ratu yang membahas perang besar di wilayah timur.
Ratu Batang Dewi memberi aba-aba kepada punggawanya dengan isyarat tangan, seorang pria menghampirinya untuk mengambil gulungan lontar yang ada pada sang ratu.
"Tolong bubarkan pertemuan ini dan sediakan kepada mereka semua jamuan lezat sebagai tanda penghormatan kerajaan atas kehadiran serta kesetiaan mereka !", ucap Ratu Batang Dewi dengan memelankan suaranya yang sangat lembut itu.
"Baik Yang Mulia Ratu, saya akan segera laksanakan perintah ratu. Mohon izin ratu untuk melaksanakannya", kata punggawa kerajaan seraya menundukkan kepala tanpa berani melihat ke arah sang ratu.
"Saya izinkan kamu melaksanakannya dan ingat untuk segera mengadakan pemilihan prajurit khusus untuk persiapan perang nanti dan katakan kepada semua menteri dan jenderal untuk melakukannya, bawa surat perintah ini dan tunjukkan kepada mereka, kamu mengerti", kata Ratu Batang Dewi.
"Siap Yang Mulia Ratu ! Saya akan laksanakan !", jawab punggawa kerajaan sambil menuruni anak tangga singgasana.
Punggawa kerajaan lalu berbalik menghadap semua yang hadir di ruangan istana itu dan langsung bersuara lantang kembali kepada mereka yang ada di tempat itu.
"PERTEMUAN HARI INI CUKUP SAMPAI DISINI DAN BAGI TAMU YANG HADIR DI RUANGAN ISTANA DIPERSILAHKAN MENUJU AULA UTAMA ISTANA UNTUK MENIKMATI JAMUAN ISTIMEWA DARI KERAJAAN PALAWA SEBAGAI RASA TERIMAKASIH SANG RATU KEPADA SEMUA YANG TELAH DATANG KE ISTANA INI !", ucap punggawa kerajaan.
Terdengar suara riuh rendah dari semua tamu yang ada di ruangan penting dari Istana Palawa saat hendak meninggalkan ruangan istana.
Mereka semua kemudian memberi hormat kepada ratu sebelum pergi dengan serentak secara bersamaan.
"TERIMAKASIH KEPADA RATU BATANG DEWI ! RATU KERAJAAN PALAWA ! SEMOGA BERKAH LANGIT MENYERTAI ANDA SELALU RATU ! DAN SEMOGA PERANG BESAR INI SUKSES DALAM PERJALANAN EKSPANSI KE WILAYAH TIMUR ! LANGIT MEMBERKAHI KITA SEMUA YANG HADIR DI ISTANA INI !", ucap semuanya seraya memberi hormat dengan membungkukkan badan mereka kepada Ratu Batang Dewi.
Semua tamu yang hadir silih berganti meninggalkan ruangan istana Kerajaan Palawa setelah memberi hormat kepada sang ratu dan menuju ke gedung aula utama untuk menikmati suguhan istimewa dari kerajaan.
Ratu Batang Dewi hanya diam memperhatikan semua tamu yang hadir satu persatu meninggalkan dirinya yang hanya ditemani dayang-dayang.
Secangkir keramik berlukiskan pemandangan laut yang merupakan gambaran tentang kerajaannya yang berada di semenanjung laut dan dikelilingi gunung api yang terbentang di wilayah kerajaannya, berada di tangannya saat ini, cangkir berisi minuman dari hasil fermentasi nira yang mengandung gula adalah salah satu minuman favorit sang ratu.
Hampir sebagian semenanjung laut menjadi wilayah taklukkan sang ratu dari Utara itu.
Ratu Batang Dewi hanya melirik sekilas ke arah luar istana lalu menikmati minuman kegemarannya itu tanpa bersuara dengan salah satu tangan bersender di sandaran lengan singgasananya.
Tampak jari jemarinya yang lentik dan dihiasi cincin emas utuh dengan permata kecubung di jari telunjuk serta jari kelingkingnya yang menjadi ciri khas sang ratu berparas jelita.
Rajawali adalah tunggangan kesukaan sang ratu dan kemanapun dia pergi, burung itu akan selalu turut bersama dengannya.
"Bawa saya ke rajawali kesayangan saya, dayang, karena saya ingin melihatnya sekarang !", perintah Ratu Batang Dewi kepada salah satu dayangnya.
"Baik Yang Mulia Ratu !", sahut dayang itu lalu menemani ratu meninggalkan ruangan istananya.
Lima hari kemudian...
Ketika Ratu Batang Dewi mengunjungi sebuah rumah makan di tengah kota untuk mengadakan pertemuan rapat perang bersama seorang dayang, saat di perjalanan seorang wanita tua lusuh menghampirinya.
"Oh Langit penguasa dunia ini, aku melihat bayangan kematian di wajahmu dan seorang yang terpercaya akan berkhianat padamu, dan di kehidupan akan datang anda akan bertemu orang bodoh dan menjadi rakyat biasa, nona !", ucap wanita tua menyentakkan sang ratu.
"Berani sekali kamu berbicara seperti itu kepada ratu ! Apakah kamu ingin mati nenek tua !", bentak dayang.
"Aku adalah penyihir kuno terkenal di desaku, aku tidak berkata bohong ! Berhati-hatilah !", ucap wanita tua.
"Suruh pergi penyihir tua ini dariku dan berikan sekantung emas kepadanya, dayang !", kata Ratu Batang Dewi.
Sayangnya sang ratu tidak mempercayai ramalan itu dan mengusir pergi penyihir tua itu.
Medan perang...
Ratu Batang Dewi tengah memimpin pasukannya dengan bersemangat ia memerintahkan menyerang lawan yang menghadangnya.
Pada saat ia mengangkat busur panahnya untuk membidik musuh, tiba-tiba muncul dari arah belakang sebuah anak panah melesat menembus tubuhnya.
"Argh... !!!", jeritnya tertahan.
Ratu sempat melihat tanda kerajaan miliknya pada panah beracun yang menancap tepat di jantungnya, dan ratu sadar jika ramalan penyihir tua lusuh itu terbukti benar.
Akhirnya Sang Ratu Batang Dewi gugur dalam perang besar yang di pimpinnya karena pengkhianatan bawahannya.
Pada persidangan akherat akhirnya hakim menjatuhi hukuman pada Ratu Batang Dewi untuk menebus dosanya yang telah membunuh ribuan manusia tak berdosa.
Hakim Akherat berwelas asih kepada Ratu Batang Dewi untuk bertobat dengan mengirimnya kembali ke dalam kehidupan keduanya. Dan ia harus mengalami reinkarnasi ke jiwa seorang gadis muda biasa yang lugu serta rapuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments