Tetangga Sebelahku Pemuas Gairahku

"HATI-HATI. Kalau terjadi apa-apa bagaimana?" jawab Issabel pura-pura polos.

"BUKAN! SEBELUM BERHENTI TADI!"

"Oh ... makanya dengar baik-baik yah. Aku berpikir, kenapa kamu tidak bersama saja dengan Sandra. Saling cinta, kan?" jelas Issabel tanpa ada rasa takut dan keraguan.

"Ja—jangan asal bicara yah!" Dominic malah menjadi gagap.

"Nic, aku serius. Dengar, orang yang saling mencintai itu bagusnya disatukan. Kamu harusnya senang, aku belajar dari pengalamanku, jadi aku mendukung pelakor itu." ucap Issabel dengan wajah mengejek dan begitu santai. Namun hal itu membuat Dominic semakin memuncak hingga memukul stir mobilnya dengan sangat keras.

"Jaga mulutmu Sayang. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku sama sekali tidak mencintai Sandra!" kata Dominic menegaskan.

Issabel dengan cepat menggeleng. "Terus bagaimana dengan kecupan dan genggaman tangan tadi? Kalau kamu tidak mempunyai rasa dengan Sandra, kamu tidak mungkin tuh mau Sandra mengecup kening mu dan memegang tangannya saat turun tangga. Apalagi semua itu dilakukan tepat di depan mataku. Kamu tidak tahu bagaimana perasaanku sebagai istri?" Issabel menjelaskannya dengan tegas membuat Dominic terkekeh karena merasa rencananya berhasil.

"Sayang, itu hanya rencanaku dengan Sandra untuk membuatmu cemburu. Aku dan Sandra hanya sebatas atasan dan bawahan. Tidak lebih dari itu," ucap Dominic masih dengan wajah sumringah.

"Apa? Rencana untuk membuatku cemburu?" Issabel masih tidak bisa mencerna alasan tersebut. "Jika ada lelaki lain yang mengecup keningku, apa kamu akan tinggal diam? Bagaimana jika ada lelaki lain yang menggenggam tangan ku saat berjalan, apa kamu akan tinggal diam juga?" tanya Issabel terpancing emosi. Dia menatap kedua mata Dominic dengan tajam.

"Maksud kamu apa? Tentu saja tidak, aku akan menghajar le—"

"STOP! Jangan berlagak seolah-olah kamu sangat mencintai dan ingin melindungiku," bentak Issabel memotong ucapan Dominic.

"Sayang, aku—"

"Udahlah, jangan memanggilku sayang dengan mulut yang kamu gunakan untuk memuji-muji Pelakor itu." Issabel kembali membentak hingga membuat Dominic mengganti posisi duduknya. Sekarang mereka saling berhadapan. Dominic berusaha meraih tangan Issabel namun wanita itu sudah muak hingga menepis tangan Dominic. "Jangan sentuh aku, Nic. Aku tidak ingin disentuh dengan tangan yang sudah menggenggam tangan Pelakor itu."

Dominic malah semakin berusaha meraih tangan Issabel. "Sayang kamu mau—"

"Aku mau kita cerai." Issabel sebenarnya tidak menyangka bila kata-kata itu akhirnya terlontar dari mulutnya dengan sangat berani.

"ISSABEL!" Teriakan Dominic membuat Issabel semakin bersalah telah mengucapkan hal yang tidak seharusnya diucapkan. Dominic bangkit dan mencekik leher Issabel.

"Ma-Mas lep-lepas...." Tangan Issabel berusaha melawan tangan Dominic yang berada di leher.

"Sayang, aku itu benar-benar mencintaimu," kata Dominic sambil terus mengencangkan cengkeraman tangannya.

"Ahhhh ... Dominic Gila berhenti ... aahhhhh!" Issabel langsung berteriak saat Dominic melepas cengkeraman dan menampar pipinya dengan kencang saat mengatakan suaminya tersebut adalah makhluk gila. "Nic ... Sakit."

Dominic tidak peduli malah langsung ******* bibir Issabel dengan penuh gairah. Issabel hanya bisa pasrah, memilih untuk mengikuti alur yang diberikan Dominic untuknya. Dominic pun beralih untuk menjilati leher Issabel hingga ke belakang telinga.

"Nic, aku tidak ingin ... ahhhh!"

Issabel sudah tak bisa apa-apa. Sekujur tubuhnya telah dikuasai oleh nafsu birahi suaminya. Tak sadar, air matanya jatuh. Dia menangis namun terus menahan suara tangisannya keluar. Tak mengerti bagaimana lagi caranya agar Dominic tidak bisa lagi memperalatnya. Sekarang tetangga sebelahnya yang telah menjadi suaminya itu kini seenaknya mencuri waktu untuk memuaskan gairahnya.

Rencana Issabel dahulu benar-benar membuat kehidupannya di masa depan hancur.

Setelah merasa puas, Dominic kembali ke kursi kemudi meninggalkan Issabel yang masih berbaring tanpa busana dengan suara isakan. Tidak peduli, Dominic menjalankan kembali mobilnya itu menuju ke apartemen.

****************

Sesampainya di rumah, Issabel menggulir halaman marketplcae yang memperlihatkan daftar perhiasan-perhiasan mewah nan mahal. Salah satu gelang emas dengan banyak berlian di sekelilingnya membuat tatapan Issabel terpaku.

"Dari penampilan pasti gelang ini sangat mahal," gumamnya lalu melihat harga gelang emas tersebut. "1,5 Miliar!" Dia sangat terkejut sampai-sampai tidak sadar berteriak.

Secepat mungkin mulutnya ditutup. Issabel tidak ingin sampai Dominic mencurigai rencananya untuk bebas dari belenggu suami keduanya yang kejam itu.

Tatapan Issabel kembali ke gelang emas tersebut. Berpikir akan memaksa Dominic untuk membeli perhiasan itu untuknya. Apapun caranya!

Rencana untuk memoroti harta Dominic baru terpikirkan setelah perubahan dalam diri suaminya itu terjadi. Itu karena tidak mungkin Issabel menggunakan cara yang keras agar bebas dari Dominic. Malah, Dominic akan membalas balik dengan cara yang lebih keras. Issabel sangat tahu bagaimana kelicikan Dominic.

Jadi, Issabel akan perlahan mengumpulkan semua aset-aset kekayaan Dominic untuk digunakannya nanti saat berhasil bebas darinya. Dengan begitu, dia bisa pulang dari Eropa, tempatnya diasingkan oleh Dominic. Wanita itu sudah sangat merindukan kedua orangtuanya yang sampai sekarang tidak mengetahui bagaimana kabarnya.

"Ehem," Issabel tersenyum seperti memberi kode lalu melihat kembali ponselnya di tangan. "Ya ampun, gelang ini berkilau sekali!" Seru Issabel sangat keras, dia sengaja melakukan hal itu karena tahu bahwa Dominic sedang berjalan ingin masuk ke dalam apartemennya.

"Lagi apa sayang?" tanya Dominic lalu memeluk tubuh Issabel dari belakang dengan sangat mesra.

"Ihhh." Issabel menatap sinis lelaki itu kemudian melepas paksa pelukan darinya.

Sementara Dominic terus memperhatikan tingkah laku Issabel dengan senyum sumringah. "Kok kamu gitu sih sayang? Memangnya kamu lihat apa di ponselmu itu?" tanya Dominic sambil mengaduk bubur hangat yang baru saja dia buat.

"Bukan apa-apa, hanya sesuatu yang tidak mungkin kumiliki," kata Issabel dengan ketus lalu meletakkan dengan keras ponselnya ke meja. Tepat di hadapan Dominic.

"Ini kan perhiasan mahal? Sudah dari kapan kamu melihat marketplcae perhiasan di ponselmu sayang?" Dominic mengambil ponsel itu dan menscrool beberapa gambar perhiasan. "Kamu ingin gelang ini?"

Bingo! Ini sesuai dengan rencana Issabel. Suaminya itu membuka gambar perhiasan yang menjadi incaran Issabel tadi.

Issabel mengangguk cepat. "Iya, aku menyukainya." Singkat saja. Issabel tidak ingin Dominic sampai tahu kalau ada alasan khusus mengapa ia menginginkan perhiasan mahal tersebut.

Lantas Dominic tersenyum. Menyodorkan bubur hangat yang sedari tadi diaduk. "Kalau begitu, makan dulu bubur ini. Saya akan memberikanmu gelang itu," kata Dominic dengan lembut yang langsung membuat Issabel bingung. Sejak kapan suami kejamnya itu membuatkannya bubur?

"Ini bubur apa?" Issabel tidak akan sebodoh itu langsung ingin melahap sesuatu yang belum jelas.

"Bubur ayam," jawab Dominic singkat. Tapi Issabel tetap memandang aneh bubur yang sekarang berada di tangannya itu. "Sayang, itu baik untuk kesehatanmu. Mana mungkin saya mau memberikan racun dalam bubur itu. Saya sangat mencintaimu sayang."

Issabel memutar matanya dan duduk di meja makan. Memakan sesendok demi sesendok bubur itu dengan sangat lahap. Hal tersebut langsung membuat Dominic tersenyum puas seperti sedang memenangkan sesuatu.

"Kamu mungkin berniat ingin meninggalkanku Issabel, tapi dengan memakan bubur itu, kamu tidak akan bisa lepas dari saya. Bubur itu sudah saya berikan obat penyubur kandungan. Jadi saat kamu hamil kembali, tidak ada pilihan lain lagi selain semakin terikat dengan saya," batin Dominic.

...BERSAMBUNG...