Sebagai seorang istri Maysa adalah seorang istri yang pengertian. Dia tidak pernah menuntut pada sang suami karena wanita itu tahu jika sang suami hanya pegawai biasa.
Maysa selalu menerima apa pun yang diberi Rafka—suaminya. Hingga suatu hari dia mengetahui jika sang suami ternyata berbohong mengenai pekerjaannya yang seorang manager. Lebih menyakitkan lagi selama ini Rafka main gila dengan salah seorang temannya di kantor.
Akankah Maysa bertahan dan memperjuangkan suaminya? Atau melepaskan pria itu begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Bertemu sahabat lama
"Selamat ulang tahun ... selamat ulang tahun ... selamat ulang tahun, Mama. Semoga panjang umur." Semua serempak bernyanyi, Riri dan Eira bertepuk tangan. Sementara Maysa membawakan kue ulang tahun ke dalam kamar mamanya yang sudah dinyalakan lilinnya
"Selamat ulang tahun, Mama. Maaf kami telat ngucapinnya. Seharusnya pagi tadi, tapi karena kita punya acara kejutan dadakan ini jadi ngucapinnya baru sekarang. Maaf, ya, Ma," ucap Maysa.
Mata mama Rafiqah berkaca-kaca. Dia tidak menyangka jika anak-anaknya akan memberikan kejutan ulang tahun seperti ini. Usianya sudah tidak muda lagi, tidak seharusnya mendapatkan kejutan. Akan tetapi, wanita itu tetap senang. Itu tandanya mereka sayang padanya.
"Kenapa minta maaf? Mama senang kalian memberi Mama kejutan seperti ini. Padahal Mama sendiri lupa kalau hari ini, hari ulang tahun Mama. Lagian Mama juga sudah tua. Tidak sepantasnya ada pesta seperti ini," sahut Mama Rafiqah dengan air mata yang sudah menetes.
"Apa, sih, Ma. Ini hanya kejutan kecil. Kami senang melakukannya," sahut Riri.
"Oma, ayo, tiup lilinnya!" seru Eira yang sudah tidak sabar ingin ikut juga meniup lilin tersebut.
"Baiklah, ayo, sini! Kita tiup lilin bareng-bareng," ajak Mama Rafiqah dengan meminta Eira duduk di tepi ranjang, di sampingnya. Wanita itu mengucapkan doa dan akhirnya meniup lilin bersama dengan cucunya.
Maysa mengajak mamanya untuk ke ruang makan. Sudah waktunya mereka menikmati makan malam. Mama Rafiqah melihat begitu banyak makanan kesukaannya di meja. Dia merasa terharu karena putri-putrinya masih sangat ingat makanan kesukaannya.
Sudah beberapa tahun ini, wanita itu menghindari makanan kesukaanya karena nanti takut dengan kesehatannya. Namun, kali ini Maysa dan Riri memutuskan untuk memasaknya karena bagi mereka, makan sesekali pun tidak masalah. Dia juga pernah menanyakan pada dokter, tempat mamanya periksa dan dokter mengizinkan jika itu hanya untuk sesekali saja.
"Kalian masak banyak sekali! Nanti mubazir bagaimana? Lagi pula Mama juga sudah tidak makan sebanyak ini."
"Tidak pa-pa, Ma. Nanti kita bisa berikan ke orang-orang yang bertugas ronda malam ini," sahut Riri.
"Ya sudah, ayo, kita makan!"
Mereka semua makan dengan lahap sambil berbincang dan tertawa bersama. Maysa sangat senang karena kejutan untuk mamanya berhasil. Dia bisa melihat wajah bahagia wanita paruh baya itu dan yang lebih membuatnya bahagia adalah senyum di wajah Eira. Maysa senang masalah yang dia hadapi tidak berpengaruh pada putrinya.
Wanita itu berharap Eira selalu bahagia seperti sekarang ini. Meski harus kehilangan kebersamaan bersama dengan papanya. Gadis kecil itu masih bisa bertemu dengan Rafka. Akan tetapi, tetap saja rasanya tidak sama saat dulu mereka tinggal satu atap.
"Kenapa kamu bengong saja? Ayo, kita nikmati makan malam ini!"
"Iya, Ma."
Cukup lama mereka berbincang bersama, hingga tidak terasa waktu sudah larut. Eira pun sudah menguap beberapa kali. Mama Rafiqah meminta Maysa membawa putrinya ke kamar. Meja makan biar dirinya dan Riri yang membersihkan.
*****
Maysa memasuki butiknya dengan pandangan lesu. Hari ini benar-benar melelahkan baginya karena baru saja dia melewati sidang pertama perceraiannya dengan Rafka. Wanita itu mengira semua akan mudah, tetapi Maysa salah karena terlalu meremehkan masalahnya.
"Kakak, sudah datang! Bagaimana sidangnya tadi?" tanya Riri.
"Begitulah, sepertinya Mas Rafka memang tidak ingin melepaskanku. Tadi dia tidak datang ke acara sidang pertama. Pengacaranya juga dari tadi bicara berbelit-belit."
"Bukannya itu semakin baik, Kak, kalau dia tidak datang?"
"Iya, tapi pengacara Mas Rafka meminta waktu agar kami berpikir dengan benar dulu. Jangan sampai ada orang lain yang mempengaruhi. Apa coba maksudnya? Bikin kesal saja. Terserahlah mereka sajalah. Kakak sudah lelah. Apa pun keinginan mereka, Kakak tetap dengan pendirian Kakak yang ingin berpisah dengan Mas Rafka."
"Semoga saja sidang selanjutnya berjalan lancar seperti keinginan kakak."
"Amin. Terima kasih doanya," sahut Maysa. "Bagaimana butik hari ini?"
"Alhamdulillah, cukup ramai. Semakin hari, semakin bertambah pengunjungnya. Sepertinya kita juga harus merekrut karyawan untuk packing barang-barang yang dikirim online. Kita juga sudah mulai kewalahan melayani pembeli yang datang."
"Bolehlah, kamu panjang saja iklan di depan. Tambah juga satu lowongan untuk seorang penjahit yang benar-benar bagus hasilnya. Mudah-mudahan ada yang berminat dan sesuai dengan kebutuhan kita."
Riri mengangguk. Di zaman sekarang, mencari pekerjaan memang sangat sulit, pasti banyak yang akan datang nanti. Akan tetapi, yang sesuai keinginan, itu pasti sulit.
"Ya sudah, Kakak mau ke dalam, mau melanjutkan pekerjaan."
Maysa pun kembali ke ruangannya. Masih ada pesanan gaun pengantin yang belum selesai. Untung saja waktunya masih ada beberapa hari lagi, jadi dia masih punya waktu untuk menyelesaikannya. Tidak berapa lama, pintu diketuk seseorang dari luar.
"Masuk," ucap Maysa dari dalam. Pintu terbuka, tampak Riri membuka sedikit pintu.
"Kak, di depan ada tamu. Dia ingin bertemu Kakak secara langsung karena ingin memesan gaun untuk keluarganya. Apa Kakak masih mau menerimanya? Pesanan Kakak juga masih banyak."
"Sebentar, biar Kakak sendiri yang menemuinya. Pesanan juga hanya tinggal beberapa saja, kok! Kalau waktunya masih lama, tidak masalah."
"Ya sudah, ayo! Orangnya ada di depan." ajak Riri. Maysa pun keluar bersama dengan adiknya menemui seseorang yang sudah menunggunya. Dilihat dari tampilannya, tamunya seperti orang berkelas. Wanita itu pun mencoba membuat kesan baik pada tamunya.
"Selamat siang, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Maysa pada seorang wanita yang sedang melihat-lihat pakaian yang berjajar di sana. Wanita itu menoleh, seketika membuat Maysa terkejut. Tidak menyangka mereka bisa bertemu di sini.
"Maysa! Ternyata ini butik milik kamu! Ya ampun, kamu hebat sekali, sudah memiliki usaha seperti ini!" pekik wanita itu dengan wajah berbinar.
"Ya ampun, Lidya! Aku juga kaget lihat kamu di sini. Kamu sekarang berubah sekali," seru Maysa sambil melihat wanita di depannya dari atas sampai bawah.
"Ah, kamu bisa saja. Kamu lebih hebat daripada aku." Keduanya pun tertawa bersama.
Lidya adalah sahabat Maysa saat dulu masih SMA. Hubungan mereka sangat baik. Bahkan kedua keluarga sudah menganggap mereka seperti anak sendiri, hingga Lidia kuliah di luar kota, membuat keduanya terpisah. Komunikasi mereka pun juga ikut terputus.
"Sejak kapan kamu buka usaha ini?" tanya Lidya sambil memperhatikan sekeliling.
"Butik ini masih baru kok, Lid. Aku masih meraba-raba."
"Tapi, aku sudah sering mendengar nama butik kamu. Itulah kenapa aku bisa sampai sini. Berarti kamu sudah tidak perlu diragukan lagi kehebatannya."
"Ah, kamu bisa saja. Bagaimana kalau kita ngobrol di ruanganku saja. Di sana lebih enak, lebih santai juga."
Lidya berpikir sejenak, sebenarnya dia tidak bisa keluar lama-lama. Akan tetapi, ini baru pertama kali dia bertemu dengan sahabatnya. Mana mungkin wanita itu pergi begitu saja. "Boleh, deh, kalau nggak ganggu waktu kerja kamu."
"Nggak apa-apa. Ayo, kita ngobrol saja di sana!"
.
.
.
mknya muka nya familiar
sayang nya sama Eira tulis bgt
entah dia dari keluarga yg penuh tekanan,semua udah dia atur dia dia harus ngikutin semua aturan itu.
dan dia udah punya jodoh sendiri
kadang bingung ya..sama lelaki.
udah punya yg spek bidadari malah nyari yg kyk gelandang.
yah... begitu lah seni nya peselingkuhan.
lu makan aja tu pilihan lu
kadang bingung ya..sama lelaki.
udah punya yg spek bidadari malah nyari yg kyk gelandang.
yah... begitu lah seni nya peselingkuhan.
lu makan aja tu pilihan lu