NovelToon NovelToon
Benih Sang Cassanova

Benih Sang Cassanova

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Lari Saat Hamil / One Night Stand / Hamil di luar nikah
Popularitas:45.8M
Nilai: 4.7
Nama Author: D'wie

Rainero yang tampan dan kaya memiliki pesona bagi para wanita, semua yang ada disekelilingnya dapat diatur olehnya dan mengikuti jejaknya.

Namun kehidupan sempurnanya ternodai oleh diagnosasi kemandulan. Dia ditinggalkan oleh calon istrinya, dia menjadi lelaki yang mempermainkan berbagai wanita.

Suatu hari, sebuah malam penuh gairah yang dia lewatkan dengan sekretarisnya Shenina, memunculkan perubahan kedua dalam kehidupannya-- Shenina hamil.

Shenina cantik, cerdas dan baik hati, Rainero tidak bisa mengendalikan hatinya yang terus memperhatikan dia.

Namun Rainero yang mandul bagaimana bisa membuat orang hamil ? Dia mengusirnya dengan marah.

Kebenaran terungkap ...
Shenina sedang mengandung anaknya...
Rainero menjadi gila, namun wanita yang dicintainya menghilang tanpa jejak.

Akankah mereka bertemu kembali ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BSC 31

Setibanya di Singapura, Rainero tak kunjung dapat memejamkan matanya. Yang ada di pikirannya hanyalah menemukan Shenina bagaimanapun caranya. Akan ia tempuh cara apapun yang penting ia dapat menemukan perempuan yang tanpa sadar telah mencuri sebagian hatinya pun membawa bagian dari dirinya walau tanpa di sengaja.

Rainero yang tidak bisa tidur lantas keluar dari kamar hotelnya. Ia menghubungi salah satu bodyguardnya yang hafal seluk beluk negara yang baru baru kali ini diinjaknya untuk mengambil mobil sewaan mereka. Rainero berencana berkeliling negeri Singapura tersebut. Tak peduli hari telah larut dan cuaca kian dingin, yang Rainero lakukan saat ini justru berkeliling kota tersebut. Hingga fajar menyingsing barulah tanpa sadar Rainero memejamkan matanya tak jauh dari Teluk Marina atau Marina Bay, tempatnya menepi.

"Bos," panggil anak buah Rainero. Rainero lantas mengerjapkan matanya. Sinar matahari seketika saja menimpa netranya membuat Rainero segera menegakkan punggungnya.

Rainero mengucek kedua matanya. Efek kelelahan membuatnya tanpa sadar kalau ia telah ketiduran hingga mentari pagi mulai menampakkan sinarnya.

"Mau kemana dulu, bos?"

"Kembali ke hotel dulu," ucapnya. Sang bodyguard merangkap sopir itu pun segera melajukan mobilnya menuju hotel.

Sesuai rencananya, setelah membersihkan diri dan sarapan, Rainero pun mulai melakukan pencarian. Ia ditemani sang sopir menyusuri semua jalanan. Begitu pula anak buahnya yang telah disebar ke berbagai titik. Hingga beberapa hari, Rainero belum juga mendapatkan titik terang keberadaan Shenina. Namun hal itu tak lantas menyurutkan semangatnya untuk menemukan Shenina.

Sementara itu, di benua lain, Theo lagi-lagi pulang dengan sedikit sempoyongan. Ia kembali mabuk, tapi kesadarannya masih cukup bagus untuk diajak berdebat.

"Theo, apa kau mau bunuh diri, hah? Setiap pulang selalu saja dalam keadaan mabuk," sentak ayah Theo sambil melemparkan majalah bisnis yang barusan ia baca ke kepala Theo. Tapi Theo hanya bungkam. Ia malas berdebat.

"Theo, kau kemarin kemana, hah? Mommy kan sudah bilang untuk pulang, tapi kau justru mengabaikan perintah Mommy," sentak ibu Theo.

"Aku tidur di apartemen teman," jawab Theo acuh tak acuh.

"Apa kau sudah kehilangan kewarasanmu? Hanya karena jalaang itu, kau jadi seperti ini. Dasar bodoh!" pekik ayah Theo membuat Theo memicing tajam.

"Jangan bicara sembarangan, Shenina bukan jalaang"! balas Theo tak kalah kesal.

"Kau tahu, gara-gara kau, Mommy dan Daddy malu. Padahal kemarin keluarga teman Daddy datang, dan kau justru menghilang seenaknya."

"Ck ... itu kan teman Daddy, kenapa aku harus ikut hadir?"

"Karena kau telah Mommy dan Daddy jodohkan dengan anak teman Daddy."

"Apa?" pekik Theo membulatkan matanya. "Aku tidak mau," jawabnya lantang.

"Tidak ada penolakan. 1 bulan dari sekarang kau akan segera menikah dengan anak teman Daddy. Titik."

"Aku tidak mau. Daddy tidak bisa memaksa ku seperti ini."

"Daddy bilang tidak ada penolakan. Kalau kau sampai tetap berkeras menolak, siap-siap kau akan kehilangan segala fasilitasmu. Setelah itu, segera angkat kaki dari sini," ancam ayah Theo membuat mulut Theo seketika bungkam dengan raut wajah penuh emosi.

Dengan dada bergemuruh, Theo pun segera masuk ke kamarnya, meninggalkan ayah dan ibunya yang masih berdiri di ruang tamu.

....***...

Rainero meraup wajahnya kasar. Sudah hampir semua tempat ia sisir, tapi Rainero dan anak buahnya tak kunjung menemukan jejak Shenina. Rainero juga telah meminta anak buahnya mencari informasi di bandara maupun stasiun yang ada di negara itu. Bisa saja ternyata Shenina telah pergi ke daerah lain atau jangan-jangan negara lain, pikirnya. Tapi ternyata tak semudah itu. Baik pihak bandara maupun stasiun bahkan pihak kementerian informasi dan komunikasi di negara itu enggan membocorkan informasi yang menurut mereka itu merupakan pelanggaran privasi.

Rainero menghempaskan tubuhnya di ranjang yang ada di kamar hotelnya. Hari ini merupakan hari terakhir Rainero di Singapura sebab esok hari ia harus segera mengikuti penerbangan ke Bali yang ada di negara Indonesia atau lebih tepatnya ke pulau yang sering disebut Pulau Dewata.

"Please, keluarlah Shenina, jahgan bersembunyi lagi. Ya, aku akui kau benar-benar berhasil menghilang dan pergi sejauh-jauhnya sampai aku kesulitan menemukan mu, tapi ... cukup sampai di sini. Aku mohon, keluarlah. Aku mohon. Berikan aku kesempatan untuk menebus kesalahanku, Shen. Berikan aku kesempatan untuk mendampingi selama masa kehamilanmu. Aku mohon," lirih Rainero.

Setetes air mata jatuh dari sudut matanya. Ia tak memedulikan air matanya kian jatuh berderai. Ia tak peduli kalau ia justru kelihatan lemah saat ini. Menangis baginya merupakan sarana melepaskan sesak. Apalagi dirinya tidak memiliki tempat untuk mencurahkan segala keluh kesahnya. Hanya kepada Axton saja ia tanpa sungkan menunjukkan betapa ia dirundung penyesalan. Namun bukan berarti ia bisa dengan mudah menunjukkan sisi rapuhnya.

Seorang laki-laki pun memiliki sisi rapuh, bukan hanya perempuan. Seperti saat ini, Rainero benar-benar sedang dalam titik terendahnya.

...***...

"Halo Mbak Bule cantik, beli bakso krispinya dong 10. Banyakin saos sambalnya ya," ujar salah satu langganan Shenina.

Shenina mengulas senyum kemudian segera mengemas sesuai permintaan si pembeli.

"Mbak Bule, bole Abang nanya sesuatu?"

Shenina lantas menghentikan gerakannya, "Nanya apa? Kalau bisa aku jawab, pasti aku jawab," ucapnya dengan logat bule yang masih kental.

"Ekhem ... Mbak Bule pasti bisa jawab kok. Abang cuma mau nanya, Mbak Bule ini janda ya?"

"Emangnya kenapa kalau janda?" tanya Shenina acuh tak acuh.

"Ya, kalau beneran janda, Abang seneng banget. Soalnya Abang kan ... duda. Kayaknya kita cocok deh. Apalagi Mbak Bule kan nggak lama lagi melahirkan nih, pasti si baby butuh figur seorang ayah. Abang bersedia kok jadi ayah anak yang Mbak Bule kandung. Abang janji akan menyayangi Mbak Bule dan anak-anak Mbak Bule seperti anak kandung Abang sendiri. Gimana? Mau nggak nikah sama Abang?"

Jualan saat ini sedang sepi karena masih jam belajar. Oleh sebab itulah, si pemilik toko kerupuk pun memulai aksinya untuk mendekati Shenina.

"Emang ya, dasar laki-laki serakah, sudah punya istri tiga, masih kurang," celetuk seseorang membuat Shenina melongo pun si pemilik toko kerupuk seketika gelagapan.

Matanya melotot tajam ke arah seseorang yang tengah menatapnya sinis.

"Kau tak perlu ikut campur. Jaga saja toko kamu itu, nggak usah urusin urusan saya!" sentak si pemilik toko kerupuk.

"Kalau saya mau ikut campur kenapa?" jawab laki-laki pemilik toko alat tulis.

Shenina menghela nafas. Padahal sebentar lagi masuk jam istirahat artinya sebentar lagi anak-anak akan menyerbu keluar dan sebagian dari mereka pasti akan ada yang mampir di lapaknya. Tapi kedua laki-laki itu justru bertengkar di depan jualannya.

"Stop! Kalau kalian ingin bertengkar, sebaiknya menjauh. Sebentar lagi jam istirahat. Malu dilihat anak-anak. Udah dewasa tapi kekanakan. Bertengkar tak tahu tempat."

"Maaf Shen, aku hanya ingin laki-laki itu sadar diri. Sudah punya istri tiga, tapi masih kurang aja. Pake ngaku duda lagi. Padahal semua orang juga tahu, dia itu beristri tiga."

"Tak usah sok ikut campur. Terserah mbak Bule dong mau jawab apa. Kalau Mbak Bule mau, kenapa? Sirik aja jadi orang," ucapnya pongah. "Mbak Bule mau kan nikah sama Abang? Abang janji, abang akan bersikap adil. Abang juga tidak akan membeda-bedakan anak-anak Abang dengan anak-anak Mbak Bule."

Shenina menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Dipandanginya laki-laki yang tampak percaya diri di hadapannya itu kemudian menggeleng, "tidak. Sorry, aku tidak berminat. Sekarang silahkan pergi. Tuh, istri kedua Anda sudah datang," ucap Shenina acuh tak acuh sambil menggestur ke arah belakang laki-laki itu menggunakan dagunya.

Laki-laki itu pun segera menoleh ke arah belakang dengan wajah panik. Apalagi saat istri kedua laki-laki itu menyorotnya tajam. Tanpa menoleh ke arah Shenina lagi, laki-laki itupun segera berlari menuju ke arah sang istri yang telah berkacak pinggang.

Shenina dan laki-laki pemilik toko alat tulis pun tertawa melihatnya.

"Hai Shen, aku ada ini untukmu. Terimalah!" ujar laki-laki itu seraya menyerahkan sebuah paper bag ke arah Shenina.

"Apa ini?" Shenina menerima pemberian laki-laki bernama Wayan tersebut.

"Itu ... manisan. Ada manisan buah pala, kiamboi, sama pepaya. Katanya kan perempuan hamil suka makan manisan gitu. Semoga kamu suka," ujarnya seraya tersenyum simpul.

"Ah, benarkah? Terima kasih. Tapi please, jangan terlalu sering kasi aku sesuatu. Aku aja nggak pernah kasi kamu apa-apa, tapi kamu justru terlalu sering kasih ini dan itu."

"Nggak perlu sungkan. Aku suka saja melakukannya. Kamu nggak lupa kan alasanku suka melakukan ini?"

Ya, Wayan bilang melihat Shenina yang tengah hamil mengingatkannya pada mendiang sang istri yang meninggal karena kecelakaan saat hamil. Oleh sebab itu, ia suka memberikan berbagai macam makanan karena membuat hatinya merasa senang.

"Hemmm ... tapi nggak begitu juga. Eh, apa ini?" Tiba-tiba saja Shenina menemukan dua lembar kertas di dalamnya. "Tiket?"

"Ya, kamu mau kan nonton denganku besok?"

"Aku ... "

"Udah, terima aja. Kapan lagi waktunya kamu bersenang-senang. Ingat, ibu hamil itu harus selalu bahagia," cetus seseorang membuat Shenina terkejut sebab tahu suara siapa itu.

"Disti, datang-datang ngejutin aja."

Adisti terkekeh kemudian merangkul pundak Shenina, "gimana? Mau kan? Lumayan lho, yang temenin mas Wayan ganteng. Dia itu idola di sini. Kamu beruntung bisa diajak nonton sama dia. Ayolah Mbak Bule, mau ya! Mau ya!" bujuk Adisti membuat Wayan tersenyum lebar seraya mengacungkan kedua jempolnya yang dibalas Adisti dengan kerlingan mata.

"Ya udah deh. Aku mau," sahut Shenina yang sukses membuat Wayan berseru kegirangan.

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

1
Atmita Gajiwi
/Smile//Determined//Kiss//Rose/
salmah asri
🤭🤭🤭
pipin bagendra
kalo orang kaya gabut nya beda ya 😁😁😁
salmah asri
luar biasa
Cindy Cindy
Luar biasa
salmah asri
🥳🥳🥳❤️❤️❤️
Wiwinsutarsih Winsu5282
kasian s Jesica SDH jatuh tertimpa tangga pula🤦
salmah asri
rain ngidam🤭
salmah asri
kasihan shenina😥
chan
Detektifnya abal2 sih.Harusnya dari awal pencarian,cari kesana juga.
chan
panggilannya ganti ke AX aja yah thor seperti awal baca, kalau TON itu bacanya kurang pas githu😁
Aisyah Isyah66
Luar biasa
Wiwinsutarsih Winsu5282
paling muak SMA cewe bermuka 2 kaya s Jesica 😏bpknya bodoh mau aja d bodohi SMA pembantu SMA anknya😏🤦
Sumiati 32
perusahaan Mark nih
Adisti mark
Sumiati 32
cleaning service , pasti Rose
Nur Rahmawati
kesian
Sri Astuti
keren Jen.. luarbiasa
Sri Astuti
okelah klo bgt
Sri Astuti
hahaha... naik trail otomatis membantu terbukanya jln lahir.. untung ga brojol di jln.. 🤣🤣🤣🤣
Sri Astuti
setidaknya Eve menyadari kesalahannya dan menrbus dgn memberi kehidupan pd anak semata wayangnya...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!