Bagaimana rasanya mencintai seorang pembunuh?
Bermula dari cerita masa kecil (1-7 bab) kedatangan Ray dengan ibu nya menjadi keluarga tiri Yara di mana Yara sangat akrab dengan mereka
Kerna suatu masalah Ray kabur dari rumah meninggalkan Yara yang selalu menantinya
10 tahun kemudian Yara bertemu dengan seorang pembunuh yang ternyata senior di sekolah nya, Yara mengancam nya lalu berakhir di sekap di tengah hutan yang berbahaya di mana Yara tidak bisa lari dan hidup berdua dengan pembunuh yang ternyata adalah Ray sang kaka tiri yang selama ini Yara cari
#Kriminal
#Romantis
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinnaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
“Gha sini tangan mu aku obati,” tawar Javer.
Agha duduk terdiam dengan tatapan hampa, ia seperti tidak merasakan sakit padahal punggung tangannya terus mengeluarkan darah.
“Berdoa pada tuhan agar adik adikmu ditemukan dalam keadaan hidup, selain berusaha kita juga harus berdoa.” Dengan lembut Javer berusaha agar Agha tidak murung seperti ini terus.
“Kau benar Ver, tidak ada waktu untuk berdiam diri, aku yakin akan bertemu dengan adik-adik ku lagi dalam keadaan masih hidup tanpa cacat,” jawab Agha berusaha menguatkan diri dengan berpikir positif.
“Adik lu cantik cantik Gha nanti jodohin kami dengan mereka, ya?” canda Dario sambil merangkul Javer.
“Hahah boleh tu,” sambung Javer.
“Enggak,” jawab Agha tegas. Javer dan Dario tertawa, Dario mengatakan hal itu untuk menambah positif thinking Agha akan adik-adiknya yang hilang bahwa mereka akan kembali.
![](contribute/fiction/4976371/markdown/34079461/1655718515953.jpg)
Sebuah mobil hitam melaju kencang di jalanan nan sepi yang jarang dilalui orang kerna kisah mistisnya, di dalamnya seorang pria tampak senang dengan bersenandung lagu kesukaan sambil menyetir tanpa rasa takut sedikit pun.
Tak lama kemudian dia berhenti dan turun dari mobilnya untuk membuka bagasi menyeret seorang wanita yang terikat dalam keadaan masih sadar.
“Ku mohon ampuni nyawaku, aku akan memberikan apapun asalkan kau membiarkan aku hidup,” pintanya sambil bersujud.
SREK.
Leher wanita itu disayat hingga darahnya muncrat ke mana-mana sedangkan tubunya kejang kejang seperti ekor cicak yang terputus, beberapa detik kemudian ia mati.
Ray mulai membedah tubuh wanita itu untuk mengambil organ yang ia inginkan.
Di dalam mobil, Yara baru saja sadar dari pingsan tubuhnya terasa kaku kerna ia terlalu lama pingsan dalam keadaan terikat.
“Di mana ini?” Yara celingak celinguk menelusuri pandangan ke arah sekitar, banyak pepohonan serta embun tebal terlihat dari balik jendela kaca mobil.
Saat Yara menoleh ke kiri Yara dapat melihat punggung Ray kerna pria itu menghadap ke belakang.
“Wanita?” Yara menutup mulut nya setelah menyadari apa yang Ray lakukan, ketakutan mulai melanda berpikir kalau ia target selanjutnya.
Yara melihat ada pisau dekat stir mobil, berusaha Yara meraihnya, setelah mendapatkan pisau itu Yara berhasil melepaskan tali yang ada di kaki tangan nya.
Perlahan Yara membuka pintu mobil selagi Ray sedang sibuk.
KRAK
KRAK
Daun kering yang Yara pijak menciptakan bunyi yang membuat Ray menoleh ke arah Yara sambil tersenyum.
![](contribute/fiction/4976371/markdown/34079461/1655718515957.jpg)
Yara langsung berlari ke dalam hutan mencoba menghilangkan jejaknya.
“Dasar kucing nakal,” Kekeh Ray. “Aku urus ini dulu nanti aku akan menyusul mu!” teriak Ray yang mungkin masih didengar oleh Yara yang menjauh.
1 jam kemudian.
Fajar sudah tiba dengan cahayanya yang masuk diantara rimbunnya dedaunan pohon di hutan.
Yara terduduk bersandar di pohon karena merasa lelah, ia terengah-engah dengan napas yang tidak beraturan. Dalam benaknya, ia selalu meminta tuhan untuk membantu dan mengasihinya , suara isakan tangis dengan tubuh yang meringkuk benar benar terlihat menyedihkan.
Tiba tiba.
“Ah di sini ternyata kau,” ujar Ray sambil tersenyum menepuk pundak Yara dari belakang.
“Kau!” kaget Yara langsung berdiri.
Ray langsung memegang tangan Yara yang ingin kabur lagi.
“Lepaskan!!” bentak Yara.
“Tidak.”
“Aku janji tak akan mengatakannya pada siapapun,” pinta Yara memohon.
“Aku tidak akan percaya lagi.”
BRUK
“Aww” Teriak Ray, Yara memukul kepalanya dengan kayu lalu berlari lagi.
“Kau membuat ku marah Yara!” tekan Ray.
Dalam waktu 30 detik saja Ray sudah berhasil menggapai tangan Yara, kerna Yara terus memberontak Ray langsung memukul leher Yara hingga pingsan.
Tbc.