NovelToon NovelToon
Gairah Sang Papa Angkat

Gairah Sang Papa Angkat

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Cinta Terlarang / Cerai / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:26.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ni Luh putu Sri rahayu

menjadi sukses dan kaya raya tidak menjamin kebahagiaanmu dan membuat orang yang kau cintai akan tetap di sampingmu. itulah yang di alami oleh Aldebaran, menjadi seorang CEO sukses dan kaya tidak mampu membuat istrinya tetap bersamanya, namu sebaliknya istrinya memilih berselingkuh dengan sahabat dan rekan bisnisnya. yang membuat kehidupan Aldebaran terpuruk dalam kesedihan dan kekecewaan yang mendalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Luh putu Sri rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Aldebaran duduk di meja makan kepalanya tertunduk dalam, bahunya sedikit gemetar menahan rasa bersalah yang terus menggerogoti hatinya.

Setelah ia selesai makan Aldebaran membereskan meja dan pergi ke kamar pribadinya, ruangan itu luas dengan tempat tidur besar ukuran king di tengah ruangan, dengan cahaya temaram dari lampu meja di sisi tempat tidur dengan di hiasi furnitur mewah dan eksklusif. Namun, kemewahan itu tidak bisa menghibur hatinya yang berantakan.

Ia menutup pintu dengan gerakan lambat, tampak raut kelelahan di wajahnya. Ia melempar tas kerjanya di tempat tidur dengan gerakan malas. Kemudian ia melonggarkan dasinya sebelum melepasnya dan melempar dasi itu sembarangan.

Kemudian, ia melangkah ke dalam kamar mandi yang berada di sudut ruangan. Kamar mandi itu memiliki pintu kaca buram dengan dinding marmer mewah dan furnitur berkelas. Aldebaran melepaskan pakaiannya sebelum ia memutar keran air.

Ia membiarkan air dingin membasahi kepala, wajah, dan tubuhnya yang berotot, seolah ia berharap air itu bisa membersihkan setiap kesalahan, dosa, dan pikiran kotornya terhadap Lilia, namun ia tahu itu mustahil.

"Kau... Benar-benar monster, Aldebaran. Dia hanya anak SMA... Apa yang kau harapkan darinya? Dari bocah 16 tahun seperti dia." Kata Aldebaran, Kedua telapak tangannya bertumpu pada permukaan dingin dinding marmer kamar mandi, sementara itu air terus membasahi tubuhnya.

"Dia putrimu, Aldebaran... Gadis kecil yang seharusnya kau lindungi..."

Aldebaran sudah tidak bisa menyangkal bahwa ia telah jatuh cinta pada Lilia—putri angkatnya, ia tahu apa yang sedang ia rasakan terhadap Lilia saat ini salah, tapi ia tahu betapa bejat tindakannya terhadap Lilia.

Aldebaran merasa sesak di dadanya setiap kali ia mengingat betapa lembut dan hangat bibir kecil Lilia di bawa bibirnya dan setiap reaksi polos gadis itu saat merespon dirinya.

"Aku... Aku benar-benar mencintainya..." Akunya, namun ia tahu betapa tercelanya perasaan yang sedang ia rasakan terhadap Lilia. "Aku tidak bisa seperti ini, aku... Aku harus menjauh dan menjaga jarak yang pantas sebagai seorang ayah... Tapi apa dia akan tetap menganggap ku sebagai ayahnya?" Gumam Aldebaran, seolah ia ingin mendapatkan jawaban atas pertanyaannya yang sudah pasti jawabannya ia ketahui. Ia tahu mungkin saja Lilia akan membencinya dan menjaga jarak dengannya.

Tak peduli seberapa keras Aldebaran mencoba untuk tetap berpikir waras namun hatinya mengkhianati setiap logikanya. Tangannya mengepal di dinding marmer hingga buku-bukunya memutih.

Ia masih merasakan dengan jelas betapa lembut kulit gadis itu di ujung jari-jarinya yang membuat Aldebaran tidak bisa melupakan sensasi sentuhannya. Namun, saat pikirannya kembali kejadian pagi ini, ia melihat bagaimana Lilia menatapnya dan tamparan keras di wajahnya membuat Aldebaran sangat membenci dirinya sendiri, mengingat betapa bejat dan kotor pikirannya.

Aldebaran, tahu betapa salah perasaanya saat ini terhadap Lilia, di mana ia yang seorang ayah jatuh cinta terhadap putri angkatnya sendiri dan ia tahu Lilia pasti membencinya.

Bayangan wajah Lilia yang ketakutan dan air mata yang membasahi pipinya kembali menghantui pikiran Aldebaran.

"SIAL!!"

Ia menghantam dinding marmer hingga menimbulkan suara dentuman yang bergema di dalam kamar mandi mewah itu. Ia merasakan sakit di tangannya, namun tidak cukup untuk menghilangkan rasa bersalah dan betapa tercelanya dirinya, berharap rasa sakit itu bisa mengalihkan sesak di dadanya. Tapi ia tahu itu mustahil mengetahui dosa yang terlah ia perbuat pada Lilia—anak angkatnya.

"Jika cinta ini anugerah, kenapa? Kenapa kau buat aku tersiksa seolah yang aku rasakan ini adalah kutukan?" Aldebaran bergumam di bawah nafasnya, suaranya pecah oleh beban yang terus menghimpit.

Ia menunduk dalam, merasakan air dingin dari shower yang terus membasahi tubuhnya yang tinggi dan berotot, ia berharap dingin air yang terus mengalir di tubuhnya bisa menenangkan badai dalam dirinya. Hatinya bergetar tiap kali ia melihat Lilia—putri angkatnya yang telah ia besarkan dengan sepenuh hati.

Lilia adalah gadis yang cerdas, lembut, dan penuh kehidupan. Namun, justru itu lah yang membuatnya terjebak dalam perang batin yang tak berkesudahan.

"Apa yang salah dengan diriku?" desah Aldebaran, jemarinya mengepal di dinding marmer hingga buku-bukunya memutih. "Aku ayahnya. Aku yang seharusnya melindunginya, mengarahkan hidupnya, bukan terperangkap dalam perasaan kotor seperti ini."

Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, merasa jijik pada dirinya sendiri. Setiap senyuman Lilia, setiap tawa kecilnya yang polos, hanya memperdalam luka di hatinya.

Bagaimana mungkin sesuatu yang begitu murni dan tak bersalah menjadi sumber dari dosa besar ini?

"Aku telah gagal," bisiknya dengan suara serak, seolah bicara kepada kekosongan. "Aku tidak pantas menjadi ayahnya. Tuhan... Jika cinta ini salah kenapa kau biarkan aku merasakannya? Mengapa kau biarkan aku jatuh ke dalam jurang yang tak berujung ini?"

Ia tahu ia tidak akan pernah bisa mengungkapkan perasaan ini. Tidak kepada siapapun. Cintanya pada Lilia adalah cinta yang harus ia bawa sebagai beban, tersembunyi di balik topeng seorang ayah. Tapi seberapa lama ia bisa menahan semuanya? Seberapa lama ia bisa bertahan sebelum kehancuran itu datang dan menelan segalanya?

Air terus membasahi tubuhnya, menemani isakan pelan Aldebaran. Ia merasa seperti telah kehilangan dirinya sendiri, hilang di antara cinta dan dosa yang menggerogoti jiwanya.

Sementara itu, di dalam kamar Lilia, gadis itu tampak sedang berbaring di atas tempat tidur sambil memeluk bantal. Kamar itu penuh dengan hiasan kecil bernuansa warna biru pastel yang lembut, beberapa boneka beruang di tempat tidur yang dulu pernah menjadi hadiah yang di berikan Aldebaran padanya.

Saat itu Lilia melihat Aldebaran sebagai seorang ayah yang baik, selalu memenuhi keinginannya, selalu memberikan tempat ternyaman untuknya pulang. Di mata Lilia Aldebaran adalah ayah angkat yang sempurna.

Namun semua itu berubah ketika Aldebaran memaksakan dirinya menandai Lilia dengan ciuman yang menuntut dan memaksa nyaris putus asa seperti seorang pria yang lapar. Seketika saat itu sosoknya sebagai seorang ayah lenyap di dalam kabut hasrat seorang pria yang penuh kebutuhan.

Lilia memeluk bantalnya semakin erat saat ia membayangkan kembali kejadian pagi tadi, bagaimana bibir pria itu menekan dan menuntut dengan putus asa di atasnya bibir mungilnya.

"Papa... kenapa papa melakukan itu? Apa karena Papa kesepian? Papa tidak mungkin menginginkan Lilia seperti itu." Pikirnya dalam hati, mencoba mempertahankan kepercayaannya terhadap Aldebaran sebagai sosok ayah yang baik dan tak tercela di matanya, namun kenyataan di depan mata gadis itu mulai mengaburkan sosok Aldebaran sebagai seorang ayah yang sempurna.

"Mungkin saja, Papa kesepian..." Gumam Lilia pelan, ia mengingat selama ini Aldebaran tidak pernah dekat dengan wanita manapun selain dengan dirinya yang pria itu anggap sebagai putrinya. Lilia berpikir Aldebaran melakukan itu karena ia sedang kesepian dan membutuhkan seseorang untuk menemaninya, dan yang ia tahu itu pasti bukan dirinya.

Tapi Lilia tidak bisa melupakan ciuman itu. Ia menyentuh bibirnya dengan lembut seolah masih merasakan bagaimana ayah angkatnya memaksa dan menuntut ciuman itu pada dirinya dan bagaimana lidah pria itu menggali kedalam mulutnya, dan sentuhan yang posesif pria itu pada tubuhnya dan cara jari-jari pria itu menggali di permukaan dagingnya yang lembut.

Bersambung....

1
Soraya
9+8 berarti usia lilia 17 dh SMA lilia
Naya
cihh🙄
Soraya
tinggi amat Aldebaran sampe 205 kaya raksasa
Soraya
knp gak kmu adopsi lilia Aldebaran
Soraya
mampir thor
ARIES ♈: terimakasih kak sudah mampir..🥰🥰
total 1 replies
dewi rahmawati
antara syg dn cinta itu tipis setipis tisu yg bsh bila diambil robek... 👉❗👈
Bunda
nyimak kak 🙏🏻
DonnJuan
keren kak
Elizabethlizy
kalo berkenan mampir juga yaa kelapak ku makasih
Erlin
mampirr balikk kaaa, semangattt
Erlin
semangat kaa, ceritamu kerenn, dan jangan lupa mampir yaaa
🌀Šãîďãh Ñõõř💞
aldebaran .... oh aldebaran ... andin mengkhianatimu jadian lagi sama lilia... heheh semangat thorrr
Serenarara
Lagian sekelas CEO masa kasih yang diskon? /Chuckle/
ARIES ♈: kata papa "Lilia, kita harus berhemat, tanggal tua! kalo gak mau jatah skincare-nya papa potong." 🤭🤭
total 1 replies
Author Sylvia
jangan buat Aldebaran jadi cowok plin plan dan playboy ya Thor.
sukses buat novelnya, jangan lupa support baliknya di novel baru aku ya 🙏☺️
dewi rahmawati: play boy boleh klo single klo sdh beristri jgn
ARIES ♈: terimakasih dukungannya kak, di usahain... biar gak play boy..🫠🫠
total 2 replies
Serenarara
Dasar nggak peka, huh. /Smug/
Serenarara
Wayolo...dia pedo thor?
Serenarara
/Sweat/ Pak, please lah...waras dikit kek
Serenarara
Hajar bang hajar!
Little Fox🦊_wdyrskwt
keren... ceritanya bagus/Determined/
Little Fox🦊_wdyrskwt: wau oke
Ree.Pand: say...polbek..😆😆
total 2 replies
Little Fox🦊_wdyrskwt
semanngat mampir juga say
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!