Kisah seorang wanita yang mencari kebahagiaan setelah perceraian.
Kara Gantari seorang gadis yang menikah dengan Adi Saputro karena permintaan sang kakek disertai ancaman tidak akan mendapatkan warisan. Setahun kemudian Kara diceraikan oleh Adi karena sudah mendapatkan warisannya.
Pertemuannya dengan seorang CEO yang gesrek, pecinta dangdut, melokal luar dalam, membuat Kara pusing tujuh keliling tapi Rayden adalah pria yang sangat memuja Kara. Kehidupan keduanya pun diuji dengan tragedi.
Apakah Kara dan Rayden akan menemukan kebahagiaannya?
Cerita ini murni halu milik author
Follow Ig ku di hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Boss Bucin
Kara sedikit berlari ketika telepon dari Rayden berbunyi tanpa henti. Gara-gara tadi dirinya harus memeriksa beberapa jadwal kepegawaian untuk acara gathering sebuah perusahaan, Kara melupakan janji makan siang bersama suaminya.
Mobil Innova hitam sudah tiba di lobby hampir sepuluh menit tapi karena tahu siapa yang di dalam, pihak front hotel tidak berani meminta mobil itu pindah.
Kara mengucapkan terimakasih kepada pihak front yang mengijinkan mobil suaminya tetap disana lalu masuk ke dalam mobil.
Di dalam Rayden langsung Melu*mat bibir istrinya yang seolah menjadi mood booster dirinya sedangkan dua asisten jomblowan hanya bisa mengelus dada mendengar suara dua bibir beradu. Rafli segera menjalankan mobilnya agar konsentrasi nya bisa berpindah ke jalan raya sedangkan Jake mengumpat dalam hati sembari menyumpal telinganya dengan airpods.
"Kamu tuh kemana saja? Lama banget!" omel Rayden setelah puas mencium bibir istrinya yang tampak sedikit bengkak akibat ulahnya.
"Ish, aku kan beresin kerjaan dulu mas. Mau ada gathering sebuah perusahaan besar Minggu depan jadi aku harus atur jadwal bersama Bu Sophia supaya lancar semua" jawab Kara sembari membetulkan pakaiannya yang agak kusut karena tangan Rayden yang usil.
"Boss, kita mau makan siang dimana?" tanya Rafli.
"Seasonal Westin saja" jawab Rayden.
"Oke."
Rayden meraih tangan Kara dan menggenggamnya erat sembari menciuminya.
"Gimana pekerjaan mas hari ini? Banyak kah?" tanya Kara sambil menatap wajah suaminya.
"Banyak bikin males. Marahin tuh si Jake sayang, bikin mas letoy" keluhnya.
Jake dan Rafli hanya melengos. *Durjana nih boss reseh!
"Letoy? Seriously*?" kekeh Kara. "Kasihan." Rayden lalu meletakkan kepalanya di bahu istrinya.
"Asistenku jahat semua, sayang. Suamimu yang paripurna rajin menabung ini diforsir untuk terus bekerja dan mengurus semuanya sedangkan mereka hanya mondar mandir nunggu mas selesai memeriksa semuanya" adu Rayden dramatis.
"Pitenah ih si boss!" protes Jake.
"Lho kok lu denger Jake? Bukannya elu pake airpods ya tuh kuping?" celetuk Rayden.
"Boss, kalau di pitenah seperti itu otomatis auto kedengaran, jernih pula!" sungut Jake sebal.
"Lha kamu sih! Kasih pekerjaan gak habis-habisnya!"
"Biasanya boss juga nggak ngeluh. Semenjak sudah sama Nona Kara langsung lebay bin melunjak!" ledek Jake.
"Fix, aku potong gajimu bulan depan!"
"Saya tinggal laporan ke Nona Rayna kalau adiknya Durjana sama saya" cengir Jake.
"Nanti paling boss disuruh milih, pulang ke Tokyo atau dipindah ke India karena kita ekspansi kesana" timpal Rafli.
Rayden memincingkan matanya kesal dengan dua asisten durjananya tapi dia memang tidak bisa melawan kakaknya kalau soal bisnis.
"Sayang, kamu tuh nggak boleh begitu. Kamu itu punya tanggungan banyak lho karena kamu memimpin perusahaan yang dimana banyak orang tergantung di dalamnya. Mereka bekerja untukmu, memberikan keuntungan untuk mu dan perusahaan agar mereka mendapatkan feedback untuk memberikan kebahagiaan bagi keluarganya. Jangan egois ya" bujuk Kara agar tidak terjadi keributan lebih lanjut.
"Kamu benar sayang. Aku yang salah" jawab Rayden yang sukses membuat Jake dan Rafli menganga tidak percaya. Seorang Rayden Louis Takahashi bisa mengaku salah?
Jake sampai harus memutar kepalanya untuk melihat si boss yang dengan santainya meletakkan kepalanya di mantan janda kembangnya.
'Astaghfirullah si boss benar-benar kena pelet.'
***
Mobil Innova hitam itu sampai di hotel Westin Jakarta dan Rayden langsung menggandeng Kara menuju restauran yang dituju.
Kara yang baru pertama kali datang kemari tampak terpesona dengan interior dan pemandangan kota Jakarta dari jendela restauran. Rayden yang melihat istrinya sangat antusias melihat pemandangan dengan cueknya memeluk tubuh langsing itu dari belakang.
"Suka?" bisik Rayden.
"Suka tapi pasti mahal ya?" bisiknya.
"Cuma 0,000 sekian persen dari black cardku kok" jawab Rayden enteng. "Lagipula aku lebih suka bawa istriku kemari daripada orang lain."
"Mantan?" tanya Kara.
"Never. Aku pertama kali kesini karena undangan dari seorang relasi dan itu pun aku datang bersama Jake. Berapa kali mantan minta kesini tapi aku selalu bilang sibuk. Eh sekarang malah aku ajak istriku kemari. Lebih nikmat rasanya."
Kara menolehkan wajahnya ke arah Rayden yang masih menatap pemandangan kota Jakarta lalu mencium pipinya. "Terimakasih sayang."
Rayden tersenyum mesra melihat istrinya. "Sama-sama Kara Santanku."
***
Usai makan siang, seperti biasa Rayden mengantarkan istrinya kembali bekerja meskipun hatinya tidak ingin melihat Kara mencari uang tapi Rayden tidak mau mengekang istrinya sebab dia tahu apa pekerjaannya.
Rayden mendukung karier Kara karena dia tahu itu adalah kebanggaan istrinya yang mampu mencari uang sendiri meskipun sekarang dia tidak terlalu membutuhkan karena Rayden bisa memenuhi kebutuhannya.
Kara mencium punggung tangan suaminya yang dibalas oleh Rayden ciuman di kening karena Kara tidak mau lipstiknya rusak. Setelahnya Kara berpamitan kepada Rayden, Jake dan Rafli.
Rayden menatap punggung istrinya yang berjalan dengan langkah anggun merasa sangat beruntung mendapatkan janda kembang kesayangannya.
"Pulang kantor, Raf" ucap Rayden.
"Baik boss."
***
Rayden mengerenyitkan dahinya ketika membaca pesan dari Kara bahwa dirinya lembur dan baru selesai jam tujuh malam. Pria itu langsung menelpon istrinya.
"Kamu lembur?" tanya Rayden setelah menjawab salam Kara.
"Iya tuh mas. Aku, Bu Sophia dan Mbak Tara masih disini."
"Ya sudah, nanti mas jemput jam tujuh malam. Biar si Jake ikutan lembur juga!"
"Jake dikasih uang lembur ya mas."
"Ga usah, dibeliin nasi kerak selesai!"
"Astaghfirullah, mas! Masa nasi kerak?"
"Ya udah sama martabak!"
"Sebenarnya mas yang pengen apa bawa-bawa Jake sebagai pengalihan modus?"
"Emang penting ya?" sahut Rayden.
"Terserah babang Rayden daaahhh!"
Lama-lama Kara bisa darting sama suaminya dan membuat dirinya tidak selesai bekerja.
"Sudah ah aku lanjut dulu. Ditunggu kedatangannya jam tujuh ya mas."
"Oui, my Cheri" jawab Rayden.
"Hah? Mas pengen makan Cherry?"
Rayden menepuk jidatnya.
***
Jam tujuh malam Rayden sudah sampai di lobby tempat Kara bekerja bersama Jake yang harus menemani boss ajibnya.
"Boss, tumben nona Kara lembur" ucap Jake.
"Katanya mau ada gathering perusahaan besar jadi semua harus tertata rapi" sahut Rayden sembari membaca gerakan saham dari ponselnya.
Tiga orang wanita beda usia pun tampak berjalan menuju ke lobby dan Jake menyenggol bossnya.
"Sudah lama mas?" suara yang membuat Rayden selalu tersenyum.
"Barusan kok." Rayden langsung berdiri dan memeluk istrinya. "Bu Sophia."
"Tuan Louis. Perkenalkan ini Tara salah satu asistenku." Tara mengulurkan tangannya namun Rayden hanya menganggukan kepalanya dan Tara sedikit kikuk salah tingkah.
"Kami duluan." Rayden pun menghela istrinya dan Jake mengangguk kepada kedua wanita di hadapannya.
Setelah mereka pergi, Tara meluapkan kekesalannya. "Sombong amat suaminya Kara!"
"Bukan sombong, tapi tuan Louis memang begitu tidak pernah menyentuh wanita lain jika dengan pasangannya." Sophia menepuk bahu Tara. "Jangan sekali-kali berpikir kamu akan berbuat macam-macam kepada Kara."
Tara hanya terdiam.
***
Yuhuuu Up Siang Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️