Demi mendapatkan uang untuk biaya operasi transplantasi ginjal ibunda tercinta, Arini rela menjadi teman ranjang atasannya, Sean, selama setahun.
Selama menikah dengan Arini, Sean bersikap sesuka hati tanpa memikirkan perasaan Arini sedikit pun. Arini terbelenggu oleh beragam aturan yang diberikan Sean, dilecehkan dan dihina, termasuk oleh Monica, kekasih Sean.
Sedihnya, setelah semua pengorbanan yang sangat menyakitkan, sang ibunda justru berpulang dan Arini terus diperbudak oleh Sean. Entah sampai kapan. Mungkin sampai hati Sean melembut tersentuh oleh cinta yang datang tanpa diundang? Atau, sampai Arini cukup kuat untuk melawan dan melarikan diri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon el Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amira
Arini menghela nafas, kekuatannya untuk berdebat dengan Sean hilang entah kemana. Kini yang ada Arini yang gugup karena bisikan lembut Sean.
"Apa?" tanya Arini dengan memejamkan matanya, merasakan setiap sentuhan bibir Sean yang berkelana di lehernya.
Tanpa sengaja suara penuh kenikmatan keluar begitu saja tanpa aba-aba dari mulut mungil Arini.
"I love you Arini," bisik Sean
Arini hanya terdiam lagi-lagi dia tidak membalas kata cinta Sean.
"Kenapa kamu tidak membalas kata-kata cintaku?" tanya Sean
"Haruskah aku membalas ungkapan cintamu tuan suami?" tanya Arini
"Of course aku ingin mendengarnya dari mulutmu," jawab Sean
Bukannya tak ingin membalas namun Arini masih ragu dengan perasaanya yang naik turun tak menentu, semua juga karena sikap Sean yang tidak konsisten.
"Tunjukkan padaku kalau cintamu patut dibalas," sahut Arini
Sean membalikkan badan Arini, "Baiklah akan aku tunjukkan kekuatan cintaku padamu,"
Arini hanya tersenyum,
"Kalau begitu perbaiki hubunganmu dengan keluargamu," pinta Arini
Awalnya Sean ragu untuk memperbaiki hubungannya dengan kelaurga besarnya terutama dengan papanya namun demi Arini dia mau melakukannya.
"Baiklah," sahut Sean.
Arini tersenyum penuh kemenangan.
Sean membawa Arini ke tempat tidur dengan tersenyum licik.
"Kamu mau apa?" tanya Arini dengan gugup
"Melakukan kewajiban ku untuk memanjat mu, memangnya mau apa lagi," jawabnya
Permainan panjat pinang tak bisa terelakkan, Arini sangat menikmati setiap sentuhan dari Sean sehingga bibirnya meloloskan d*e*s*a*h*a*n d*e*s*a*h*a*n penuh kenikmatan.
Mama datang kembali ke kamar Sean untuk mengajak Arini makan siang namun beliau tidak mengetahui kalau Sean ada di dalam.
Saat membuka pintu mata mama harus ternodai dengan melihat keperkasaan Sean memanjat Arini.
Mama yang kaget seketika langsung menutup pintu kembali, "Kenapa pintunya nggak di kunci sih Sean Arini," gumam mama.
Mama kembali lagi ke meja makan dimana Ben dan Oma sudah menunggu.
"Mana bocah kurang ajar itu?" tanya Oma
Mama bingung harus bilang apa,
"Itu ma, mereka masih sibuk dengan urusan mereka," jawab Mama ambigu
Papa dan Oma saling pandang, tidak mengerti dengan maksud mama yang sibuk dengan urusan mereka.
"Apa sih sayang maksud kamu?" tanya papa
"Itu Lo pa, Sean dan Arini sedang....," belum sempat melanjutkan kata-katanya papa memotong
"Yes yes i know honey," sahut papa
Tinggal Oma yang masih belum paham namun dia masa bodoh.
Sean dan Arini masih dibuai dengan gejolak panas mereka, saling memburu untuk segera mendapat pelepasan mereka
"Apa kamu mau memimpin?" tanya Sean yang masih terus memaju mundurkan pinggulnya.
Arini menggeleng, meskipun menggeleng Sean tetap merubah posisi mereka yang kini berganti Arini yang di atas.
Walaupun di atas tetap Sean yang memimpin dari bawah.
Tak selang beberapa lama, mereka mengakhiri kegiatan panjat pinang mereka.
Puas mengumpulkan udara sebanyak-banyaknya, Arini dan Sean pergi membersihkan diri setelah itu turun ke bawah.
Kebetulan mama, Oma dan papa berkumpul di ruang keluarga. Arini dan Sean ikut bergabung bersama.
"Sean," panggil papa
"Iya pa," sahut Sean
Papa dan Sean pindah tempat untuk bicara berdua,
"Segitu marah kan dirimu pada papa sehingga begitu saja pergi tanpa pernah mengunjungi papa mu ini?" tanya Papa dengan raut wajah yang berubah
"Bukan begitu pa," jawab Sena menyangkal
Sean dan papanya saling peluk,
"Besok kalau kamu begini lagi papa akan ambil Arini," ancam papa
Sean melepaskan pelukannya dan menatap tajam papanya
"Mana boleh seperti itu, dia milikku papa kan sudah punya mama," gerutu Sean
Papa hanya tertawa melihat keposesifan Sean terhadap Arini.
"Anak papa yang suka bermain dan berganti perempuan ternyata sekarang jatuh cinta dengan wanita yang jelek, berkaki pendek seperti bebek pokoknya nggak ok lah," ejek papa
Sean nampak kesal dengan papanya
"Papa jangan bilang begitu bagi Sean dia tetap yang terbaik," ucap sean tidak terima.
"Yakin, bagaimana dengan Amira," sahut papa Sean.
Sean terdiam saat papanya menyebut nama Amira, ingatan tentang Amira kembali lagi menyeruak dalam pikiran Sean.
Ben Bryan tersenyum sambil menepuk bahu Sean dan berlalu sedangkan Sean masih setia di tempatnya dia berdiri dengan pikiran yang kembali berkecambuk.
Arrgggg
Sean menendang dinding dengan kakinya sehingga dia memekik kesakitan sendiri.
"Papa brengsek," umpatnya merutuki papanya.
Seusai makan siang, Arini dan Sean pulang ke rumah mereka.
Mama dan Oma tersenyum lega karena Sean sudah kembali lagi.
"Meskipun anak itu kurang ajar tapi dia sungguh tulus dan berkat dia kini Ben dan Sean berbaikan," kata Oma
Mama Sean tersenyum
"Iya ibu, aku sangat bahagia. Aku mengira Sean tidak akan menganggap kita lagi namun kedatangan Arini kembali mengutuhkan keluarga kita lagi," sahut mama
Papa Sean yang datang langsung memeluk istrinya,
"Aku lihat kamu sangat bahagia, apa karena Sean?" tanya Ben
Fatma/mama Sean mengangguk, "Apa lagi kalau bukan itu, dia adalah sumber kebahagiaanku," jawab mama Sean
"Jadi aku bukan sumber kebahagiaanmu?" tanya Ben lagi
"Kamu juga sayang, namun tetap Sean yang nomor satu," jawab Mama Sean dengan tersenyum.
Karena gemas Ben mencium istrinya di depan ibunya sehingga membuat Oma menggelengkan kepala, "Nggak anak nggak papa sama saja, apa semua orang bule mesum begini," oceh Oma lalu masuk ke dalam.
Ben yang masa bodoh melanjutkan aksinya bahkan dia membawa istrinya masuk ke kamar, ntah apa yang mereka lakukan hanya mereka yang tahu.
Di dalam mobil Arini tersenyum bahagia, Sean yang menatapnya ikut tersenyum juga.
"Kamu senyum-senyum sendiri apa yang kamu pikirkan? apa kamu memikirkan panjat pinang tadi?" tanya Sean dengan terkekeh
Arini melirik dengan lirikan tajamnya
"Dasar cabul, apa yang ada di otakmu hanya panjat pinang dan panjang tebing," omel Arini
Sean semakin gemas dengan Arini, ingin rasanya dia menepikan mobilnya dan memanjat Arini kembali.
"Tuan suami boleh aku tanya sesuatu?" tanya Arini
Sean mengerutkan alisnya, "Apa?" tanya Sean balik
"Saat aku melihat foto fotomu tadi aku melihat foto seorang wanita diantara kamu dan pak Daffa siapa dia?" tanya Arini
Sean terdiam sejenak, "Kamu kepo sekali," jawab Sean yang membuat Arini kesal
"Ya sudah kalau nggak kamu jawab, lagipula nggak penting buat aku," oceh Arini lalu memalingkan wajahnya keluar jendela
"Menjengkelkan sekali," umpatnya.
Sean menghela nafas dalam
"Dia adalah Amira, sahabat kami dari kecil," kata Sean
Arini memutar kepalanya menatap Sean, "Cuma sahabat?" tanya Arini lagi
Mendengar pertanyaan Arini membuat Sean kesal
"Kalau tidak percaya ya sudah," kata Sean dengan nada agak tinggi.
"Nggak udah ngegas gitu, kenapa kamu sewot sekali!" maki Arini
Sean yang kesal memukul setir mobilnya begitu pula dengan Arini yang melemparkan tatapannya keluar jendela. Lagi-lagi dia bingung dengan sikap Sean baru saja lembut sekarang cari gara-gara lagi.
apakah mantan nya Nick
kulit bersentuhan ada efek sampingnya
eh Sean malah frustasi lihat kelakuan nya Arini pada hantu🤣🤣