Sungguh suatu keajaiban aku bangkit dari kematian setelah aku mati diracuni oleh mertuaku sendiri.
tubuh tak bernyawa ku di buang ke rawa-rawa yang letaknya jauh di pelosok yang terpencil.
Namun Tuhan berkehendak lain, beberapa petir menyambar di area sekitarku, hingga membuat jantungku yang tadinya berhenti berdetak kembali berdetak.
dengan tubuh lemah aku berusaha keluar dari rawa-rawa, entah sudah berapa banyak tanaman berduri yang aku injak, aku tidak perduli, satu tekadku harus keluar dari tempat itu, hingga langkah kakiku terhenti di sebuah jalan beraspal, lalu tubuhku ambruk tak sadarkan diri.
Ketika ku sadar sudah berada di rumah sakit, dan betapa mengejutkannya aku ternyata pria yang menyelamatkanku yang juga seorang dokter mengatakan aku sedang hamil!!!!!!
Inilah kisah hidupku....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desire pooh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dijemput
Tiga hari sudah Daffi tidak sekolah, ia demam tinggi disertai sesak nafas. Itu sudah berlangsung sejak ia kecil. Jika cuaca dingin ia sering kambuh jika imunnya sedang down, diantara ketiga anaknya, Daffi yang sering sakit-sakitan, sedang Daffa dan Davina tergolong anak yang jarang sakit,
Jovanka tidak bisa mengambil cuti atau izin di karenakan ia baru saja bekerja di perusahaan pusat, dan pekerjaannya masih banyak menumpuk
"Maaf sayang, mama tidak bisa menemanimu, kamu sama nenek di rumah ya??, "ucap Jovanka mengelus puncak kepala putranya
"Iya ma, mama tenang saja" ucap Daffi tersenyum lebar, walau bibirnya masih pucat, namun kondisinya sudah lebih baik
"Apa papa akan kesini ma?" tanya Daffi kemudian
"Mama gak tahu sayang, papa Adrian sibuk sekarang dia sudah tidak menjadi dokter sayang, kita gak bisa merepotkan ya lagi" ucap Jovanka memberi pengertian putranya
"Maaf ma, Daffi hanya rindu papa, apa mama punya foto papa?" tanya Daffi tiba-tiba, Jovanka tidak mengira putra keduanya akan menanyakan papanya di saat seperti ini
"Sayang, maaf , mama tidak punya" ucap Jovanka merasa bersalah pada anaknya, hati kecilnya menjerit, ia menangis dalam hati. inilah yang ia takutkan sejak dulu saat anaknya menanyakan papa mereka, jangankan tahu wajah suaminya, namanya saja ia tak tahu.
Jovanka jadi teringat kejadian malam itu, ia sangat membenci mama dan kakak tirinya, Jovanka berharap suatu saat nanti ia bisa membalas mereka berdua.
Daffi melihat perubahan di wajah mamanya, ia hanya menghela nafas pelan, jika membahas tentang papanya, raut wajah mamanya menjadi sulit di mengerti, ada kesedihan dan dendam disana, walau ia tak tahu mengapa, namun dari penelitiannya mamanya pasti memiliki masa lalu yang tidak bagus, mungkin juga terkait dengan papanya, Daffi menyesal menanyakan hal itu, ia berjanji dalam hati, jika suatu saat bertemu papanya, ia akan membuat perhitungan untuk papanya.
"Ma, sudah jangan sedih, maaf aku bertanya, aku sudah bahagia sama mama dan tidka perlu siapapun lagi" ucap Daffi membuat air mata Jovanka meleleh.
"Sayang..." Jovanka memeluk anaknya, Daffi menepuk punggung mamanya menenangkan seperti yang biasanya mama nya lakukan padanya saat menangis.
Karena kesehatannya yang berbeda dari saudara dan saudari nya membuat Daffi lebih banyak menghabiskan waktu membaca, namun juga bukan kutu buku yang menutup diri dan pendiam,
"Mama harus kembali kerja ya sayang, cepat sembuh" ucap Jovanka mencium kening anaknya
"Mama hati-hati dijalan" ucap Daffi
"Iya sayang, mau mama bawakan apa?" tanya Jovanka
"Gak usah ma, Daffi gak mau apa-apa, Daffi sudah sehat ma, mama gak usah khawatir" ucap putra keduanya
"Baiklah mama berangkat dulu, assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam" jawab Daffi
Jovanka sebenarnya enggan kembali ke kantor, namun ia tak bisa meninggalkan pekerjaannya.
"Anak-anak mama berangkat dulu, mama titip Daffi ya" ucap Jovanka menciumi anak-anaknya satu persatu.
Jovanka kembali ke kantor dengan perasaan tak karuan beberapa hari ini, namun sekarang ia sudah bisa sedikit lega karena kondisi Daffi sudah membaik
Jam berasa berputar sangat lama, Jovanka ingin segera pulang dan bertemu dengan anak-anaknya,
"Woi Jeung, mau kemana, semangat amat pulang???" goda Emil yang melihat Jovanka sudah merapihkan meja kerjanya.
"Eh sis, Eike pulang dulu ya, maklum di rumah sudah ada yang nunggu , gak kaya...." ucap Jovanka menaik turunkan alisnya menggoda Emil
"Jovankaaaaa.... nyebelin" ucap Emil baru sadar jika Jovanka sedang menggodanya, namun Jovanka sudah berjalan menuju pintu keluar sambil tertawa cekikikan
"Jo, tunggu lah, Ais teman model apa yang kerjaannya menghina jomblo kaya aku??" protes Emil langsung meraup ponsel dan make up nya di meja kerjanya, lalu berlari menuju Jovanka
Ia melihat Jovanka sudah berdiri di depan lobby perusahaanya sedang menunggu ojek yang di pesannya
"Kenapa sih beberapa hari ini pulangnya cepet Mulu, biasnaya paling rajin lembur" sungut Emil yang sudah berdiri di sampingnya
"Anakku sakit, aku tak bisa meninggalkannya lama"
"Ya Tuhan ,maaf, cepat sembuh ya" ucap Emil simpati
"Thanks dear, anakku sudah baikan, ia hanya alergi cuaca" ucap Jovanka tersenyum
Sebuah mobil Pajero sport berhenti di depannya, lalu kaca mobilnya terbuka, keluarlah tiga buah kepala anak kecil yang berteriak-teriak memanggil Jovanka
"Mamaaaa, mama, mama" teriak mereka bertiga
"Ah Jo, anak siapa itu ?? ga mungkin kan...." ucap Emil melihat ketiga anak kecil yang tampan dan cantik melambai ke arah mereka
"Astaghfirullah anak-anak???" ucap Jovanka terkejut, ia melihat ketiga anak kembarnya di dalam mobil tersebut.
Lalu jendela depan terbuka dan terlihatlah seorang pria tampan dengan kacamata hitam menatapnya, ia turun dari mobil dan menghampiri Jovanka
"Mmmas?? kok bisa kamu??" tanya Jovanka terkejut melihat penampilan Adrian. Adrian terlihat sangat mempesona, tubuhnya yang atletis terlihat sangat gagah memakai jas kerja dengan warna biru
Adrian membuka kacamatanya, terlihat netra coklat yang menenangkan milik Adrian
"Aku ingin mengajak anak-anak jalan-jalan, Daffi ingin makan pizza jadi aku membawanya juga" ucap Adrian
"Jo, Jovanka, jadi ini suami dan anak-anakmu?? pantes aja gak ngelirik pria lain, suaminya ganteng banget"bisik Emil. mata Emil tidak berkedip menatap Adrian
"Woi, lap tuh iler" bisik Jovanka tertawa lirih
"Mas, ini kenalkan sahabatku, Emilia.
Emil kenalkan ini mas Adrian" ucap Jovanka mengenalkan Emil pada Adrian
"Adrian" ucap Adrian mengulurkan tangannya
"Emilia" ucap Emil malu-malu membuat Jovanka tertawa, memang pesona seorang dokter Adrian tak pernah ada yang bisa menolaknya, sayang Jovanka hingga detik ini belum memiliki perasaan apa-apa selain sayang, itu tak cukup untuk meyakinkan dirinya untuk menerima lamaran Adrian
Beberapa karyawati yang melewati juga terlihat melirik genit ke arah Adrian
"Papa ayo, atu lapel" ucap Devina cemberut
"Iya sayang, Emil kami pamit ya, "ucap Adrian sambil tersenyum
"Jo, kamu hutang penjelasan" ucap Emil yang tahu jika Jovanka single parent lalu pria ini apakah kekasihnya atau ayah anak-anaknya.
"Aku pulang dulu ya, kamu hati-hati di jalan" ucap Jovanka ingin melangkah namun Emil menariknya kembali
"Jo, apa mataku tak salah, mereka kembar??? tanya Emil menatap Daffa dan Daffi
"Ayo aku kenalkan" ucap Jovanka menggandeng Emil mendekati mobil
"Anak-anak beri salam sama aunty Emil"
"Salam kenal Tante, " ucap ketiganya bergantian mencium tangan Emil, Emil hanya melongo seperti orang bodoh ketiga buah hati Jovanka menyalaminya satu persatu
"By the way anakku tiga seperti yang aku katakan padamu, mereka tepatnya kembar tiga, si sulung Daffa, putra keduaku Daffi dan si bungsu paling cantik Davina" ucap Jovanka menunjuk anak-anaknya
"Aaa jadi begitu??? kamu gak bohong" ucap Emil lemah
"Aku pulang duluan ya, sampai ketemu besok" ucap
Jovanka.
"Bye aunty" ucap mereka bertiga langsung duduk manis dan menutup jendela mobil
Adrian langsung membukakan pintu di samping kemudi mempersilahkan Jovanka naik, lalu mengangguk sopan pada Emil, setelah memastikan Jovanka naik, Adrian berlari menuju kursi kemudi, Jovanka melambai ke arah Emil hingga mobil mereka menghilang berbaur dengan lalu lintas padat.
"*astaga suaminya tampan sekali dan anak-anak mereka cantik dan tampan, keluarga yang ideal sekali" ucap salah seorang karyawati yang melihat Jovanka dan anak-anaknya beserta Adrian yang dikira suaminya
"Iya Jovanka sangat beruntung tuh, padahal mukanya biasa-biasa aja" celetuk temannya yang berada disebelah
"Cinta kan bukan hanya karena wajah, mba Jovanka itu baik dan ramah, wajar jodohnya tampan, Aaaa aku ngiri" timpal yang lainnya
Sementara Emil masih tak percaya yang di lihatnya
"Joo, kamu bikin aku penasaran" gumam Emil
Sementara seseorang yang melihat dari kejauhan tersenyum sinis
"owh rupanya si gadis kikuk itu sudah punya suami dan anak, sayangnya, aku sudah gila jika menyukai gadis itu, ah sial" gumamnya langsung menuju mobilnya
Semua tokoh diceritakan saru satu
Banyak komflik juga..
Ada kocak
Ada nalar
Ada diluar nalar
Ada juga typo
Untuk typo, saya bisa maklumi, paling saya komen ngingetin typonya..
Saya maklumi, karena saya pribadi ga bisa bikin novel, bisanya baca dan nikmati..
Terimakasih atas karyanya ya thor..
Sukses selalu
2. saudara dan saudarinya
Tetap semangat thor😊
mungkin begitu ya thor..