Assalamu'alaykum
Selamat datang di karyaku dan terima kasih sudah membaca dan mendukung cerita ini.
🌺
WARNING!!
KARYA MENGANDUNG BAWANG DAN KEHALUAN TINGKAT TINGGI BAHKAN DILUAR NALAR MANUSIA NORMAL!
Pernahkah kalian berfikir jika anak genius itu ada? Jika di film mungkin sudah kita temui, yang berjudul baby bos.
Di dalam dunia nyata, kehadiran anak jenius memang jarang terjadi, namun mereka juga memiliki bukti Ekisitensi yang dapat dilihat dari begitu banyaknya kemajuan yang terjadi saat ini.
Namun bagaimana ketika kalian dipertemukan dengan anak genius berusia 2 tahun yang bisa menggebrak dunia dengan hasil ciptaannya.
🌺🌺
Fajri Hanindyo. Sang Anak genius, memiliki IQ yang sangat tinggi Yaitu 225. Ia lahir dari malam dimana rusaknya mahkota Fajira, sang ibunda. Dengan otak yang genius tanpa sadar, ia bekerja sama dengan Ayahnya dan membuat Fajri menjadi anak yang kaya raya dalam waktu singkat ketika berhasil memproduksi mesin rancangannya sendiri.
Irfan yang yang begitu mendambakan sentuhan Fajira berusaha untuk membuat gadis itu kembali kedalam pelukannya. Keegoisannya runtuh, ketika ia berhasil menemukan Fajira dan juga mendapatkan bonus seorang anak yang tampan yaitu Fajri.
bagaimana kisah selanjutnya? yuk baca cerita ini.
terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Pindahkan kantor Pusat Ray! (Irfan)
Pagi ini irfan dengan semangat menuruni satu persatu anak tangga yang ada di rumahnya. Dengan senyum secerah mentari ia berjalan menuju ruang makan yang sudah lama tidak ia kunjungi.
Sikapnya membuat semua anggota keluarga yang ada di sana menjadi terkejut dan terheran. Bagaimana sifat dingin itu mencair? begitu bathin mereka.
"Pagi semua!" ucap Irfan masih tersenyum dan duduk di kursi.
"Pa-pagi," balas semua orang masih tidak percaya.
"Ma, Aku mau nasi goreng nya!" ucap Irfan menyerahkan piringnya kepada Mama Viola.
"Iya, nak. Kamu mau pake telor?" tanya mama Viola dengan senang
"Iya, Ma, Sayurnya sekalian" ucap Irfan tersenyum.
"Ini makan yang banyak ya, nak" ucap Mama.
"Iya Ma, terima kasih!"
"Sama-sama, sayang."
Mereka terbengong melihat kelakuan Irfan pagi ini, bahkan semua orang menatap Irfan tanpa menyuap makanan mereka.
"Kenapa gak di makan?" tanya Irfan.
"Eh iya"
"Hari ini Aku akan mengerjakan proyek besar, abang yakin ini akan meledak di pasaran. Selain itu Aku juga akan berencana memindahkan kantor pusat ke kota sebelah," ucap Irfan tiba-tiba.
Praang ....
Sendok terjatuh di atas piring, suara itu berasal dari sang Ayah yang terkejut mendengar keputusan mendadak dari irfan. Hal ini membuat semua orang terkejut mendengakan dentingan sendok itu.
"Kenapa kamu tidak membicarakan ini dulu Irfan!" bentak Papa Irfan.
"Kenapa papa marah? ini hanya rencana Irfan dan baru saya beritahukan kepada anda tuan yang terhormat!" tegas Irfan dan beranjak dari sana.
"Irfan? Irfan!" Panggil Mama.
Namun Irfan tidak mendengarkannya dan lebih memilih untuk segera menuju ke keluar dari rumah dan menaiki mobilnya.
"Kenapa kamu gak pernah bisa berbicara baik sedikit dengan Irfan, kalau bukan karna dia kita sudah menjadi gelandangan gara-gara kebiasaan kamu yang suka bermain judi itu" ucap Mama kepada Papa dan berlalu dari sana.
Sementara Irfan dengan emosi memacu mobil mevvahnya menuju kantor. Matanya yang menyalang membuat siapa saja takut untuk melihatnya.
"Selalu saja seperti ini, Apa salahnya ngomong baik-baik. Padahal sedari tadi hatiku sudah senang" ucap Irfan kesal.
Emosinya masih belum terkendali saat ini, hingga ia memutuskan untuk berhenti sejenak agar bisa menenangkan dirinya terlebih dahulu. Irfan berhenti di salah satu taman yang ada di pusat kota. Ia mencari parkiran mobil dan mencari tempat yang cukup rindang, berharap emosinya bisa lebih tenang setenang hebusan angin pagi yang menyejukkan hati setiap orang.
"Apa aku telefon Fajri saja?"
Tanpa menunggu lama, Irfan segera mengambil ponselnya dan menghubungi Fajri yang berada jauh darinya.
📞"Halo, om Irfan!" ucap Fajri senang di balik telefon.
📞"Halo, Fajri. Kata om Ray hari ini sudah mulai sekolah ya, nak?" ucap Irfan antusias ketika mendengarkan suara imut nan merdu itu di telinganya.
📞"Iya, om. Ini Aji mau berangkat lagi!" ucapnya senang
📞"Wah hebat! hati-hati di sekolah ya, nak. Belajar yang rajin!"
📞"Iya, om. Terima kasih,"
📞"Ya sudah om tutup dulu ya!"
📞"Iya, om. Om juga semangat ya!"
📞"Iya, nak!"
Ia tersenyum mendengar suara kecil nan imut itu. Bahkan ia sering bertanya sendiri, kenapa Fajri begitu pandai untuk menarik perhatiannya? kenapa Fajri bisa menjadi mood buster di kala ia merasa tidak mampu untuk mengontrol emosi?.
"Ah, om kangen kamu, nak. Kenapa bapak kamu tidak bertanggung jawab seperti itu? Apa aku angkat saja Fajri menjadi anakku?" ucapnya menerawang sambil menatap langit.
"Sepertinya aku memang harus memindahkan kantor pusat ke sana agar bisa bertemu dengan Fajri kapanpun aku mau," ucapnya tersenyum.
"Iya, aku harus membicarakan ini kepada, Ray!"
Ia beranjak dari sana dan segera menaiki mobilnya. Irfan membawa besi beroda empat itu menuju kantor Dirgantara Corp yang berada tak jauh dari sana.
Dengan wajah yang masih tersenyum, Irfan melangkah masuk ke dalam gedung itu dengan berwibawa, sehingga membuat karyawan yang melihatnya menjadi termagu dengan pesona Irfan yang kian terpancar indah, tak lupa senyuman yang menghias di wajah tampannya itu.
"Itu, tadi pak CEO tersenyum?" ucap karyawan masih mamandangi Irfan yang perlahan menjauh.
"Iya, tuhan tolong cubit aku, CEO kita ganteng banget kalau senyum"
"Duh iya ya. Kabarnya belakangan ini dia sudah tidak main perempuan lagi!"
"Duh mau banget dong setetes benih premiumnya. Rela gue hamil anak orang terkaya nomor dua se asia!"
"ngawur lo!"
Mereka selalu membicarakan bagaimana ketampanan CEO yang paripurna itu, bahkan mereka sampai tidak tau diri karna menginginkan setetes saja benih premium milik Irfan. Ketahuilah wahai para perempuan, benih itu sudah tumbuh besar menjadi anak yang sangat jenius.
Irfan hanya mengabaikan gosip yang tersebar di dalam kantor itu. Dengan gagah ia segera berjalan menuju lift khusus miliknya dan menekan angka 7 di mana ruangannya berada.
Ting....
lift berdenting ketika ia sampai di sana. Beruntung Irfan melihat Ray yang hendak masuk ke dalam ruangannya.
"Ray, ikut saya sebentar!" ucap Irfan masuk ke dalam ruangannya
"Baik, tuan!"
Mereka duduk di sofa yang ada di dalam ruangan tersebut. Irfan masih setia dengan senyuman khas miliknya dan membuat Ray mengernyit ketika melihat ekspresi dari bosnya itu.
"Ada yang bisa saya bantu, tuan?"
"iya, saya merindukan Fajri Ray" ucapnya tersenyum.
"Apa saya harus membawanya kemari, tuan?"
"Tidak usah, kita yang akan pergi ke sana,"
"Maksud, tuan?" tanya Ray takut mendengarkan permintaan aneh dari Irfan.
Tuhan jangan sampai tuan gila ini meminta yang aneh-aneh. bathin Ray berdo'a
"Urus segala keperluan untuk pindah Ray, saya ingin perusahaan pusat pindah ke sana. Usahakan sebelum Launching mesin cuci dan ginset itu!" ucap Irfan tegas.
deg....
"Tu-tuan serius?" pekik Ray terkejut.
"Iya, saya serius. Urus segala sesuatunya, pindahkan semua staf yang ada disini, beritahu mereka mulai hari ini agar nanti tidak keteteran untuk mengurus hal yang lainnya!"
"Tu-tuan, apa nanti tidak berpengaruh terhadap perusahaan?"
"Kenapa harus berpengaruh? kita hanya memindahkan cabang ke sana, bukan berganti nama atau berganti perusahaan. Yang di sini akan di jadikan cabang, dan perusahaan di sana akan menjadi perusahaan pusat!" ucap Irfan enteng.
"Tapi, tuan!"
"Masih ada waktu 6 bulan untuk mengurusnya Ray, untuk urusan yang lain biar saya yang menangani!" ucap Irfan yang tidak ingin di bantah.
"Baik, tuan!" ucap Ray pasrah ketika tidak bisa menyela pembicaraan Irfan.
"Urus secepatnya. Lebih cepat lebih baik. jangan sampai ada kesalahan nanti, Ray!"
"Baik, tuan. Apa ada lagi?"
"Iya, bagaimana menurutmu jika saya menjadikan Fajri sebagai anakku?"
deg...
Tuhan aku harus apa?, dia memang anak anda tuan.
"Ray, saya berbicara dengan kamu!" ucap Irfan yang tidak mendapatkan jawaban dari sekretarisnya.
"Maaf, Tuan. Saya sedang memikirkan apa yang harus saya lakukan terlebih dahulu!"
"Bagaimana menurut kamu? saya sangat ingin menjadikan Fajri anak saya, Ray!"
"Fajri masih memiliki ibu, Tuan. Saya rasa jika anda ingin menjadikannya sebagai anak, anda juga harus menikahi ibunya. Tidak mungkin rasanya jika anda mengangkat Fajri lalu membawanya pergi jauh dari ibunya!" ucap Ray santai namun berhasil membuat Irfan terdiam.
"Saya tidak mungkin menikahi ibunya, Ray! kamu 'kan tau kalau saya sedang mencari keberadaan Fajira!"
"Iya, tuan. Itu hanya pandangan saya saja!"
"Iya kamu benar, tidak mungkin saya memisahkan ibu dan anak hanya karna obsesi"
"Iya, tuan"
"Apa kamu sudah mencari keberadaannya?"
"sudah, Tuan. Tetapi saya belum terlalu fokus untuk itu,"
"iya, biarkan saja dulu. Kita harus fokus kepada Fajri, jangan sampai mengecewakan pria kecil itu!"
"Iya, tuan. Akan saya usahakan!"
"Apa kamu tidak merasa asing melihat wajahnya, Ray? Saya merasa pernah melihatnya, tapi entah dimana!"
Bagaimana anda tidak mengenali wajah pria kecil yang sangat mirip dengan anda tuan.
"Mungkin hanya sekilas tuan, di dunia kita memiliki 7 kembaran kan?"
"iya-iya"
Pagi itu mereka membicarakan apa saja yang perlu di urus untuk perpindahan kantor pusat kali ini. Ray juga sudah mengumumkan kepada seluruh staf untuk bersiap jika mereka juga ikut di pindahkan, sehingga membuat se isi kantor heboh dengan berita ini.
💖💖💖
TO BE CONTINUE.