Anggi Saraswati adalah seorang ibu muda dari 3 anak. Awal mula pernikahan mereka bahagia, memiliki suami yang baik,mapan,dan tampan merupakan sebuah karunia terbesar baginya di tengah kesedihannya sebagai yatim piatu penghuni panti.
Tapi sayang, kebahagiaan itu tak bertahan lama,perlahan sikap suami tercintanya berubah terlebih saat ia telah naik jabatan menjadi manajer di pusat perbelanjaan ternama di kotanya . Caci maki dan bentakan seakan jadi makanannya sehari-hari. Pengabaian bukan hanya ia yang dapatkan, tapi juga anak-anaknya,membuatnya makin terluka.
Akankah ia terus bertahan ?
Atau ia akan memilih melepaskan?
S2 menceritakan kisah cinta saudara kembar Anggi beserta beberapa cast di dalamnya dengan beragam konflik yang dijamin menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.2 Kasar
Seperti biasa ,aktifitas Anggi di pagi hari diisi dengan kegiatan mempersiapkan pakaian kerja untuk sang suami, menyiapkan air hangat untuk Adam mandi, membuat sarapan, membersihkan rumah, membantu Damar bersiap untuk bersekolah,dan mengurus si kembar mulai dari mandi, makan, dan lain-lain. Sungguh hari yang sangat melelahkan ,namun semua itu selalu Anggi lakukan dengan penuh keikhlasan. Tak pernah mengeluh, meski kadang ia merasa lelah harus mengerjakan semuanya sendiri tanpa ada yang membantu.
Begitu pun Adam, ia tak pernah mau terlibat dalam kegiatan tumbuh kembang buah hatinya. Sangat miris memang. Ia pikir ,tugasnya adalah mencari nafkah, sedangkan semua urusan rumah tangga dan anak-anak adalah kewajiban seorang istri ,jadi ia tak perlu turun tangan membantu.
Tidak seperti awal-awal pernikahan mereka yang diisi dengan kebersamaan. Semua dikerjakan bersama dengan penuh suka cita. Namun kini semua telah berbeda ,tapi Anggi tetap sabar ,tak mau mempermasalahkannya ,daripada pecah perang pikirnya.
"Mas, bangun mas,udah siang." Anggi membangunkan Adam
"Hmmm... " seperti biasa hanya dijawab Adam dengan gumaman
Setelah membangunkan sang suami ,Anggi segera menuju kamar Damar untuk memeriksa sang buah hati sudah bersiap ke sekolah atau belum.
"Bang, udah siap belum?" tanya Anggi saat sudah di kamar Damar
"Udah, ma!" ucap Damar dengan senyum lebarnya
"Buku-bukunya udah diperiksa? Jangan ada yang tinggal!" peringat sang mama
"Udah donk ma. Udah dari semalam Abang siapin kok jadi udah beres semua." jawabnya dengan bangga
"Wah,anak mama emang pinter banget! Mama bangga sama Abang. Kalau udah siap, sarapan dulu ya!"
"Siap,ma!"
Kini giliran Anggi memandikan si kembar. Karena si kembar Kevin dan Karin masih sangat kecil, kegiatan memandikan mereka membutuhkan waktu yang lebih lama. Belum lagi drama malas mandi ,nggak mau keluar dari bak mandi , nggak mau pakai baju ini ,maunya baju itu, riweh banget emang. Tapi tetap, semua dijalani Anggi dengan senyum kebahagiaan. Tak ada yang lebih membahagiakan bagi Anggi ,selain bisa membesarkan anak-anaknya dengan tangannya sendiri.
.
.
.
Adam sudah siap dengan setelan kerjanya. Ia berjalan menuju meja makan. Namun saat melihat Anggi masih mengenakan setelan rumahannya yang lusuh , Adam langsung naik pitam.
"Ckk... sana menyingkir dari hadapanku. Pagi-pagi sudah buatku bad mood. Dasar udik." ejeknya pada Anggi.
Anggi hanya bisa menunduk, menahan rasa sesaknya di dada. Bingung,kenapa suaminya kini sangat berubah. Apa karena penampilannya yang lusuh. Tapi mau bagaimana lagi, uang bulanan yang diberikan Adam jauh dari dari kata cukup, bagaimana ia bisa membeli pakaian baru dan alat-alat make up. Kalaupun ia ada lebih uang ,ia lebih suka menabung untuk keperluan anak-anaknya. Ia hanya bisa membeli pakaian baru saat lebaran saja, itu pun tak banyak ,karena anak-anaknya lebih butuh, itu pikirnya.
.
.
.
"Mas." panggil Anggi pelan saat mereka sedang sarapan bersama
"Hmmm..."
"Bisa minta uang untuk bayar komite Damar? Udah 2 bulan belum bayar." pinta Anggi takut-takut
"Apa? Uang? Kamu itu boros banget sih. Aku kan udah kasih kamu 3 juta perbulan, masa' nggak cukup-cukup. Mending kalo kamu beli pakaian biar nggak enek liat kamu tiap hari pakai baju lilusuh kayak gitu ,ini nggak ,jadi uangnya kamu kemanain? Kamu hambur-hamburin? Kemana uang yang aku kasih,hah?" bentak Adam tak peduli anak-anak mereka masih berada di meja makan
"Bang, ajak adek-adek ke kamar dulu,ya!" titah Anggi dan langsung dituruti oleh Damar
"Bang, kamu pikir uang 3 juta itu banyak? Dalam uang 3 juta itu bukan hanya untuk kebutuhan makan ,tapi di sana ada bagian untuk bayar air, listrik, belum susu si kembar, bensin untuk antar jemput Damar, dan masih banyak kebutuhan lainnya yang harus dipenuhi. Makan juga kamu nggak mau yang sederhana, kamu mau yang enak, yang berkualitas, jadi gimana lagi aku mau ngaturnya? Apalagi buat beli pakaian ,mas. Uang segitu nggak cukup. " jelas Anggi
"Oh,kamu udah berani menjawab sekarang? Berani protes,heh? Plakkkk.... " sebuah tamparan mendarat di pipi Anggi.
Perih, bukan hanya di pipi ,tapi juga di hati. Kenapa orang yang begitu ia cinta bisa berubah 180° begini. Dimana suaminya yang penuh kasih, perhatian, dan kelembutan. Yang ada hanya suaminya yang kasar, egois, dan temperamen.
'Ya Allah, apa yang terjadi dengan suamiku? Mengapa ia berubah jadi begitu kasar?' batin Anggi
Lalu Adam mendekat ke Anggi. Diraihnya rambut belakang Anggi dan dicengkeramnya dengan kuat.
"Argh...sa-sakit ,mas! To-tolong lepasin!" mohon Anggi sambil berurai air mata karena menahan sakit
"Kalau kau berani sekali lagi protes masalah uang, akan aku buat lebih dari ini!" ancam Adam.
Setelah mengucapkan itu, Adam pun berlalu menuju mobilnya dan pergi meninggalkan rumah.
Setelah Adam, pergi tubuh Anggi langsung lirih ke lantai, 'Ya Allah, kuatkan hamba,sabarkanlah hamba!'
ceklekkk...
"Mamaaaaa...." pekik ketiga buah hatinya yang langsung berhambur ke pelukan sang mama
"Mama nggak napa-napa, kan!" tanya Karin
"Ini cakit ya, ma?" tanya Kevin
"Ma,papa nyakitin mama lagi,ya?" tanya Damar
"Nggak kok ,sayang! Mama nggak papa kok. Papa nggak nyakitin mama." dusta Anggi sambil menyeka air matanya
"Mama jangan bo'ong, kami liat kok papa pukul mama." ucap Karin yang membuat air mata Anggi kembali luruh
"Mama nggak papa kok. Udah jangan nangis lagi. Yuk,ikut mama antar Abang ke sekolah." bujuk Anggi yang diangguki oleh mereka bertiga.
"Ma,terus gimana uang sekolah Abang?"
"Abang nggak usah khawatir, kemarin Oma Sofi pesan baju sama mama, uangnya udah ditransfer, Alhamdulillah untungnya cukup buat bayar uang komite Abang." ucap Anggi dengan tersenyum tipis mencoba menenangkan kegelisahan putra sulungnya.
"Oh,paket yang baru sampai kemarin itu baju pesanan Oma Sofi ya,ma?" tanya Damar yang diangguki oleh Anggi.
"Ntar siang, abis jemput Abang pulang sekolah,kita anterin bajunya,ya!"
"Oke,ma! "
"Asikkk... bisa main ke rumah Oma Sofi." ucap si kembar girang