Warning! (***)
Pernikahan atas dasar perjodohan bukan berarti sesuatu yang tidak dipedulikan.
Pernikahan tetaplah pernikahan!
Apapun itu, aku akan selalu memperjuangkan rumah tanggaku sampai kata cinta tumbuh di antara kami berdua.
"Apakah kau tak mau melakukan malam pertama kita, Mas?" cegah Dianka saat Darwin hendak berlalu.
Sanggupkah ia membuat hati Sang CEO itu luluh?
Instagraam: @iraurah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keberuntungan
Hari ini adalah hari sabtu, Dianka berencana untuk membeli bahan-bahan makanan yang sudah mulai habis.
Tadinya ia ingin berbelanja di hari minggu saja agar bisa mengajak Darwin, tetapi hari minggu biasanya akan sangat banyak pengunjung, dan itu membuat Dianka sedikit malas.
Dan sekarang wanita cantik itu sudah berada di salah satu mall terbesar di Ibukota.
Dengan membawa sebuah troli Dianka melihat-lihat bahan makanan yang ingin ia beli.
Satu persatu barang di sana ia masukan ke dalam troli, hingga troli tersebut pun hampir terisi penuh.
Dianka terus berjalan sampai dirinya melewati sebuah tempat yang berisikan aneka susu Ibu hamil dan menyusui.
Dianka diam sebentar disana, ia membayangkan bagaimana jika dirinya hamil dan tengah mengandung seorang bayi? Pasti itu akan sangat menyenangkan.
Tetapi sayang, ia harus menutup impian itu untuk sementara waktu sampai Darwin bisa menerima ia sepenuhnya.
Dianka tersenyum getir memikirkan itu semua, sudah banyak teman-teman dan saudaranya yang bertanya akan momongan, tapi lagi-lagi Dianka belum bisa memberi kabar bahagia untuk mereka perihal momongan.
Ditengah lamunannya seorang Ibu hamil datang untuk melihat-lihat produk susu kehamilan juga, perut buncit itu menyita perhatian Dianka.
Tanpa sadar ia memegang perutnya dengan satu tangan.
Cukup lama Dianka berdiri disitu sampai ia mengundang perhatian seorang pegawai wanita yang berjaga tak jauh dari sana.
"Permisi bu, ada yang bisa kami bantu? Ibu sedang mencari produk susu Ibu hamil ya?" Tanya pegawai tersebut.
Dianka kembali tersadar akan kedatangan wanita berpakaian merah di depannya. Ia pun sedikit terkejut dibuatnya.
"Eh ti-tidak, saya hanya melihat-lihat saja" Ucap Dianka tersenyum menutupi keterkejutan nya, ia pun berlalu dari sana dan mencari kembali kebutuhan rumah tangga yang akan ia beli.
Sekitar 1 jam ia berkeliling hingga akhirnya troli itu pun terisi penuh.
"Aku rasa sudah cukup, sebaiknya aku mengantri sekarang" Dianka lalu berjalan ke arah kasir untuk membayar barang belanjaannya.
Setelah membayar barang tersebut kini Dianka nampak kesulitan membawa barang belanjaannya, apalagi ia kesini hanya seorang diri dengan membawa mobil pribadinya saja.
"Bagaimana ini? Aku tidak sanggup membawa tiga kantung plastik besar ini sendirian"
Dianka mendesah, dengan terpaksa ia pun membawa tiga kantung plastik itu bersamaan.
"Ya Tuhan... Berat sekali"
Dianka terus berjalan dengan menjingjing belanjanya di tangan kiri dan kanan.
Ia terus berjalan hingga tanpa sengaja ia bertubrukan dengan seseorang hingga belanjaannya pun jatuh ke lantai.
"Maaf"
"Maaf"
Ucap mereka bersamaan, dan beberapa detik kemudian kedua dibuat terkejut, ternyata orang yang ditubruk yaitu orang yang mereka kenal.
"Dianka?"
"Tuan Alfred? Emm... Maksudku Alfred? Kau disini?"
"Iya, aku baru saja bertemu dengan klien ku. Dan maaf aku menjatuhkan belanjaannya mu"
"Tidak apa-apa Alfred, aku juga minta maaf karna kurang fokus berjalan"
Alfred yang melihat tiga kantung plastik besar merasa heran, memangnya wanita ini tidak kesulitan membawa benda besar itu?
"Kau butuh bantuan ku?" Tanya Alfred.
"Bantuan?"
"Ya, aku yakin kau pasti kesulitan membawa semua barang itu"
Dianka berfikir sebentar, sebenarnya ia sangat membutuhkan bantuan tapi ia juga tidak mau merepotkan siapapun.
"Aku takut merepotkanmu" Ucap Dianka.
"Tidak masalah, ayo aku bantu" Alfred langsung membawa dua kantung plastik itu di tangannya, sedangkan Dianka hanya membawa satu kantung plastik yang paling kecil.
"Kau membawa mobil?"
"Iya, aku membawanya"
Saat tiba di parkiran Alfred dan Dianka langsung memasukan barang belanjaan itu ke dalam bagasi mobil.
"Hah....Akhirnya sampai juga, Alfred aku sangat berterimakasih atas bantuan mu" Ucap Dianka setelah menutup bagasi mobilnya.
Alfred bergeming, ia masih sibuk menatap wajah cantik Dianka. Ia sangat ingin berlama-lama memandang wajah itu, tiba-tiba salah satu ide liciknya muncul begitu saja.
Alfred tersenyum tipis.
"Sama-sama Dianka, tapi apa kau tau ini semua tidaklah gratis"
"Tidak gratis? Maksudnya?" gumam Dianka sambil mengerutkan alisnya.
"Ya, ada imbalan untuk membalas kebaikan ku" Ujarnya lagi.
"Ta-tapi tadi kau yang memaksa untuk membantu ku, bukan?"
"Memang betul, tapi meski begitu kau harus tetap membalas kebaikan ku"
Dianka sedikit tidak percaya dengan sifat Alfred, ternyata lelaki ini sangatlah perhitungan.
"Lalu apa yang harus aku lakukan untuk membalas bantuan mu?"
Alfred berfikir sejenak, tak lama ia pun berucap kembali.
"Bagaimana jika kau mentraktir ku makan siang?"
Hal itu justru membuat Dianka tertawa, ia tidak menyangkan jika Alfred hanya menginginkan dirinya untuk mentraktir makan siang.
"Aku kira kau ingin apa, ternyata hanya sebuah traktiran saja. Ya sudah kalau begitu memangnya kau mau makan dimana?"
Di dalam hatinya Alfred bersorak gembira, ternyata tak sulit meminta hal tersebut pada Dianka.
"Emm... Sebenarnya ada salah satu tempat makan favorit ku di mall ini. Bagaimana jika kita makan siang disana?"
"Baiklah, ayo kita kesana sekarang"
Mereka pun berjalan beriringan dan memasuki sebuah tempat makan yang menyediakan menu Eropa Barat, Alfred mengajak Dianka untuk mencoba makanan yang sering ia makan disana.
Mereka pun saling mengobrol satu sama lain, ini adalah sebuah keberuntungan untuk Alfred bisa makan bersama dengan Dianka, sama hal nya dengan Dianka yang ikut bahagia karna mendapat teman baru di negara ini. Tak dipungkiri jika ia memang tidak banyak memiliki teman semenjak tinggal di Indonesia.
"Oh iya Alfred, apa kau sudah memiliki pasangan? Kekasih atau istri mungkin?"
Pertanyaan Dianka mendadak membuat mood Alfred berubah, ia tidak suka ditanya perihal statusnya.
"Maaf Dianka, tapi aku tidak bisa memberitahu hal itu padamu"
"Oh baiklah tidak masalah, aku menghargai privasi mu" Ucap Dianka santai.
"Aku juga ingin bertanya padamu, apakah kau sudah memiliki seorang anak?" Tanya Alfred lagi.
Dianka menggeleng sambil tetap menampilkan senyumnya, itu sudah menjadi ratusan pertanyaan semua orang yang diajukan pada dirinya.
"Belum"
Entah kenapa ada kelegaan saat mengetahui jika Dianka belum memiliki seorang anak dari pernikahannya, itu artinya Dianka dan suaminya belum memliki sesuatu yang mengikat pernikahan mereka dengan kuat. Tapi ia juga sedikit kasihan melihat raut wajah sedih wanita didepannya ini.
"Maaf aku terlalu lancang bertanya hal itu" sesal Alfred.
"Tidak apa, wajar jika kau bertanya seperti itu pada orang yang sudah menikah" Ucapnya yang tak mempermasalahkan hal tersebut.
Mereka pun melanjutkan kembali acara makan siang, sampai waktu menunjukkan pukul tiga sore Dianka memutuskan untuk pamit pulang.
Tapi sebelum ia beranjak Alfred terlebih dahulu menahannya.
"Dianka boleh aku meminta nomor ponselmu sebelum kau pergi?"
Dianka memandang Alfred dengan tatapan heran, dan Alfred dapat melihat hal itu.
"Bukankah kita sekarang teman?" sambungnya.
Dianka tersenyum lalu mengangguk, ia pun memberikan nomor ponselnya pada teman barunya tersebut. setelah itu barulah ia pergi dari sana.
"Ini awal yang bagus untukku" seru Alfred dengan senyum miring di bibirnya.
waah .. enak bener gak dihukum krn rencana pembunuhan ke Dianka..
Pikir ... pikiiiirrrr .... kalo Alfred beneran nolongin, gak mungkin lah sampe selama itu kamu "dikurung" ...
Katanya di villa, tp koq ya sama sekali gak boleh keluar kamar sekedar buat jalan2..
Buat keamanan ?
Justru sekarang kamu berada di tempat yg gak aman, Dianka ...
gimana kalo nanti Darwin tau bhw otak kejahatan itu adalah mantan tersayang nya ...
Darwin masih "main2" tuh sama Adelia .. 😡😡😡
Dianka aja yg sbg istri CEO sll ketok pintu dulu ...