Alika Khumairoh gadis berjilbab nan tangguh yang berubah menjadi gadis diam seribu bahasa karena kecelakaan yang menimpa adiknya. Kesedihan yang mendalam ia rasakan ketika adik satu-satunya terbaring koma karena kecelakaan tersebut.
Dan ketika dia harus bertemu dengan Farel Adiputra Wijaya, manusia menyebalkan menurut Alika.
Farel sendiri adalah putra dari pemilik perusahaan Wijaya Group.
Kehidupan mereka yang berubah drastis karena sifat di antara keduanya yang bertolak belakang.
Sampai akhirnya mereka memulai untuk melakukan kerjasama di perusahaan ayah Farel agar mengetahui siapa dalang di balik runtuhnya perusahaan Wijaya Group.
Akankah mereka dapat memahami satu sama lain?
Dan bisakah keduanya mengungkap siapa yang berkhianat pada perusahaan Wijaya Group?
IG : miena_checil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amarah dan Perasaan Aneh part 1
Di rumah Dimas, Andre dan Riko saat ini sedang terjadi ketegangan di antara semua orang.
Alika yang masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, tidak melepaskan pandangannya sedetikpun dari wajah Farel.
" Lu gak pa-pa?" tanya Farel membuat lamunan Alika buyar. Sesaat Alika menggelengkan kepalanya pelan. " Duduk dulu disini," kata Farel sambil mendudukkan Alika di sofa. Setelahnya Farel yang di liputi emosi berjalan ke arah Alex.
Alex yang tau saat ini nyawanya terancam perlahan berjalan mundur. " Rel gue bisa jelasin..." kata Alex yang mengangkat tangannya, melindungi dirinya dari pukulan Farel. Alex bahkan sadar kalau saat ini wajah Farel sudah memerah menahan emosi.
" Apa yang mau lu jelasin?" tanya Farel sambil mencengkeram kerah baju Alex. "Berani-beraninya lu megang Alika!" suara Farel benar-benar sudah menggema di setiap ruangan.
Apa ini? Kenapa Farel marah gue pegang cewek itu? Apa dia kekasih Farel? Ah mati gue kalau dia benar-benar kekasih Farel.
Pikiran Alex bertarung dengan sendirinya, mereka-reka jika Alika benar-benar kekasih Farel.
" Dan kenapa lu disini? Kenapa lu berantakin rumah temen gue?" teriakan kembali menggelegar di telinga Alex.
" Rel gu-gue bi-bisa jelasin...." Alex berkata dengan kalimat terputus-putus.
Alika dan semua orang di rumah itu hanya bisa diam melihat kejadian yang ada di depan mereka.
" Apa yang mau lu jelasin hah?" sepertinya Farel memang benar-benar marah.
" Dimas punya hutang sama gue, dan sekarang dia udah nunggak tiga bulan," jawab Alex cepat.
" Dimas yang punya hutang sama lu, tapi lu malah nyakitin Alika? lu..." Farel ingin mengarahkan pukulannya ke Alex, jika Alika tidak benar-benar mencegahnya.
" Pak Farel..." Alika memanggil Farel sembari berdiri, menengahi permasalahan di antara keduanya itulah yang terpenting. Lagipula mereka harus kembali ke perusahaan saat ini. " Kita harus kembali ke Perusahaan Pak," kata Alika sambil berjalan mendekati Farel.
Tangan Farel tertahan di udara saat dia akan melayangkan pukulan ke wajah Alex. Entah kenapa kata-kata Alika seperti meredakan amarah Farel. Bukan karena mereka harus segera kembali ke perusahaan melainkan nada dalam bicara Alika memang benar-benar membuat hati Farel terhanyut.
Ini kali kedua Farel merasakan hal seperti ini. Yang pertama saat dia bersitegang dengan Lala di ruang kantornya.
Saat Alika mengatakan sesuatu yang membela Lala, Farel bahkan diam tak menjawab kata-kata Alika.
Bukan karena dia malas berdebat tetapi kata-kata Alika bisa membuat hati Farel terhanyut.
Farel menghempaskan kasar kerah baju Alex. Tidak mau berdebat lagi karena Alika sudah menyuruhnya diam. " Berapa hutang Dimas ama lu?" kata Farel sambil menahan amarahnya.
Tak selang berapa lama Alex dan para anak buahnya pergi meninggalkan rumah teman Farel setelah Farel memberinya cek sesuai hutang yang Dimas pinjam.
Sang supir taksi pun juga langsung ambil seribu langkah ketika dia terbebas dari hal mengerikan yang pernah dia alami seumur hidup.
Setelah bertanya pada sang atasan dimana letak kamar Andre, Alika lantas langsung mengambil jilbab yang tertinggal disana. " Pak ayo kita berangkat ke kantor sekarang," kata Alika dengan nada sedikit cemas. Takut kalau dia terlambat datang.
" Duduk!" perintah Farel yang saat ini sudah membawa kotak obat di tangannya.
Alika melirik benda yang di pegang oleh Farel. " Tapi Pak?" Ini bukan waktu yang tepat untuk melakukan pengobatan.
" Gue bilang duduk! Kalau tidak, gue akan nyuruh bokap gue..." Perintah Farel yang belum menyelesaikan kalimatnya namun Alika seakan tau kelanjutan kalimat tersebut. Dengan pasrah Alika menuruti perintah Farel dan duduk di sebelah Farel.
" Pak..." protes Alika yang ingin secepatnya kembali ke Perusahaan.
" Diam!!!" Farel berkata dengan menaruh jari telunjuknya di depan mulut. Lalu dia mengeluarkan kapas, obat merah, dan antibiotik dari kotak obat. Saat Farel akan mengobati pelipis Alika yang mengeluarkan darah, tiba-tiba Alika mencegahnya.
" Saya bisa mengobatinya sendiri Pak. Maaf, tapi kita bukan muhrim." Lalu Alika mengambil semua yang di keluarkan Farel dari kotak obat. Perlahan Alika mengelap darah yang mulai mengalir ke bawah pelipisnya.
Entah kenapa Farel malah menikmati pemandangan yang ada di depannya. Memandang Alika sedekat ini dan meneliti garis wajah Alika benar-benar membuat hatinya terenyuh.
Sebersit senyuman keluar dari mulut Farel tanpa ia sadari. Bahkan kini ia sudah lupa tentang kejadian tadi.
" Saya sudah selesai, ayo kita kembali ke Perusahaan Pak," kata Alika ketika selesai memasang plester pada lukanya.
Farel terlihat salah tingkah dengan apa yang ia lakukan barusan, memandang Alika dalam jarak sedekat ini.
Apa yang gue lakukan? Semoga saja Alika tidak menyadari gue memandanginya barusan. batin Farel
"Pak?" Alika kembali menyadarkan Farel dari lamunannya.
" Hem iya, ayo kita kembali ke perusahaan," jawab Farel sambil berdiri dan melangkah keluar rumah.
Alika menyusul Farel dari belakang tak lupa membawa jilbab yang tadi ia ingin ambil. Lalu keduanya memasuki mobil dan melaju dengan kecepatan sedikit kencang ke arah perusahaan.
***
Para tim masih harap-harap cemas menunggu kedatangan sang atasan dan Alika.
Di belakang panggung tinggal dua puluh model lagi yang akan keluar memasuki panggung catwalk.
" Bagaimana ini? Kenapa Alika dan Pak Farel belum datang juga?" Nadia berkata sambil mengintip ke arah luar panggung.
" Ini adalah kesempatan terakhir, jika Pak Farel tidak datang aku tidak bisa memperlambat lagi acara ini," kali ini MC bicara pada tim Farel.
Para dua puluh model akhir sudah memasuki panggung, model pertama, model kedua dan seterusnya.
Saat model terus keluar menyusuri panggung catwalk, di depan pintu masuk kantor Alika datang bersama Farel.
Mereka berdua berlari ke belakang panggung, dengan nafas tersengal-sengal Alika disambut oleh semua timnya.
Mencari model inti untuk memasangkan jilbab padanya. Alika memulai melakukan keahliannya memasang jilbab untuk model terakhir.
Dan ketika dia selesai merias sang model tepat dengan waktu untuk sang model keluar. Sang model lantas keluar berjalan menyusuri area catwalk dengan rancangan Alika.
Para tamu undangan terlihat sangat menyukai dengan rancangan yang di keluarkan oleh Perusahaan Wijaya Group.
" Dan kita sambut desainer yang telah berpartisipasi dalam mini collection dalam acara fashion show kali ini Alika..." kata MC yang berada di atas panggung.
Alika membeku di tempatnya, mencoba memasang pendengarannya lebih dalam bahwa MC memang menyebutkan namanya.
Para timnya mendorong Alika agar secepatnya naik ke atas panggung.
" Tidak! Kenapa harus aku?" tanya Alika pada para timnya.
" Alika cepetan, jangan buang waktu lagi," kata Desi.
Alika masih diam tak bergerak di tempatnya, memandang semua timnya satu persatu seakan meminta persetujuan. Dan para timnya menganggukkan kepala dengan pasti, Alika memang berhak atas semua jerih payahnya.
" Aku akan ke atas panggung, tapi Andre dan Riko harus ikut denganku. Tanpa mereka aku tidak apa-apanya," kata Alika pasti.
Dan setelah meyakinkan Alika, pada akhirnya Andre dan Riko pun turut naik ke atas panggung.
Tepuk tangan kembali menggema di lobby kantor Wijaya Group ketika sang desainer naik ke atas panggung.
Senyum Alika seakan tak pernah pudar karena telah berhasil menyelesaikan satu misinya yaitu membawa Farel ke dalam jajaran Dewan Direksi.
" Gue suka ini, acara kita akhirnya selesai," kata Dimas yang saat ini sedang berdiri di sebelah Farel.
Farel menghadap ke arah Dimas kembali mengingat kejadian tadi saat dia bertemu dengan Alex. " Tapi urusan kita belum selesai bang," kata Farel yang saat ini sudah menahan geram terhadap Dimas.
Dimas diam seketika saat dia mendengar kalimat dari mulut Farel. Perasaan Dimas benar-benar sedang tidak enak kali ini. Melihat mata Farel yang sudah memerah menahan emosi.
Bersambung
secara ga langsung, ia mengungkapkan cinta buat Alika🤭
.