Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Jalan Malam
***
Sementara itu beberapa waktu yang lalu..
Pamela dan Stella terus berteriak histeris dan
berusaha menggapai air bersih yang ada di
pinggir petakan sawah untuk membasuh muka.
Mulut mereka tiada henti mengumpat dengan
sumpah serapah membawa-bawa nama Sherin
yang menurut mereka menjadi penyebab
semua kesialan ini.
"Owhh tidaakk.. kulitku yang berharga.. kenapa
jadi begini..huhuu... aku tidak bisa terima ini.."
Jerit Pamela saat melihat penampakan dirinya
setelah matanya sedikit terbuka. Stella pun tidak
kalah parahnya, dia menangis kencang begitu menyadari, rambut panjang yang sangat di puja
nya, kini berbalut lumpur tebal. Dan..mereka
berdua semakin histeris ketika ada beberapa
ekor belut muncul ke permukaan menyentuh
tubuh mereka.
"Astaga..gelii..ampuun..gak lagi-lagi deh masuk
ke tempat seperti ini..toloong.. kemana sih nih orang-orang.. kenapa kita di biarkan begini..!"
Pamela tiada henti mengumpat dan meracau.
Mereka berdua kini mencoba menarik tubuhnya
yang sudah tenggelam sebatas pinggang. Tapi,
semakin mencoba, anehnya tubuh mereka
malah semakin tenggelam
"Miss Pamela..! Miss Stella.. kalian kah itu.?"
Ada beberapa model lain yang datang ke tempat
itu dan cepat-cepat turun dari atas kuda mereka
lalu berdiri di atas jalan yang berjarak kurang
lebih 2 meter dari atas permukaan lumpur.
"Jangan banyak bicara, cepat panggil bantuan.!"
Pamela malah membentak dengan suara yang
semakin serak kehabisan daya.
"Okay.. kita akan panggil bantuan sekarang.!"
Ucap para model dengan ekspresi wajah tidak
jelas. Antara geli, pengen ketawa tapi juga iba
dan entah apalagi yang mereka rasakan saat
ini. Yang jelas para model itu terlihat sedikit
panik. Mereka kini melakukan panggilan pada
head coach yakni Miss Manola.
Tidak lama setelah itu, team penyelamat datang. Bersama para juri dan staf produksi. Untuk sesaat mereka malah bengong, menatap tidak percaya
pada apa yang terjadi di depan mata. Ini adalah sesuatu yang terjadi di luar perkiraan. Mereka
berdua segera di siram oleh air bersih yang
sengaja di siapkan. Setelah itu cepat-cepat
di evakuasi ke hotel.
Sekitar pukul 10, semua model telah berkumpul
di aula utama hotel ini Mekar Wangi dan sedang
mendapatkan pengarahan dari para mentor.
"Maafkan saya datang terlambat Miss.."
Sherin yang baru saja datang dan bergabung,
berdiri di hadapan para mentor yang terlihat memasang wajah datar dan dingin.
"Miss Sherin.. alasan apalagi sekarang yang
akan anda lontarkan.?"
Miss Manola menatap lurus wajah Sherin
dengan ekspresi wajah sangat keras.
"Masih sama dengan alasan yang terjadi
sebelumnya, kuda saya sedikit bermasalah."
"Kenapa anda tidak kembali saja ke pacuan.?
Jadi pergi kemana beberapa jam ini.?"
"Saya harus mendinginkan kuda itu dengan
membawanya ke tempat lain..maaf karena
tidak minta izin dulu. Tapi, saya punya hadiah
khusus untuk kalian, team coach."
Ucap Sherin sambil mendekat ke hadapan Miss
Manola, kemudian mengulurkan sesuatu yang membuat wanita berwajah tegas itu menautkan alisnya. Raut wajah wanita itu kini berubah aneh,
yang jelas terlihat semakin dingin, dia tampak
menggeleng kuat, berusaha untuk tetap tenang.
"Baiklah Miss Sherin.. anda boleh bergabung
dengan yang lainnya.!"
Sherin mengangguk, kemudian mundur dan
masuk ke dalam barisan.
"Okay..kegiatan kita selanjutnya akan min dua
peserta, Miss Pamela dan Miss Stella. Mereka
tidak bisa ikut kegiatan karena harus melakukan
perawatan kesehatan. Tapi jangan salah, mereka berdua akan kehilangan poin untuk dua kegiatan
ke depan..! Dan itu sangat di sayangkan !"
Tegas Miss Manola yang membuat para peserta
saling melempar tatapan dan mengangkat bahu.
Sherin terdiam, apa yang terjadi dengan duo rese
itu sekarang.? Apa mereka terluka.?
"Mari..kita berangkat ke lokasi bakti sosial.!"
Akhirnya mereka semua berangkat ke lokasi
kerja bakti yang di adakan di pusat kantor desa.
Tidak di sangka, ternyata di sana ratusan warga
desa sudah menanti kedatangan mereka.
Warga begitu antusias dengan keberadaan para
peserta kompetisi model ini. Kapan lagi mereka
bisa melihat bidadari-bidadari cantik berkeliaran
di lingkungan tempat tinggal nya. Para model itu
juga terlihat bekerja dengan serius, sepenuh hati. Walau tetap menggunakan alat pelindung diri,
seperti masker dan sarung tangan, namun hal
itu tidak mengurangi kualitas pekerjaan nya.
Selain itu, mereka juga tetap sabar melayani permintaan fhoto dari para warga. Yang paling
banyak di kerubungi warga adalah Sherin.Semua orang menempel dan mengurung dirinya. Tapi
mereka tetap menjaga jarak dan membiarkan
Sherin melakukan tugasnya tanpa hambatan.
"Duhh..gak nyangka banget ya, pada cantik tapi
masih mau membantu membersihkan selokan
kayak gini. Model-model itu juga ternyata masih
memiliki empati dan peduli pada lingkungan."
Puji seorang perangkat desa yang di tanggapi
positif oleh para warga terutama ibu-ibu.
"Bener banget, aslinya mereka juga ramah-ramah.
Terutama itu tuh, Neng Sherin..uuhh udah mah
yang paling cantik, paling herang.. paling ramah
lagi. Benar-benar calon menantu idaman tuh.!"
Sahut seorang ibu yang kelihatannya paling
jreng diantara yang lain dan terlihat cukup
di segani oleh warga lainnya.
"Eehh..tapi dengar-dengar dia itu model yang
bisa di booking loh, terkenal dengan julukan
Miss 2 milyar dia. "
"Ahhh..itu mah gosip aja. Yang ibu lihat sih dia
ini gadis baik-baik. Dia juga masih murni. Itu
mah hanya isu yang di hembuskan oleh pihak
lain untuk menjatuhkan nama baik si Neng.."
"Setuju..kita pikir juga seperti itu. Buktinya dia
masih memiliki aura tingting yang sangat kuat."
Ibu-ibu itu tertawa ramai-ramai, masih dengan
mata yang fokus ke arah Sherin dan para model
yang saat ini baru saja selesai menjalankan
misi sosialnya..
***
Sherin duduk di depan meja rias. Dia baru saja
selesai menjalankan ibadah sholat dzuhur. Dan
sesaat lagi akan berangkat ke lokasi pemotretan
di perkebunan karet dan teh. Untuk pemotretan
hari ini, dia akan mengenakkan kostum ala
jagoan wanita.
"Sher.. kamu udah siap belum, yukk kita pergi
sekarang. Miss Manola sudah menunggu di
luar tuh."
Vincent muncul di ambang pintu. Sherin kini
mengakhiri polesan ringan di wajahnya. Dia
akan melakukan hard touch di lokasi nanti.
Setelah memastikan semuanya siap, mereka
berlalu pergi menuju halaman depan.
Tiba di lokasi, semua model langsung bersiap
dengan melakukan make over dan berganti
kostum. Kebetulan Sherin kebagian sesi yang
pertama. Beberapa kru produksi membantu
dirinya memakai kostum ala Lara Croft di film
Tomb Raider..Dia terlihat sangat cocok dengan
kostum itu, pas dengan karakter wajahnya yang
tegas namun tetap memikat dan mempesona.
"Miss Sherin.. anda sudah siap.. sebentar lagi
akan segera di lakukan take.!"
Miss Manola masuk ke dalam tenda untuk
memberi aba-aba. Tapi matanya kini tertegun,
menatap terpaku ke arah Sherin yang baru
saja selesai bersiap.
"Woww..very-very wonderful..so beautiful.."
Gumam wanita itu, tanpa sadar meluncur kata
pujian dari mulutnya. Sherin tersenyum tenang
ke arah Miss Manola yang melempar tatapan
matanya ke luar sambil kemudian memberi
isyarat pada Sherin untuk mengikuti dirinya.
"Woww... Miss Sherin.. anda luar biasa.."
Puji beberapa model pria dan wanita yang ada
di luar tenda karena masih lama kebagian take.
Team fotografer tampak terdiam, mematung
dengan tatapan fokus pada sosok Sherin yang
berjalan tenang penuh aura kehadiran yang
sangat kuat. Sambil berjalan, Sherin terlihat
memainkan senjata api yang akan menjadi
properti pelengkap penampilan nya. Dan hal
itu membuat mata orang-orang menatapnya
tidak percaya.
"Okay Miss Sherin.. anda bisa memanfaatkan
properti yang ada semaksimal mungkin. Dan
keluarkan semua kemampuan anda bergaya.!"
Asisten potografer memberi arahan pada Sherin
sambil memberikan les kilat bagaimana cara
memegang senjata yang benar. Dia tidak tahu
saja, Sherin sebenarnya tidak butuh les itu.
"Okay siap.. kita bisa mulai sekarang.?"
Sherin mengangkat tangan nya memberitahu
bahwa dia sudah siap setelah sang asisten meyakinkan semuanya.
"Okay ready semua..Kita akan langsung take ya.
Miss Sherin, untuk pertama, anda akan mulai
mengambil posisi di sekitar pohon besar. Lalu
nanti berpindah ke pinggir tebing, setelah itu
di sekitar bangunan kuno. Okay siapp..??"
Sang potografer memberi aba-aba pada Sherin
yang mengangguk faham. Akhirnya semua
bersiap di posisi masing-masing. Sherin kini
mengambil posisi pertama di sekitar pohon.
Lalu berpose layaknya jagoan yang sedang
beraksi. Sang potografer tampak bersemangat
melakukan pengambilan gambar. Berbagai
gaya di peragakan oleh Sherin dengan sangat
sempurna tanpa kendala membuat semua
mata terpukau ke arahnya.
Bukan hanya fotografer, para kru produksi juga
ikut mengabadikan gambar Sherin lewat kamera
ponsel masing-masing. Mereka begitu gemas
melihat penampilan Sherin dalam kostum ini.
Aura nya benar-benar hidup dan keluar, seolah
mengungkapkan bahwa inilah dirinya yang
sesungguhnya, seorang jagoan sejati.
Sampai sore menjelang, akhirnya pemotretan
yang mengambil latar di perkebunan itu usai.
Semua kembali ke hotel untuk beristirahat.
Besok adalah hari terakhir untuk kompetisi
dasar ini. Setelah itu mereka akan kembali
lagi ke ibukota.
***
Malam ini, semua peserta berkumpul di ruang
khusus untuk mendapat pengarahan jadwal
hari terakhir, besok hari. Akan ada kunjungan
ke panti asuhan, setelah itu melakukan sesi
pemotretan terakhir di taman edelweis di
bawah kaki gunung Gede Pangrango..
"Sekarang.. silahkan kalian kembali ke kamar
masing-masing dan beristirahat yang cukup.!
Jangan ada yang berkeliaran lagi.!"
Tegas Miss Manola sambil menutup pertemuan.
Para model kembali ke kamar masing-masing
yang memilki ruang terbuka depannya. Pamela
dan Stella masih belum bisa menghadiri acara
pertemuan ini, mereka lebih memilih berada di
kamar masing-masing karena masih ada ruam
kecil di kulit tubuh keduanya.
"Ikut aku..dan pakai ini..!!"
Sherin terkejut ketika tiba-tiba tubuhnya di tarik
oleh seseorang menuju parkiran belakang saat
dia berjalan sendiri di taman menuju kamarnya.
Matanya menatap tidak percaya pada sosok
yang kini ada di hadapannya.
"Dev.. apa yang kau lakukan..? Kenapa kamu
berkeliaran di hotel ini.? Aku harus kembali
ke kamar sekarang juga. Aku ingin istirahat."
"Kau lebih nurut sama orang lain atau sama
suami kamu. Sudah jangan banyak komplen.
Tidak akan lama, kita jalan-jalan sebentar.!"
Tegas Devan sambil memakaikan mantel dan
kupluk penutup kepala yang terbuat dari bahan
rajut halus. Sherin terdiam, membiarkan pria
gagah itu melakukan apa yang di inginkan nya.
Tapi matanya tidak lepas menatap lekat wajah
tampan dengan segala daya tariknya itu.
"Ayo naik..tadi siang, bukannya kamu bilang
masih ingin jalan-jalan menggunakan motor.?"
Devan sudah bersiap di atas motor sport nya.
Sherin tersenyum, dengan wajah sedikit merah
dia bergerak naik di belakang Devan.
"Pegangan yang kuat, aku akan membawamu
terbang menembus awan.!"
Sherin nurut, mulai melingkarkan tangannya di
tubuh gagah Devan. Untuk sesaat keduanya
saling melihat, begitu dekat. Ada gejolak rasa
yang kini merasuki hati dan jiwa mereka dan memanaskan suhu tubuh keduanya.
"Kau siap Nyonya El..?"
"Yes..Mr Perfect.. sudah ayo mulai jalan..!"
Sahut Sherin sambil merebahkan kepalanya di
punggung kokoh Devan. Uuhh.. damai sekali
rasanya. Devan menarik tangan Sherin agar
lebih erat memeluk dirinya, setelah itu dia mulai
meluncurkan motor sport nya keluar dari area kawasan hotel tersebut. Keduanya tidak sadar,
ada sepasang mata yang menatap kepergian
mereka dengan sorot mata tidak percaya pada
apa yang terjadi di depan matanya itu. Tuhan..
benarkah apa yang dia lihat barusan, ataukah
matanya yang tidak normal.!
"Miss Manola.. anda di panggil team juri.."
Ada seseorang yang membuyarkan lamunan
sosok pengintip itu yang langsung terperanjat.
Sementara itu Devan mengendarai motornya
menyusuri jalanan kota yang cukup ramai dan
padat oleh pengunjung, terutama wisatawan
yang ingin menikmati suasana malam di kota
yang bersuhu sangat dingin ini.
"Dev.. sebenarnya kita mau kemana.? "
"Kau lapar tidak, aku belum makan malam.!"
"Kau belum makan.? Baiklah.. kalau begitu kita
cari tempat makan, aku akan menemanimu."
Devan tersenyum tipis, dia membelokan motor
ke kawasan kuliner yang lumayan banyak di
kunjungi oleh wisawatan. Sherin semakin betah
dengan posisinya, memeluk erat tubuh Devan
untuk mendapatkan kehangatan karena suhu
udara yang semakin terasa mengigit kulit.
Akhirnya Devan menghentikan motornya di
sebuah rumah makan khas Sunda yang sangat
ramai oleh pengunjung. Berada di atas bukit
dengan suasana remang-remang romantis.
Mereka berdua menutup wajah menggunakan
masker agar tidak terlalu menarik perhatian.
Devan membawa Sherin masuk ke ruang yang
yang ada di bagian belakang, menghadap ke
perbukitan secara langsung. Dari sana mereka
bisa melihat keindahan hamparan kota karena
rumah makan ini berada di atas ketinggian.
"Kau kedinginan..? Suhu udara di tempat ini
memang minus, cukup membekukan."
Devan menarik tubuh Sherin ke dalam dekapan
hangatnya. Mereka berdua duduk lesehan di
atas lantai kayu yang sangat licin dan unik.
"Iya.. udara di tempat ini cukup menggigit."
Lirih Sherin sambil menyandarkan kepalanya
di dada Devan dengan posisi tangan yang saling menggenggam mencoba menepis hawa dingin.
"Dev..kenapa tidak kembali ke kota.? Bukankah
kau memiliki banyak tanggungjawab.?"
Dev melirik, mereka saling pandang, mencoba
menyelami kedalaman hati masing-masing. Ada
hawa panas yang kini mulai menyeruak diantara
keduanya. Tangan Devan meraup wajah Sherin
dan mengangkat nya perlahan hingga wajah
mereka semakin tidak berjarak.
"Aku bisa bekerja dimanapun berada. Saat ini,
kamu adalah tanggungjawab terbesarku."
Ucap Devan berat sedikit serak, terdorong oleh
perasaan yang begitu mendesak, memenuhi
dadanya. Wajah Sherin tampak memerah, ada
perasaan aneh yang hampir menenggelamkan
dirinya ke dasar pengharapan. Tapi tidak, dia
masih ingat komitmen awal pernikahan ini.
"Bukankah aku hanya istri bayaran mu Tuan..
Jadi, kau tidak perlu merasa terbebani.!"
"Janji di depan Tuhan waktu ijab kabul bukan
sesuatu yang dapat di sepelekan Nona Sherin."
Sherin terdiam, mata mereka semakin terpaut
dalam dan wajah mereka semakin mendekat.
Dalam gerakan tenang dan halus, Devan mulai
mengecup lembut bibir Sherin, Mel*mat serta
mengulumnya penuh perasaan. Setelah itu dia
mulai menikmati rasa manis dari bibir yang
memiliki candu itu.
Sherin memejamkan mata, rasanya tidak tahan
untuk tidak membalas kehangatan itu. Ciuman
Devan benar-benar membuai, dalam sekejap
mampu menerbangkan angannya . Keduanya
mulai terhanyut, terbawa dalam arus panas
permainan lidah mereka yang menciptakan
sensasi hangat, manis, lembut dan nikmat..
"Permisi..aa.. teteh.. pesanannya sudah siap."
Owhh Shit.! Dev dan Sherin terpaksa melepas
pertautan bibir mereka yang baru saja akan
memanas. Keduanya menoleh pada dua orang
pelayan wanita yang baru saja datang dengan
wajah gugup dan canggung. Secara..mereka
tidak sengaja memergoki adegan panas tadi.
"Maaf.. kalau kami sudah mengganggu.."
"Tidak apa-apa..! Pastikan kalian menghargai
privasi kami di tempat ini.!"
Potong Sherin sambil beranjak. Matanya kini
menatap hidangan yang di bawakan oleh kedua
pelayan wanita itu yang langsung menundukkan
kepala di serang keterkejutan setelah melihat
jelas siapa tamu yang kini mereka layani itu.
"Tentu Mbak, kami tidak melihat apapun.."
Sahut mereka dengan gemetaran sambil
menata hidangan nasi liwet gurame bakar
yang sangat menggugah selera di atas meja.
"Silahkan.. semoga anda berdua terkesan.."
Ucap mereka sambil kemudian berlalu keluar
dari dalam ruangan privat itu. Dan tidak lama,
mereka masuk ke dalam ruang istirahat, jatuh
terduduk lemas di bangku tempat para karyawan.
Hahh.. setampan dan secantik itukah mereka.??
"Waahh..kau memesan nasi liwet Dev.?"
Sherin terlihat bersemangat dengan makanan
yang tersaji di atas meja bulat yang terbuat dari
kayu jati itu. Walaupun saat ini dia tidak boleh
sembarangan makan, tapi dia tidak peduli. Dan
tampaknya, Dev sangat memahami kondisinya
dengan tidak memesan makanan mengandung banyak minyak, tapi bagaimana dengan liwet.?
"Ayo kita makan dulu..setelah itu barulah nanti
melanjutkan kegiatan yang tertunda."
Ucap Devan sambil menghidangkan makanan
di piring Sherin, gadis itu tertegun. Kok malah
dia yang melayani dirinya.? Devaann.. kenapa
semakin kesini dia semakin manis saja sih.!
Tidak lama keduanya sudah terlihat menikmati
hidangan super lezat yang ada di hadapannya
itu. Keduanya ternyata benar-benar satu selera
dalam hal makanan. Mereka juga makan tanpa
menggunakan sendok, biar lebih nikmat. Dan..
terlihat beberapa kali mereka saling menyuapi
satu sama lain..
***
Bersambung..
d tunggu karya selanjutnya author kesayanganku😍😍😍
ceritamu luat biasa semuaaaaa 🥹🥹🥹👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻