Shi Hao, seorang pemuda biasa di dunia modern yang mati tanpa meninggalkan jejak, terlahir kembali sebagai bayi dari keluarga bangsawan kelas satu di dunia kultivasi. Kelahirannya mengguncang langit naga dan phoenix muncul, menandai takdir besar yang bahkan para dewa tak inginkan.
Dari seorang anak licik, lucu, dan cerdas, Shi Hao tumbuh dalam dunia penuh sekte, klan kuno, monster, dan pengkhianatan. Setiap langkahnya membawa kekacauan: ia mencuri pil, menghancurkan jenius lain, menertawakan musuh, dan mengalahkan ancaman yang jauh lebih kuat dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 1
Langit Kota Jiangnan menangis malam itu. Hujan deras mengguyur tanpa henti, memukul-mukul kaca jendela bangsal rumah sakit nomor 404 dengan irama yang menyedihkan. Kilat sesekali menyambar, menerangi ruangan sempit yang berbau tajam disinfektan dan kematian.
Di atas ranjang besi yang dingin, seorang pemuda terbaring tak berdaya.
Namanya Shi Hao. Usianya baru menginjak tiga puluh tahun, usia di mana seorang pria seharusnya berada di puncak vitalitas dan ambisinya. Namun, sosok yang terbaring di sana lebih mirip mayat hidup. Tubuhnya hanya tinggal kulit pembalut tulang, wajahnya pucat pasi tanpa sepercik darah pun, dan matanya cekung dalam, kehilangan cahaya kehidupan.
Kanker darah stadium akhir.
Itulah vonis yang dijatuhkan dokter enam bulan lalu. Vonis yang menghancurkan sisa-sisa harapan dalam hidupnya yang sudah berantakan.
"Uhuk... uhuk..."
Shi Hao terbatuk pelan, setiap tarikan napas terasa seperti ada pecahan kaca yang menggesek paru-parunya. Ia menoleh perlahan, menatap nanar ke arah meja di samping tempat tidur.
Kosong. Tidak ada buket bunga, tidak ada keranjang buah, tidak ada kartu ucapan.
Seumur hidupnya, Shi Hao merasa ia telah melakukan segalanya dengan benar. Ia belajar dengan giat, bekerja lembur tanpa mengeluh, dan memperlakukan orang lain dengan tulus. Namun, apa yang ia dapatkan?
Rekan bisnis yang ia percaya sepenuh hati melarikan uang perusahaan dan menjadikannya kambing hitam utang piutang. Kekasih yang ia cintai selama lima tahun meninggalkannya begitu tahu ia jatuh miskin dan sakit-sakitan, memilih pergi bersama pria kaya yang lebih tua.
"Dunia ini... benar-benar tidak adil," bisik Shi Hao, suaranya parau dan lemah, nyaris tertelan suara hujan.
Air mata penyesalan menetes dari sudut matanya. Ia tidak takut mati. Ia hanya tidak rela. Ia tidak rela mati sebagai pecundang. Ia tidak rela hidupnya berakhir sia-sia tanpa meninggalkan jejak apa pun di dunia ini.
"Jika... jika ada kehidupan selanjutnya..."
Tangan kanannya yang gemetar perlahan meraba ke bawah bantal. Jari-jarinya yang kurus menggenggam sebuah benda dingin.
Sebuah liontin giok kuno.
Benda itu ia beli di pasar barang antik seminggu sebelum ia masuk rumah sakit, hanya karena ia merasa ada 'tarikan' aneh saat melihatnya. Giok itu kusam dan tampak tak berharga, namun memiliki ukiran yang sangat rumit: seekor Naga yang melingkar dan seekor Phoenix yang merentangkan sayap, keduanya seolah sedang menari dalam satu harmoni.
Shi Hao menggenggam giok itu erat-erat di dadanya, mencari sedikit kenyamanan di detik-detik terakhirnya.
Biiip... Biiip... Biiip...
Monitor detak jantung di sampingnya mulai berbunyi tidak beraturan. Ritmenya melambat. Rasa dingin yang menusuk tulang mulai merambat dari ujung kaki menuju ke dada.
Pandangan Shi Hao mulai mengabur. Kegelapan pekat perlahan turun, menelan cahaya lampu ruangan.
'Inikah rasanya mati? Dingin... Sepi...'
Jantungnya berdetak satu kali lagi dengan sangat berat. Lalu berhenti.
Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit—
Bunyi panjang yang memekakkan telinga memenuhi ruangan. Shi Hao telah tiada.
Namun, tepat pada saat nyawa meninggalkan raga, keajaiban terjadi.
Darah dari batuk Shi Hao yang menempel pada liontin giok itu tiba-tiba terserap masuk. Giok yang semula kusam itu bergetar hebat. Retakan-retakan halus muncul di permukaannya, memancarkan cahaya yang menyilaukan mata!
CRAK!
Giok itu pecah berkeping-keping.
Dari pecahan itu, dua berkas cahaya melesat keluar. Satu berwarna Emas Murni yang agung, satu lagi berwarna Merah Darah yang membara. Cahaya itu berputar di udara, membentuk ilusi seekor Naga Emas dan Phoenix Api yang berukuran kecil namun memancarkan aura purba yang mengerikan.
Auman naga yang rendah dan pekikan phoenix yang tajam bergema, bukan di ruangan itu, tapi langsung di dimensi jiwa.
Cahaya itu menyelimuti tubuh kaku Shi Hao, lalu menarik gumpalan energi transparan dari dalamnya Jiwa Shi Hao.
"Takdir belum berakhir. Karma telah terbayar. Dari sekian banyak reinkarnasi yang aku lalui, akhirnya aku menemukanmu. Siklus dimulai kembali!"
Sebuah suara kuno yang tak terdengar telinga manusia bergema di kehampaan.
Ruang di atas ranjang rumah sakit itu terdistorsi, membentuk lubang hitam kecil yang berputar. Cahaya Naga dan Phoenix itu membawa jiwa Shi Hao, melesat masuk ke dalam lubang hitam, menembus batasan ruang dan waktu, meninggalkan dunia modern yang kejam menuju semesta yang jauh lebih luas, lebih buas, dan penuh keajaiban.
Di kamar 404, hujan masih turun deras, seolah mencuci jejak keberadaan seorang pemuda malang yang baru saja memulai legenda barunya.