NovelToon NovelToon
MUTIARA SETELAH LUKA

MUTIARA SETELAH LUKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikah Karena Anak / Keluarga / CEO / Penyesalan Suami / Ibu Pengganti
Popularitas:530
Nilai: 5
Nama Author: zanita nuraini

“Mutiara Setelah Luka”

Kenzo hidup dalam penyesalan paling gelap setelah kehilangan Amara—istrinya yang selama ini ia abaikan. Amara menghembuskan napas terakhir usai melahirkan putra mereka, Zavian, menyisakan luka yang menghantam kehidupan Kenzo tanpa ampun. Dalam ketidakstabilan emosi, Kenzo mengalami kecelakaan yang membuatnya lumpuh dan kehilangan harapan untuk hidup.

Hidupnya berubah ketika Mutiara datang sebagai pengasuh Zavian anak nya. Gadis sederhana itu hadir membawa ketulusan dan cahaya yang perlahan meruntuhkan tembok dingin Kenzo. Dengan kesabaran, perhatian, dan kata-kata hangatnya, Mutiara menjadi satu-satunya alasan Kenzo mencoba bangkit dari lembah penyesalan.

Namun, mampukah hati yang dipenuhi luka dan rasa bersalah sedalam itu kembali percaya pada kehidupan?
Dan sanggupkah Mutiara menjadi cahaya baru yang menyembuhkan Kenzo—atau justru ikut tenggelam dalam luka masa lalunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zanita nuraini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BBAB. 24

Nama pelayan laki-laki itu adalah Bagas, pria berusia sekitar tiga puluh tahun yang sudah bekerja di keluarga Rendra sejak lima tahun terakhir. Ia dikenal pendiam, namun pekerjaannya rapi dan telaten.

Karena sifatnya yang tenang, dialah yang dipercaya untuk mengurus Kenzo selama Kenzo jatuh dalam keterpurukan.

Beberapa hari setelah terapi pertama Kenzo dimulai, suasana rumah Rendra perlahan berubah. Tidak lagi sesunyi dulu. Sekarang ada harapan kecil yang tumbuh setiap hari.

Pagi itu, seperti biasa, Bagas masuk ke kamar Kenzo dengan mengetuk pelan.

“Tuan Kenzo, sudah pagi. Apa ingin mandi sekarang?”

Kenzo yang tengah duduk bersandar di kasur mengangguk pelan. Suaranya masih belum stabil, tapi sudah jauh lebih baik dibanding dulu ketika ia hanya diam tanpa ekspresi.

“Bantu aku berdiri,” ujarnya.

Bagas langsung menghampiri dan membantu Kenzo berdiri dengan hati-hati. Meskipun Kenzo sudah bisa menggerakkan tubuhnya, badannya masih terasa kaku akibat lama tidak aktif. Bagas menopang lengan tuannya perlahan sampai berada di kamar mandi.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Bagas menata rambut Kenzo seperti beberapa hari sebelumnya. Rambut Kenzo diikat rapi ke belakang. Brewok yang sebelumnya dibiarkan tumbuh tebal kini sudah bersih sehingga wajah Kenzo kembali terlihat jelas.

Bagas melirik sekilas ekspresi Kenzo melalui cermin. Ada sedikit perbedaan. Meski tidak tersenyum, sorot matanya tak lagi kosong.

“Terima kasih,” ucap Kenzo singkat.

Bagas sempat terkejut karena sebelumnya Kenzo jarang berbicara padanya.

“Sama-sama, Tuan.”

Setelah siap, Kenzo menuju ruang makan. Di sana sudah ada Tiara yang sedang menyuapi Zavian sarapan bubur lembut. Nyonya Saras memperhatikan dari kejauhan sambil menyiapkan teh hangat.

Saat Kenzo duduk, Zavian langsung berseru,

“Pa pa!”

Kenzo menoleh dan untuk pertama kalinya ia menepuk meja pelan sebagai isyarat supaya Zavian mendekat. Tiara mengangkat Zavian dan mendudukkannya di pangkuan Kenzo.

Zavian memeluk Kenzo dan tertawa kecil sambil memainkan jari ayahnya. Momen sederhana itu membuat Saras menutup mulutnya agar tangis haru tidak meledak.

“Masya Allah... akhirnya,” gumamnya pelan.

Setelah sarapan, Kenzo dijemput mobil untuk pergi ke pusat terapi. Hari itu Bagas ikut menemani karena ia yang paling mengerti kondisi fisik Kenzo.

Sesampainya di sana, dokter terapi menyambut.

“Selamat pagi, Tuan Kenzo. Bagaimana perasaan hari ini?”

“Lumayan,” jawab Kenzo.

Dokter tersenyum. “Hari ini kita mulai latihan lebih aktif. Perlahan saja. Yang penting tuan mengikuti arahan.”

Selama sesi terapi, Kenzo berusaha keras mengikuti instruksi. Kadang kakinya gemetar, kadang tangannya sulit digerakkan. Namun ia tidak menyerah. Bagas terus berada di dekatnya, memegang handuk kecil untuk mengusap keringat Kenzo.

Di tengah latihan, dokter berkata pada Kenzo,

“Kemajuan tuan cepat sekali. Kalau tuan terus semangat, mungkin tiga atau empat bulan lagi kondisi bisa jauh lebih baik.”

Kenzo mengangguk pelan. “Aku harus sembuh… demi anakku.”

Pernyataan itu membuat Bagas refleks menunduk, menutup senyum tipis yang terbit di wajahnya. Ia merasa ikut bangga, meski bukan bagian keluarga, namun ia melihat perubahan besar dari seorang Kenzo yang dulu hampir tak punya harapan.

Setelah terapi selesai, Kenzo duduk di kursi istirahat sambil meminum air mineral. Nafasnya tersengal, namun wajahnya tidak lagi sesuram dulu.

“Tuan,” ucap Bagas, “Saya bangga melihat perubahan tuan.”

Kenzo menatapnya singkat. “Aku hanya… terlambat sadar.”

“Yang penting tuan mulai sekarang,” jawab Bagas perlahan. “Tuan Zavian masih menunggu.”

Kalimat itu membuat Kenzo terdiam beberapa detik. Ia menunduk, mengusap wajah, seolah memikirkan betapa banyak waktu yang ia lewatkan.

Saat kembali ke rumah, Zavian langsung berlari kecil ke arah Kenzo. Meski jalannya masih goyah seperti anak kecil lain seusianya, semangatnya luar biasa.

“Pa pa… up up!” katanya sambil mengangkat kedua tangan.

Kenzo membungkuk perlahan dan mengangkat Zavian ke gendongan. Anak itu memeluk leher Kenzo erat sekali.

Tiara berdiri tidak jauh dari mereka, menahan senyum melihat pemandangan itu. Ia tidak percaya perubahan Kenzo secepat ini. Padahal tiga bulan lalu, Kenzo bahkan tidak merespon suara orang sama sekali.

Sore itu, Kenzo duduk di teras bersama Zavian di pangkuan. Bagas berdiri beberapa meter dari mereka sambil menunggu kalau-kalau Kenzo membutuhkan sesuatu.

“Bagas,” panggil Kenzo.

“Ya, Tuan?”

“Kau sudah banyak membantuku.”

Bagas menggeleng. “Saya hanya menjalankan tugas.”

“Tidak. Kau lebih dari itu.”

Bagas menunduk, tidak berani menatap langsung.

Kenzo mengusap rambut Zavian pelan lalu melanjutkan, “Mulai sekarang… aku ingin kau tetap mendampingiku sampai aku benar-benar pulih.”

“Tentu, Tuan. Dengan senang hati.”

Senja mulai turun, mewarnai halaman rumah dengan cahaya lembut. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, rumah itu terasa hidup.

Ada suara langkah kecil Zavian, ada suara tawa lirih, ada harapan yang kembali tumbuh.

Di salah satu sudut teras, Bagas berdiri dengan tatapan tenang, menyadari bahwa hidup tuannya perlahan kembali.

Semoga tuan kenzo cepat pulih dan kembali seperti dulu...

Haii readers selamat pagi

Selamat membaca..

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!