Karena terjerat banyak hutang dan kebutuhan yang terus meningkat, Yoko, terpaksa meninggalkan istri tercinta, pergi merantau ke negeri orang.
Satu tahun pertama bekerja, Yoko menjalani pekerjaan tanpa hambatan apapun dan dia bisa menjaga hatinya untuk sang istri tercinta.
Namun, sebuah kejadian mengerikan yang dia alami, membuat Yoko harus terjebak di rumah mewah, yang dihuni janda-janda cantik dan mempesona. Bahkan, Yoko pun diperlakukan sangat istimewa oleh mereka.
Mampukah Yoko bertahan dengan setianya? Atau justru hatinya akan goyah dan dia terjatuh dalam pelukan janda-janda yang mengistimewakannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Setelah Kejadian
Dua perampok itu berteriak kesakitan. Mereka pun seketika berbalik badan sambil mengacungkan senjata yang dia genggam. Namun baru saja mereka hendak memberi ancaman dengan penuh amarah, lagi-lagi mereka merasakan pukulan benda keras dari tongkat sapu hingga senjata para perampok terhempas dari tangan mereka.
"Aaaa..."
"Kurang ajar!" Perampok itu begitu marah. Mereka segera melakukan serangan.
Namun, setiap mereka hendak menyerang, dengan cepat mereka mendapat pukulan batang sapu bertubi-tubi dan nyaris tanpa ampun.
Bahkan, bukan hanya batang sapu saja, si penyerang juga menggunakan tangan dan kakinya untuk melemahkan perampok.
"Amankan senjata mereka!" Titah seorang pria begitu melihat senjata para perampok terhempas akibat pukulan dari tongkat sapu.
Beberapa orang yang kebetulan berdiri tepat di dekat senjata yang terlempar, langsung mengambil senjata dan mengamankannya. Sedangkan si pria penyerang itu kembali menghajar dua perampok hingga mereka tak berkutik.
Yoko lah nama pria yang melakukan perlawanan. Dia tidak tinggal diam saat dua perampok itu mulai beraksi. Yoko yang sejak datang, memilih duduk di tak jauh dari pintu dan berada di sisi pojok, sempat berpikir keras mencari cara untuk melakukan pertolongan pada semua orang.
Di saat Yoko sedang berpikir sembari mengedarkan pandangannya, Yoko melihat ada sapu yang batangnya terbuat dari pipa besi. Sapu itu berdiri tepat di sisi kiri tempat Yoko duduk.
Karena semua mata fokus pada rasa takut, jadi tidak ada satupun yang melihat tubuh Yoko geser ke kiri perlahan dan meraih sapu dengan mata yang terus memperhatikan gerak-gerik dua penjahat.
Begitu sapu sudah ada di tangan, Yoko menyembunyikan tangannya di bawah kursi, sembari terus memperhatikan dua perampok, berharap ada kesempatan sekecil apapun untuk melakukan penyerangan.
Secara kebetulan, dua perampok itu berdiri secara berdampingan. Ketika keduanya sedang fokus menunjuk semua koleksi emas agar dimasukkan ke dalam tas, disitulah Yoko bergerak cepat dan langsung melakukan penyerangan tanta ada jeda.
Dan hasilnya, kedua penjahat itu dibuat tak berkutik. Bahkan saat keduanya berusaha untuk tetap memberi perlawanan, beberapa laki-laki termasuk supir yang datang bersama Yoko, ikut turun tangan, memberi pelajaran dan mengamankan mereka.
Begitu dua perampok tak berdaya, pemilik toko emas yang kebetulan ada di sana, langsung menghubungi aparat penegak hukum.
"Wahh! Ternyata, Anda hebat sekali," puji supir beberapa saat setelah para perampok diamankan pihak kepolisian. Yoko dan beberapa orang yang ada di sana juga sempat dimintai keterangan terkait dengan kejadian tersebut.
"Pantas, Nyonya Sansan memilih anda untuk menjaga anaknya. Ternyata anda orang yang sangat mampu diandalkan."
Yoko tersenyum dan dia sangat tersanjung mendapat pujian seperti itu.
Di saat Yoko hendak membalas ucapan si supir, seorang wanita yang tak lain adalah pemilik toko emas, datang menghampirinya.
"Permisi, Tuan. Terima kasih atas bantuan Tuan, karena telah menyelamatkan toko kami," ucap wanita itu nampak begitu bahagia.
"Sama-sama, Nyonya," balas Yoko agak bingung.
"Boleh saya minta kartu nama anda?" tanya wanita yang sama.
"Aduh, maaf, Nyonya, saya tidak punya kartu nama. Emang kartu nama buat apa ya?" Yoko pun bertanya balik.
"Biar saya mudah menghubungi anda, untuk sekedar memberi kenang-kenangan sebagai tanda terima kasih."
"Astaga! Tidak usah, Nyonya."
"Nggak apa-apa. Kalau begitu saya minta nomer yang bisa dihubungi aja, boleh?"
"Anda bisa menghubungi lewat ini saja, Nyonya," ucap sang supir sembari menyodorkan sebuah kartu. "Dia bekerja di rumah orang ini."
"Oh, iya, baik, terima kasih," wanita itu nampak begitu senang. "Nanti setelah semua ini beres, saya akan menghubungi anda."
Yoko pun hanya membalas dengan anggukan. Awalnya dia ingin protes pada sang supir, tapi dia tidak diberi kesempatan untuk berbicara.
Setelah berbasa-basi sejenak, keduanya lantas pamit. Sepanjang perjalanan, kedua pria itu jadi cukup akrab karena mereka kembali membicarakan kejadian yang baru saja mereka lalui.
Mobil yang mengantar Yoko kini sudah memasuki gerbang rumah yang yang terbilang mewah. Meski tak sebesar rumah yang ditinggali Yoko, tapi rumah ini juga nampak jelas kalau pemiliknya adalah orang kaya.
"Loh, kalian kok baru sampai?" suara wanita yang Yoko kenal terdengar begitu Yoko dan sang supir turun dari mobil.
"Maaf, Nyonya, tadi ada kejadian tak terduga yang kami alami," jawab sang supir.
"Kejadian tak terduga? Apa itu?" tanya Sansan.
"Nyonya tanya saja sama Tuan Yoko," jawab sang supir. "Kalau begitu saya pamit, Nyonya, saya mau kembali ke rumah Nyonya besar."
"Loh, kamu nggak nginep di sini?" bukan Sansan saja yang terkejut, Yoko juga sama terkejutnya.
"Tidak, Nyonya," jawab sang supir. "Nyonya besar sedang menunggu perhiasan pesanannya. Ini aja saya sudah telat."
"Oh, gitu, ya udah, baiklah," Sansan pun pasrah, setelah mengetahui alasannya.
"Kalau begitu saya permisi, Nyonya. Mari Tuan Yoko," sapa si supir."
"Iya, silahkan," balas Yoko.
Sang supir kembali masuk ke dalam mobil dan tak lama kemudian mobil pun melaju. Sansan minta tolong sama Yoko untuk mengunci pintu gerbang.
"Anak-anak mana, Non?" tanya Yoko kala dia memasuki rumah setelah mengunci gerbang.
"Anak-anak masih sama ayahnya," jawab wanita yang saat ini duduk di sofa menghadap televisi.
"Loh, bukankah katanya saya diminta untuk menjemput mereka?" Yoko nampak heran sampai dia mengurungkan niatnya untuk duduk.
"Harusnya kita berangkatnya tadi, tapi kan kamu telat datang. Daripada kemalaman, ya udah di undur besok," jawab Sansan. "Apa kamu keberatan, nginep di sini semalam?"
Yoko menggeleng cepat sembari tersenyum. Terus dia mengedarkan pandangannya ke sekitar tempat dia berada. "Rumah ini kok kaya nggak ada orang, Non?" tanyanya.
"Emang nggak ada orang," jawab Sansan santai tapi sukses membuat Yoko terperanjat. "Kenapa? Kamu takut terjadi sesuatu malam ini karena rumahnya sepi?"
"Eh... tidak, Nona," Yoko langsung membantahnya.
"Tenang aja, aku tidak akan menggoda kamu kok, Yok," balas Sansan masih dengan sikap santainya.
"Bukan begitu, Nona," Yoko merasa tak enak hati. Ternyata ekspresi wajahnya diperhatikan sang majikan.
Sansan tersenyum. "Apa karena terlalu takut, kamu sampai tidak berani duduk?"
Yoko kembali terperanjat. Dia pun sontak salah tingkah dan segera menepi ke sofa terdekat dan duduk di sana sambil cengengesan.
"Aku tahu, niat kamu jauh-jauh kerja ke sini, itu untuk membahagiakan istrimu. Bukan untuk selingkuh. Jadi kamu jangan khawatir, aku nggak akan menggodamu."
"Bukan begitu, Nona," Yoko semakin tak enak hati. "Lagian, sepertinya aku nggak akan mempertahankan rumah tanggaku."
"Hah!" Sansan nampak kaget. "Maksud kamu?"
Yoko tersenyum masam. "Dia selingkuh dengan mantan pacarnya, Non."
"Astaga!" Sansan semakin kaget. "Sudah aku duga, pasti ada yang tidak beres dengan istrimu sejak kamu cerita kemarin."
Yoko kembali tersenyum masam sembari mengecek ponselnya. Begitu dia membaca pesan yang masuk, raut wajah Yoko berubah dan di dalam dadanya tiba-tiba berdenyut nyeri.
sama bar barnya lebih frontal ya ☺
lanjut thor 🙏