Uncle Arthur, Kau Nakal Sekali

..."Dia memang gadis yang menyebalkan. Tapi dulu dia tidak begitu. Dia adalah putriku yang baik" — Hailey Owen...

"What?!" Catherine terbelalak kaget. Mata hijaunya sempurna membulat dengan bibir yang setengah terbuka.

Melihat ekspresi Catherine, Hailey tertawa cekikikan. Ia pun menarik tubuh sahabatnya itu, kemudian berbisik ke telinga Catherine.

"Kau tahu ... aku meminta bantuannya untuk mengambil perawanku," bisik Hailey antusias. "Aku malu karena sampai kemarin ini masih perawan."

"Tapi Hailey, dia itu pamanmu. Bagaimana kalau kedua orangtuamu tahu?" Tanya Catherine. Hailey yang melakukan hal gila, tapi malah Catherine yang mendadak terkena serangan jantung.

Hailey menatap mata sahabatnya. Kemudian ia berkata dengan lirih. "Jangan sampai mereka tahu."

Setelah berbicara seadaanya, Hailey pun menarik tangan Catherine menuruni ranjang. "Ayo kita makan dulu. Nanti pria tua itu berisik!"

Kedua remaja perempuan yang sebaya itu melangkah menuju ke lantai satu. Tak terlihat sosok Arthur di rumah itu. Tapi pintu kamar pria itu tertutup.

"Mungkin dia sedang berhibernasi," batin Hailey.

"Seperti beruang saja," kekeh Hailey sambil tertawa cekikikan sendiri.

...🌸...

Hari pun berlalu. Arthur benar-benar tak mengusik Hailey sejak perjanjian yang mereka berdua lakukan. Tapi, masalahnya ... pria itu mendadak uring-uringan. Bahkan sekedar ingin menarik wanita itu ke kamarnya pun tak bisa, pasalnya kemana Hailey pergi, di sana lah Catherine berada.

Dua orang itu seperti air dan minyak. Benar-benar tak bisa dipisahkan sama sekali!

"Catherine," panggil Arthur tiba-tiba. Saat itu, Hailey sedang berada di kamar mandi, sementara Catherine, gadis itu sedang duduk di atas kasur.

Entah sejak kapan Arthur masuk ke kamar perempuan itu tanpa mengetuk, yang jelas kini ia sudah berada di depan pintu. Tentu saja itu bukan sebuah kelakuan yang sopan. Tapi Arthur tak peduli. Gejolak di dadanya sudah tak tertahankan lagi.

"Tolong bantu aku," ucap Arthur sambil melambaikan tangannya, memanggil Catherine mendekat.

Catherine pun bangkit dari duduknya dan mendekat ke arah Arthur. Sejak gadis itu mendengarkan seperti apa Arthur selama ini pada Hailey, ia pun menjadi tak begitu menggila lagi saat melihat ketampanan Arthur. Pasalnya, pria itu tak lebih dari seorang pria hidung belang yang hanya ingin memanfaatkan sahabatnya.

"Tolong belikan Hailey cake coklat yang ada di toko baru buka itu," ucap Arthur sambil merogoh dompet di saku celananya. Kemudian ia mengeluarkan selembar uang dan memberikannya pada Catherine.

Catherine menatap Arthur tak menyangka. Bisa-bisanya pria tua itu menganggapnya bocah SD yang mudah saja dibohongi?! Pria tua ini benar-benar harus diberi pelajaran! Padahal, Hailey 'kan tidak suka coklat. Dia itu pecinta strawberry!

"Okay." Catherine mengambil uang yang ada di tangan Arthur, kemudian ia melengos keluar.

Di saat yang sama, Arthur menghela nafas lega dan bersiap-siap ingin masuk ke dalam kamar Hailey. Namun, tak lama kemudian, Catherine kembali lagi ke kamar.

"Uncle Arthur, kau di panggil Uncle Oliver di depan perapian rumah," ucap Catherine datar tanpa ekspresi.

"Hah?" Arthur terbelalak. Tentu saja ia tak menyangka kakak iparnya itu akan memanggilnya saat ia ingin menghampiri Hailey yang sedang mandi.

"Iya. Tadi Uncle Oliver melihatku turun, lalu dia menyuruh aku memanggilmu ke bawah."

Mendengarkan ucapan Catherine, Arthur pun akhirnya pergi ke bawah. Kemudian ia menghampiri Oliver yang saat itu memang sedang duduk di depan perapian sambil membaca buku.

"Kau memanggilku, Oliver?" Tanya Arthur sambil menghempaskan tubuhnya ke atas sofa yang ada di depan Oliver.

Oliver melirik Arthur dengan ekspresi yang keheranan. "Aku memanggilmu?"

"Hm. Kata anak itu," Arthur menunjuk ke arah Catherine yang sedang berdiri di lantai 2, namun menatap Arthur ke bawah. "Kau menyuruhnya memanggilku."

"Tidak. Aku tidak memanggilmu."

Mendengarkan ucapan Oliver, seketika Arthur menatap kembali ke atas. Catherine terlihat sedang mengibaskan uang kertas 50 Euro ke wajahnya. Gadis muda itu terlihat sedang tersenyum penuh kemenangan saat menatap Arthur. Kemudian, gadis itu pergi sambil mencibir Arthur.

Arthur mengepalkan tangannya karena kesal. Bisa-bisanya ia dibodohi oleh gadis muda yang tengil itu! Apa otaknya yang sudah tak berfungsi karena sudah berapa hari tak bercinta?

Arthur pun berniat bangkit dari duduknya. Namun Oliver menahan pria itu.

"Arthur, bisa kita mengobrol sebentar?" Tanya Oliver sambil melepaskan kacamata bacanya. Kemudian ia menutup buku yang ia pegang dengan menyelipkan penanda buku tepat di halaman yang sedang ia baca.

Mendengarkan ucapan Oliver, mau tak mau, Arthur terpaksa duduk di sofa dan menemani kakak iparnya berbicara. "Baiklah."

Pria botak dengan perawakan tegas tapi bersahabat itu terlihat menghela nafas dengan berat. Ia menatap sampul tebal buku biru di tangannya. Entah apa yang ada di sampul buku itu.

"Apa selama ini Hailey menyusahkanmu?" Tanya Oliver.

"Tidak. Dia anak yang baik," sahut Arthur apa adanya. "Yah ... meskipun terkadang dia memang menyebalkan."

"Hahaha." Oliver tertawa mendengarkan kejujuran Arthur. Ia menatap kayu api yang saat itu sedang di lahap api. "Dia memang gadis yang menyebalkan."

"Tapi dulu dia tidak begitu. Dia adalah putriku yang baik sampai ia melihat Sierra selingkuh di depan matanya sendiri," imbuh Oliver dengan suara yang berat.

"Selingkuh?" Arthur menatap Oliver dengan ekspresi terkejut dan tak percaya. Ia membetulkan duduknya dan menatap serius ke arah Oliver. "Dia bilang, ibunya sudah tiada."

"Ya. Dia memang selalu mengatakan itu pada semua orang. Karena dia membenci Sierra. Bahkan dia selalu marah saat Sierra berusaha menghubunginya."

Arthur semakin penasaran akan luka batin yang Hailey pendam. "Sejak kapan dia tahu?"

"Saat usianya 6 tahun," jawab Oliver terpukul. "Saat aku sedang ke luar kota, Hailey mengatakan kalau Sierra membawa seorang pria ke rumah. Lalu, karena penasaran, Hailey mengintip ke kamar dan ... mereka bercinta di depan anak 6 tahun itu."

"Dan ... pria itu adalah mantan kekasihnya dulu. Mereka putus setahun sebelum Sierra menikah denganku," imbuhnya.

"Shit! Di usia 6 tahun dia harus melihat kegilaan itu?!" Geram Arthur sambil menghela nafas kasar.

"Hm. Maka dari itu, aku harap kau bisa memaklumi sifatnya. Tapi aku juga akan menasihati dia agar tak selalu merepotkanmu di LA," beber Oliver pada Arthur.

Pria paruh baya dengan mata hazel itu terlihat sangat mirip dengan Hailey. Pantas saja Arline jatuh cinta pada pria itu. Meskipun sudah dimakan usia, ketampanannya masih belum memudar. Dan tentu saja Oliver merupakan pria yang hangat.

Arthur mengangguk pelan. Ia menyandarkan bahunya yang kekar ke sandaran sofa. Mata birunya meredup sambil menatap kobaran api yang membuat hangat ruangan. "Baiklah, aku akan menjaga Hailey."

...🌸...

...🌸...

...🌸...

...Bersambung .......