Uncle Arthur, Kau Nakal Sekali

Uncle Arthur, Kau Nakal Sekali

Aku Juga Lelaki!

...“Semua saudara Oliver lelaki. Aku tak percaya jika gadis manis itu dititipkan pada lelaki lain.” — Arline Franklin...

...🌸...

...“Aku juga lelaki. Kau pikir aku ini wanita?!” — Arthur Franklin...

Di sebuah perkantoran yang ada di kota Los Angeles, seorang pria dengan mata biru sedang menatap lekat ke arah layar laptopnya. Mata biru yang dipadukan dengan alis tebal itu memberikan kesan kuat, tegas dan berani. Fokus pria itu tak bisa diganggu jika ia sedang bekerja. Kecuali ….

Drttt. Drttt. Drttt.

Berulang kali ponsel yang ada di samping laptop itu bergetar, namun ia tak terusik. Sampai ada sebuah notifikasi yang membuat ia harus kembali menghubungi penelefon yang tadinya tak ia gubris.

^^^"Aku membutuhkanmu. Tolong hubungi aku segera. Ini penting!"^^^

Berkat pesan singkat dari pengirim yang bernama Arline itu, dengan sigap Arthur menyambar ponselnya dan bergegas menghubungi wanita itu.

^^^“ARTHUR!!!”^^^

^^^“SUSAH SEKALI MENGHUBUNGIMU. KAU PIKIR HANYA KAU SAJA YANG SIBUK?”^^^

^^^“AKU INI JUGA SIBUK. TAPI TAK SESULIT ITU ORANG-ORANG MENGHUBUNGIKU!”^^^

^^^"BAGAIMANA JIKA INI PANGGILAN DARURAT KARENA AKU KECELAKAAN ATAU TERKENA MUSIBAH?"^^^

^^^"KAU BENAR-BENAR ARTHUR!"^^^

Mendengarkan ocehan tersebut, Arthur Franklin, pria dengan wajah tampan yang sering di sebut bagaikan dewa yang turun ke bumi, ia menjarakkan ponsel dari telinganya. Meskipun mendengarkan ocehan dengan nada cempreng dari kakak kandungnya, tetap saja ekspresi wajahnya datar.

Sudah biasa, pikir Arthur saat itu. Siapa lagi yang akan mengoceh kalau bukan Arline Franklin. Satu-satunya saudara yang tersisa sejak kedua orangtuanya sudah tiada.

“Ada apa?” tanya Arthur tenang sambil kembali mendekatkan ponsel ke telinganya.

^^^“Minggu depan Hailey ke LA. Titip—”^^^

“Tidak. Aku sibuk,” sela Arthur tanpa basa basi.

Walaupun belum mendengarkan sepenuhnya apa yang dikatakan oleh Arline, hanya dengan mendengarkan keponakan tirinya itu ke kota yang sama dengannya saja, sudah cukup membuat ia malas. Pria 31 tahun itu menyandarkan punggung lebarnya ke sandaran kursi.

^^^“Sesulit ini aku meminta bantuan darimu?” ^^^

^^^"Tolonglah. Dia ini anak yang baik. Aku yakin dia tak akan pernah menyusahkanmu."^^^

^^^"Sesekali kau juga harus berinteraksi dengan keponakanmu ini."^^^

Arthur memutar malas kedua bola matanya. Tangannya yang sejak tadi memegang pena, kini pena itu ia mainkan dengan jari. Sambil sesekali ia mengetuk pelan benda itu ke permukaan meja kerjanya.

^^^"Andai aku memiliki saudara yang lain, aku pasti tak akan menyusahkanmu.”^^^

“Aku tak suka keramaian,” tegas Arthur dingin.

^^^“Bagaimana dengan apartemen yang ada di—”^^^

“Ok. Dia tinggal di sana,” potong Arthur lagi. Ia mulai duduk dengan tegap dan berniat menyudahi percakapan. Tangan kanannya sudah bersiap-siap ingin bermain dengan keyboard laptopnya.

Namun Arline belum ingin menyudahi percakapan mereka. Karena bukan itu inti dari percakapan mereka saat itu.

^^^“Titip Hailey. Dia anak yang baik. Aku tahu dia tak akan melakukan hal yang membuatmu pusing. Hanya saja, aku khawatir jika dia tinggal berjauhan denganku dan Oliver.”^^^

Benar tebakan Arthur. Tak mungkin gadis itu hanya dibiarkan tinggal sendiri di Los Angeles. Tentu saja gadis itu dititipkan padanya dengan alasan hanya dia keluarga Arline satu-satunya. Tapi … yang menjadi masalah adalah, Hailey itu bukan anak kandung Arline. Melainkan anak tiri Arline. Tentu saja mereka tak terikat hubungan apa-apa? Kenapa tak meminta bantuan pada keluarga Oliver saja? Bukankah Hailey itu anaknya Oliver?!

“Memangnya, Oliver—”

^^^“Semua saudara Oliver lelaki. Aku tak percaya jika gadis manis itu dititipkan pada lelaki lain."^^^

Sanggah Arline santai.

Mendengarkan ucapan Arline, seketika Arthur terbelalak. Ia mengerjapkan matanya sesaat dan tertawa perlahan. “Aku juga lelaki. Kau pikir aku ini wanita?!”

^^^“But I trust you, Arthur.”^^^

^^^"Setidaknya, kau masih waras. Aku tak yakin pria di luar sana tetap waras jika diberi wewenang untuk menjaga Hailey."^^^

Arthur memijat pelan dahinya yang mendadak pusing karena ucapan Arline. Padahal, wanita itu tahu bahwa pria 31 tahun itu hidup berdampingan dengan pekerjaan, wanita dan alkohol. Tiga hal yang tak bisa dipisahkan darinya. Wanita. Ya ... tiada hari tanpa wanita untuk melampiaskan gejolak buasnya itu.

“Ck! How can you trust me, Arline?” tanya Arthur sambil berdecak sebal. Bagaimana bisa saudaranya itu percaya padanya. “I’m a man. Dan … kau tahu ‘kan kalau aku ini …."

"Haaa ... sudahlah."

...🌸...

Seminggu kemudian.

Saat ini, kota yang dikenal dengan julukan La-la-land itu sedang menghadapi musim panas. Untungnya cuaca di sore itu sudah mulai adem dan tak begitu panas.

Arthur terlihat tenang di dalam mobil kesayangannya, Porsche 918 Spyder. Pria itu menghirup udara sore itu di tengah-tengah padatnya lalu lintas. Ia menunggu dengan sabar satu per satu kendaraan maju sambil melirik jam mewah yang melingkar di tangannya.

Tak akan terlambat, pikirnya saat itu. Pesawat yang gadis itu naiki juga akan landing sekitar setengah jam lagi. Dia harus melewati imigrasi, lalu harus menunggu bagasi.

Tanpa terasa, waktu berlalu dengan sangat cepat. Karena lalu lintas yang padat di sore itu, Arthur pun terlambat tiba di bandara. Sementara pesawat yang Hailey naiki sudah mendarat sejak satu jam yang lalu.

“Shit!” umpat Arthur kesal. Tak biasanya ia terlambat seperti ini. Karena dia bukanlah pria yang suka bermain dengan waktu. Sebaliknya, ia membuat waktu yang menunggu dirinya selama ini.

Pria dengan jas hitam dan kemeja putih itu berlari masuk ke arah bandara dan menuju ke arah pintu kedatangan. Matanya menelisik ke seluruh area yang ada di sana. Mencari sosok yang bernama Hailey di balik kerumunan. Dan bodohnya, ia lupa seperti apa wajah gadis itu. Karena ia pernah bertemu dengan gadis itu sekali, saat pernikahan Arline dan Oliver di Vienna. Itu pun ia hanya sebentar di Vienna, karena ia harus segera kembali ke LA demi pekerjaan.

“Sial! Mana aku tahu seperti apa wajahnya?!” rutuk Arthur kesal. Ia pun merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel. Kemudian ia bergegas menghubungi Arline.

“I’m late,” ucap Arthur yang berusaha untuk tetap tenang.

^^^“Arthur! Oh my god! Kamu ini! Dia itu perempuan! Bagaimana kalau dia tersesat? Oh Tuhan, apa yang harus aku katakan pada Oliver.”^^^

“Seharusnya dia baik-baik saja. Karena dia sudah dewasa bukan? Kirimkan aku fotonya. Aku lupa seperti apa wajahnya.”

Arline langsung mematikan ponsel tanpa mengatakan apa-apa. Kemudian, ada sebuah notifikasi pesan yang masuk.

Ting!

“Uncle Arthur?”

Suara merdu seorang gadis bertepatan dengan suara notifikasi karena ada sebuah foto yang dikirimkan oleh Arline. Arthur membalikkan badannya ke belakang, ke arah suara yang memanggil namanya sesaat tadi. Sementara ibu jarinya sibuk menekan layar untuk membuka pesan yang dikirimkan Arline.

...🌸...

...🌸...

...🌸...

...Bersambung …....

Terpopuler

Comments

💜⃞⃟𝓛 ˢ⍣⃟ₛ EmohDimaru💃

💜⃞⃟𝓛 ˢ⍣⃟ₛ EmohDimaru💃

cie pertama² GK mau nrima Hailey pas liat wajahnya ohhh my God kuatkan imanku

2025-05-16

1

Roshalina Shasa

Roshalina Shasa

dag dig dug jantung arthur pastinya..../Grin/

2025-05-17

1

Kim nara

Kim nara

ak hadir ka

2025-05-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!